genre : dark romance
cw : hallucinations, lil bit angst, slight horror
tw : mental illness, murder, main character deathNamaku Abelard Perceval.
Tapi itu dulu ketika aku masih menjadi seorang gelandangan yang tinggal di sebuah rumah kardus rentan hancur, bahkan dindingnya tak mampu menghalau angin malam yang selalu mengusik tidurku.
Namaku Abelard Perceval, tapi itu dulu ketika aku masih memikuk keranjang sampah di punggungku. Ya, dulu aku memunguti sampah di sepanjang jalan besar untuk ditukarkan dengan sepotong roti yang dimiliki sang pengepul limbah.
Dan sekali lagi, namaku Abelard Perceval. Tapi itu dulu ketika aku masih menjadi seorang bocah lelaki yang paling menyedihkan di kota ini. Tak ada orang tua ataupun sanak saudara yang menemani. Bertahun-tahun aku hidup seorang diri, tak bermodalkan apa-apa tetapi harus menghadapi kerasnya dunia yang tak berbelas kasih.
Pernah terbesit pikiran untuk bunuh diri karena sudah tak sanggup menjalani semua ini. Malam itu aku berniat untuk melompat dari jembatan Pont de Bir-Hakeim, menyusul ayah dan ibuku yang sudah lebih dulu menghadap sang ilahi.
Namun, seseorang menahan tubuhku.
Orang itu menyelamatkanku.
Menyelamatkanku dari kematian dan juga rantai kemiskinan yang selama ini sudah sangat mencekik batinku.
Malam itu usai menceritakan alasanku ingin mengakhiri hidup, paman tampan itu menenangkanku. Ia juga bilang padaku bahwa setelah ini, aku tidak perlu menjalani kehidupanku yang dulu lagi. Aku tidak akan sengsara lagi. Paman tampan itu menjanjikan kebahagiaan padaku.
Dan oleh sebab itu, aku mengikutinya pulang.
Malam itu, aku tidak tahu siapa gerangan paman tampan yang sudah menyelamatkanku. Tapi kini, setelah bertahun-tahun bekerja dengannya menjadi seorang pelayan dan tinggal di sebelah rumahnya, aku tahu—tidak, aku sudah menjadi sangat tahu tentang siapa sosoknya.
Ia adalah Vante Emmanuel Salazar, seorang seniman terkenal yang sangat bertalenta. Tuanku sangat tampan. Pertama kali melihat wajahnya, ku pikir aku sudah berada di surga dan disambut oleh seorang malaikat utusan Tuhan.
Omong-omong sedari awal aku menumpang bernaung di bawah atap hunian miliknya, tuanku Vante tidak pernah sekalipun menyuruhku untuk bekerja padanya. Tuanku tidak pernah mempekerjakanku sebagai seorang pelayan sebagaimana pekerjaanku saat ini.
Itu semua murni kemauanku. Murni keinginanku untuk melayaninya sebagai bentuk terima kasihku padanya, bentuk terima kasihku pada kebaikan hatinya selama ini yang sudah menganggap orang asing dari antah-berantah ini seperti sanak saudaranya sendiri.
Tuanku telah merawatku tanpa pamrih, beliau memberiku tempat untuk bernaung serta membiayai seluruh kebutuhanku.
Ia adalah orang baik. Orang yang sangat baik.
Oleh sebab itu, biarkan aku yang mengurusnya sekarang. Bocah kecil yang dulu ditemuinya di atas jembatan sudah berusia dua puluh tahun dan jauh dari kata tidak becus untuk merawat seorang manusia dengan baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Komensalisme | tk
Fanfic[Written in Bahasa] Karena pada dasarnya, Jimin sangat menyayangi Tuannya dan oleh sebab itu ia berjanji untuk selalu membuat Tuannya bahagia di sepanjang hidupnya. ❝Tidak kah tuanku tau bahwa di dunia ini tersimpan suatu pekarangan mawar ajaib yan...