54. Keguguran?

105 8 70
                                    

Rhea dan Arzoo sudah berlari yang menurut mereka sangat jauh. Terutama Arzoo, yang dalam keadaan kelaparan. Berkali-kali ia menjatuhkan dirinya sambil merengek tidak kuat berlari lagi.

Ini terhitung kesepuluh kalinya Arzoo menjatuhkan dirinya. "Pokoknya aku tidak kuat!"

"Dan aku? Aku malah belum makan sejak kemarin, Arzoo. Kau tidak malu dengan calon keponakanmu yang bahkan belum ada di perutku?" Rhea ikut menjatuhkan dirinya di samping Arzoo dengan napas yang juga terengah-engah.

Arzoo melirik Rhea tajam, lalu mengusap peluh di keningnya. "Dia bahkan belum ada, pastilah aku tidak malu."

"Sudah cukup dramanya. Nanti di depan sana kita beli makanan, ayo!" Rhea menarik tangan Arzoo untuk berdiri.

"Kak, kau jangan bertingkah seperti ayahnya Chintu Tyagi yang mengiming-imingi Chintu dengan hamparan mawar saat mau naik kelas," oceh Arzoo.

Rhea tidak menghiraukan ucapan Arzoo. Matanya sibuk mengedar kesana-kemari; mencari sesuatu yang mungkin saja bisa dimakan.

"Kau lapar, kan? Lihat itu," Rhea menunjuk pohon mangga tak jauh dari mereka.

"Kak, hanya karena kau istri penjahat, kau mengajakku mencuri mangga?" Arzoo menggeleng tak percaya.

"Hei, ini hutan, dan hutan bukan milik siapa pun, tapi milik negara. Sedangkan kita, hanyalah 2 rakyat korban penculikan yang tengah kelaparan. Kau tunggu di situ, aku akan memanjat dan mengambil mangganya," ucap Rhea panjang lebar, lalu menghampiri pohon tersebut dan mulai memanjat.

"Kak, calon anak yang belum ada di perutmu akan pingsan saat tahu ibunya memanjat setinggi itu!" teriak Arzoo sambil mendongak ke atas.

"Anak penjahat tidak mudah pingsan sepertimu, Arzoo!" balas Rhea seraya memetik beberapa buah mangga-membuat kedua mata Arzoo membulat tak percaya.

-----

Rishi, Jai, dan Sonu saling tatap dalam keadaan diam.

"Rishi, apa yang Sara katakan adalah ... Shivraj kakaknya Khushi?" tanya Jai.

Rishi mengangguk pelan. "Pasti ...."

Flashback-on

Beberapa tahun lalu ....

"Ada apa, Khushi?" tanya Rishi canggung.

"Aku membelikanmu cokelat, ambillah," Gadis bernama Khushi itu menyerahkan satu bungkus cokelat batangan pada Rishi sambil menunduk malu-malu.

"Tidak, Khushi, aku tidak bisa menerima itu," tolak Rishi baik-baik.

Khushi mengangkat wajahnya menatap Rishi dengan tatapan memohon. Pada akhirnya, Rishi menghembuskan napas pasrah-tidak tega dan menerima cokelat itu. Spontan saja, senyum gadis berusia 19 tahun itu merekah.

"Terima kasih," kata Khushi, sedetik kemudian berlari meninggalkan Rishi.

Rishi kembali menemui kedua temannya-Jai dan Sonu-seraya melempar cokelat itu pada Sonu.

"Kadang aku heran, apa yang gadis itu lihat dari diriku? Aku ini penjahat kejam, kan? Kenapa dia terus-terusan mengejarku?" Rishi heran.

"Karena dia mencintaimu, Kak Rishi," celetuk Sonu sambil membuka bungkus cokelat itu dan memakannya. Saat iru, Sonu memang memanggil Rishi dengan sebutan 'kak', karena merasa Rishi adalah seniornya di dunia kepenjahatan.

"Cinta?" Rishi tertawa. "Hei, itu hanya ada di film-film. Cinta itu sebenarnya tidak ada."

Jai-yang sejak dulu sudah datar-geleng-geleng kepala." Awas saja jika nanti kau jatuh cinta, mengejar seorang gadis sampai seperti orang gila."

Stay A Little Longer (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang