Prolog

162 6 2
                                    

Kini aku menutup mata akan kebenaran yang ada. Terbaring lemah dalam keprihatinan tiada arti, apakah aku memang pantas diselamatkan? Di antara kebenaran dan ilusi yang terus bercampur, aku terus berjalan menuju jurang yang dalam, kelam dan tiada ujung. Namun mengapakah kamu terus memegangku agar tidak jatuh? Apa yang kamu harapkan dariku? Lepaskanlah aku, atau kita berdua akan jatuh, itulah kataku padanya. Tiada mendengar, kami berdua jatuh bersama. Akankah kami berakhir sama? Tidak. Aku tersangkut di pohon yang disebut pengharapan yang tercipta dari hatinya yang terdalam. Tragiskah? Entahlah. Aku kini menatap dalam jurang tanpa dasar itu dan melihat ke arah langit biru tanpa batas. Kedua warna yang indah, hitam dan biru, manakah yang harus kupilih? Kembali ke dalam gelap bersamanya atau terus melangkah kembali menuju langit? Aku pun terdiam dan tak keduanya terpilih.

Langkah Pelan Meninggalkan DramakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang