Chapter DCCXXIII

1.9K 374 12
                                    

Kuletakan keranjang berisi buah-buahan tadi di bawah salah satu pohon yang dihinggapi Uki, “aku membawakanmu makanan, Uki. Tinggal ambil saja, Buah mana yang kau inginkan,” ucapku, dengan kepala mendongak, menatapi Uki yang bertengger di sana.

“Aku lebih membutuhkan sihir dibanding makanan manusia, My Lord.”

Aku mengembuskan napas, sambil menyilangkan kedua tanganku menatapnya, “tunggulah beberapa hari lagi! Setelah ini semua selesai, aku akan memintamu menjaga Huri di Dunia Elf. Kau, akan melakukannya, kan, Uki?”

“Baiklah. Tidak ada alasan untukku menolak permintaanmu, My Lord.”

“Aku akan segera kembali menemuimu, setelah aku menyelesaikan semua urusanku,” sambungku, seraya menurunkan tangan lalu berbalik meninggalkannya.

Kedua kakiku terus berjalan, mendekati kerumunan perempuan yang tengah bergotong-royong memasak. Beberapa dari mereka, ada yang bergantian menjaga api untuk tidak padam, hingga kepulan-kepulan asap, tak berhenti membumbung ke udara. “Bibi Khunbish!” panggilku, kepadanya yang tengah memerintah beberapa perempuan untuk membawa sekeranjang potongan daging padanya.

“Apa ada yang dapat aku bantu, Bibi?” tanyaku lagi, setelah aku sendiri telah berhenti di dekatnya yang tengah mencampurkan beberapa sayuran ke dalam air mendidih di depannya.

“Sachi? Tidak ada. Kau istirahat saja! Ini sudah menjadi tugas keluarga dari pengantin perempuan, menyiapkan semua hidangan untuk keluarga pengantin pria. Di mana Zeki? Ajak dia untuk makan  bersamamu!” tukasnya, dengan tak mengalihkan pandangan dari rebusan air di hadapannya.

“Aku pun tidak tahu di mana dia sekarang … Bibi, apa ada makanan untuk Ryu? Dia menolak buah yang aku bawa.”

“Bibi akan meminta Pamanmu membawakannya. Kau istirahat saja! Wajahmu, terlihat lelah … Kau, pasti tidak beristirahat dengan baik, kan?” tuturnya, diikuti tangannya yang menepuk pelan pundakku, “jangan terlalu mendengarkan apa yang mereka katakan! Kita yang lebih tahu, bagaimana pernikahan ini bisa terjadi. Mau mereka mengatakan apa pun, pernikahan ini akan tetap dilaksanakan,” sambungnya kembali sambil tersenyum membalas tatapanku.

“Beristirahatlah!”

Kuusap wajahku, dengan helaan napas yang mengikuti, “baiklah. Jika Bibi memerlukan sesuatu, segera panggil aku saja,” ungkapku, tubuhku baru berbalik meninggalkannya, setelah Bibi Khunbish mengangguk, membalas perkataanku.

Aku lanjut melangkah, menjauhi kerumunan lalu berhenti kembali sesaat mataku itu terjatuh ke arah sosok Zeki, yang tengah bersama Paman Altan dan beberapa penduduk suku, membangun sebuah Tenda yang kelak akan ditempati sementara oleh Ryuzaki, dan juga Sarnai.

Zeki menghentikan apa yang ia lakukan, setelah Paman Altan menyentuh pundak Zeki lalu mengangkat jari telunjuknya ke arahku. “Bibi memintamu untuk makan,” ucapku, sesaat dia sudah berdiri di depanku.

“Kau sendiri?”

“Aku, ingin beristirahat sejenak. Semua ini benar-benar menyita tenagaku,” ungkapku sembari membuang pandangan dari tatapannya.

“Apa terjadi sesuatu?” Dia balas bertanya, dengan tangannya yang menyentuh pipi, hingga wajahku kembali menatapnya.

“Kau tahu, tadi Tuya datang menemui Ryu. Dia melakukannya dengan sengaja, dia mengambil secara diam-diam keranjang buah yang harus aku berikan untuk Ryu … Dia menjadikan hal itu sebagai alasan, agar bisa bertemu Ryu.”

“Aku benar-benar kesal saat mengingatnya,” sambungku sambil mengusap wajah menggunakan kedua telapak tangan, “semua penduduk suku membicarakan sesuatu yang tidak enak didengar tentang Ryu dan juga Sarnai. Aku benar-benar, tidak bisa menerima semua in-”

Our Queen : Memento MoriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang