Episode 2

660 53 3
                                    

Hari ini adalah pelajaran olahraga di kelas Sarada. Setiap siswa harus mengikutinya. Sarada menuju toilet untuk mengganti baju. Tapi, baru ia memasuki toilet seseorang mendekap mulutnya dengan sapu tangan yang sudah diberi bius.

"Jadi kau yang bernama Sarada ya?"

Sarada membuka matanya. "Siapa?" ujarnya. Ia melihat ketiga siswi di depannya. Memerhatikan mereka satu-satu.

"Jangan bertanya!"

Pipi Sarada ditampar dengan cukup keras. Sarada merasakan panas yang menjalar ketika tamparan itu sudah menapaki wajahnya. Sarada yang memegang pipinya melihat siapa orang yang melakukan ini kepadanya.

"Kenapa melihatku seperti itu?" tanya siswi bernametag Tsubaki Kurogane.

Sarada menghela nafas. "Sudah puas menamparnya?" tanya Sarada menatap Tsubaki dan kawan-kawan muak.

"Dasar jalang!" Kini, tangan Tsubaki yang hendak menampar Sarada tertahankan. Sarada menahan tangannya, membuat pergelangan tangan Tsubaki terasa sakit.

"Aku tidak tahu masalahmu denganku. Tapi, cukup tahu saja. Aku ini orangnya tidak mudah untuk disakiti dan diteriaki jalang oleh orang sepertimu. Bahkan ibuku sendiri tidak pernah membentakku. Dan kau ... berani sekali."

Tsubaki merasa geram sendiri mendengar kata-kata Sarada. Saat ia hendak memukul Sarada lagi, ia ditahan oleh teman-temannya. Melihat Sarada yang tersenyum saja ketika menanggapi mereka.

"Tsubaki, dia sepertinya tidak bisa kita hancurkan. Masalah Boruto kita lupakan dulu. Lebih baik kita pergi, takut jika nanti ada guru yang melihat kita." Teman Tsubaki berbisik. Sarada dapat mendengar percakapannya.

Jadi, ini karena Boruto ... batin Sarada.

"Ck! Kali ini saja aku biarkan kau untuk pergi! Tapi ingat satu hal. Jangan mendekati Boruto atau coba-coba untuk mencari muka. Karena dia adalah pacarku, ingat itu!" Tsubaki pergi bersama antek-anteknya meninggalkan Sarada.

"Haah ... mendekati seperti apa? Lebih baik aku segera pergi mengganti baju olahraga. Pasti guru Konohamaru sudah menunggu dari tadi." Sarada bangkit berdiri. Merentangkan tangan-tangannya.

"Gila. Si Boruto itu. Tapi, aku cukup berterimakasih, hari ini aku bisa melihat seorang yang kehilangan pijakannya. Haha." Sarada tertawa kecil. Ya, sudah lama ia tidak mempermalukan orang, biasanya 'kan memalukan diri sendiri. Ah, itu tidak benar, Sarada cuman bergurau.

****

"Kau dari mana saja Sarada? Aku disuruh mencarimu tahu!" dumel Chocho menghampiri Sarada yang berada di toilet guru.

"Maaf, Chocho. Tadi aku sempat bermain-main dan lupa kalau sedang jam olahraga." Sarada beralasan.

"Sudahlah. Ayo kita ke lapangan!"

Chocho dan Sarada tiba di lapangan. Hari ini pelajaran olahraga basket. Setelah Konohamaru memberi pelajarannya, ia menyuruh murid-murid untuk mempraktekkan. Sarada dipanggil pertama.

"Kita akan melihat Sarada melakukan passing. Perhatikan dia baik-baik."

Mata siswa dan siswi tidak lepas dari Sarada. Ada yang memuji kelihaiannya, ada juga murid yang julid, mungkin karena iri atau karena masalah kemarin dengan Boruto. Pokoknya terserah mereka, toh Sarada tidak peduli. Yang ia perdulikan sekarang adalah fokus mencari papanya.

Pelajaran demi pelajaran tidak terasa telah berakhir. Waktu pulang adalah hal yang paling ditunggu oleh setiap orang. Sarada diberi perintah oleh Konohamaru untuk mengembalikan bola basket ke gudang sekolah.

"Apa perlu ku bantu?" tanya seorang gadis.

"Ah tidak usah. Aku bisa sendiri," tolak Sarada.

"Hm yasudah kalau begitu. Ngomong-ngomong kau terkenal loh." Perkataan gadis itu membuat Sarada menatapnya bingung. "Iya. Kau terkenal di chanel youtubenya Iwabe!"

Maybe I Love You [BoruSara]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang