Part 6 - marah?

4.5K 256 1
                                    

Shiina berkeringat dingin. Ia sedari tadi memanjatkan doa agar Revo datang menyelamatkannya seperti super hero di tv-tv. Namun harapan hanyalah harapan. Revo tak kunjung datang seperti harapannya.

Preman gemuk itu semakin menepis jarak diantaranya dan meraih dagu Shiina dengan tangannya dan tersenyum layak nya orang mesum pada umumnya.

"JANGAN SENTUH WAJAH SAYA DENGAN TANGAN KOTOR ANDA!" Teriak Shiina murka. Preman itu semakin gencar untuk menggoda Shiina saat mendengar seruan kemarahan itu. Shiina menduduk, menurunkan satu tetes air matanya, dan berlanjut hingga terisak. baru tadi ia menangis lama, mengapa ia harus mulai menangis lagi?

"Menangislah sepuas mu, jika bisa sampai nangis darah dan berteriak meminta tolong. yang harus kau tau, tidak akan ada orang yang akan menyelematkan mu di tengah malam seperti ini." ya, ini memang tengah malam, dan Shiina juga sudah tau hal itu.

Preman itu mendekatkan bibirnya ke arah bibir Shiina dan tangan preman itu mencekal dagunya dengan keras agar tidak menghindar yang membuat dagunya memerah perih.

Shiina takut. ia tidak mau mendapat ciuman dari orang yang bukan ia cintai, ia merasa dirinya rendah. seharus nya dia berusaha sekeras mungkin untuk mengelak, namun tenaganya telah habis, ia memilih pasrah dan pada saat ada celah walaupun itu sempit, ia akan mencoba mengelak dan berlari sekencang mungkin.

Hembusan nafas preman itu mengenai wajah antara hidung dan mulut Shiina, membuat nya terpejam erat, ia menunggu lama namun tidak ada bibir yang menyentuh bibirnya dan tidak ada cekalan di dagunya membuat nya membuka mata dan membelalakan matanya dengan tidak percaya.

Orang itu, orang yang tadi ditangisi Shiina di cafe dekat sekolahnya, orang yang membuat hatinya berdegup kencang, orang yang membuatnya galau, sekarang sedang berdiri di depannya dengan latar belakang para preman yang tertepar di jalanan ini. Mungkin sudah Revo habisi saat preman gemuk tadi hendak mencium Shiina.

"Nunduk, Na!"

Mendengar perintah itu, Shiina menurut dan Revo langsung meninju wajah preman di belakang Shiina dengan keras mengakibatkan preman itu terjatuh sama seperti preman lainnya.

Melihat adanya super hero yang ua tunggu berada di depan Shiina, gadis itu langsung menumpahkan tangis pecahnya itu dan memeluk tubuh kekar milik si pria didepannya.

Siapa yang tak takut ketika di hadang oleh premam selarut ini, apalagi jika itu seorang gadis.

Takut, gue takut, kenapa lo datengnya telat? Ingin rasanya Shiina mengucapkan itu namun, di tahannya agar ia tidak terlihat sedang menunggu Revo, ya, Shiina mempertahankan ego-nya di saat tidak tepat.

Wanita dengan egonya yang besar.

Revo membalas pelukan Shiina dan mengelus kepala Shiina, "jangan nangis, nanti lo malah capek sendiri, lagian premannya udah pada tepar semua, lo gapapa kan?"

Mendengar ucapannya Revo yang perduli padanya, tangis Shiina semakin menjadi membuat Revo kalap, dia tidak tau cara menenangkan seseorang yang menangis dan ia tidak suka melihat seseorang menangis, apalagi karenanya, alhasil dia memeluk Shiina dengan erat sampai Shiina puas menangsi di sisi nya.

Kenapa sifat lo selalu berubah-ubah seperti bunglon? Tadi saat pulang sekolah dingin dan kejam dan sekarang hangat dan pengertian. susah banget sih ngertiin lo, Rev. Batin Shiina

Seusai tangis Shiina reda, Revo melepas pelukannya dan menggenggam tangan Shiina menuju mobilnya, yang di genggam hanya nurut saja.

Saat kedua nya sudah di dalam mobil, Revo menyalakan mesin mobil, "lo mau gue anterin kemana?"

Transfrom a cold soulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang