20. Me and Lee Jeno.

16 3 0
                                    

Aku berpacaran dengan Lee Jeno sejak kelas 1 SMA. Waktu itu Lee Jeno pernah berkata, kalau dia tidak akan meninggalkan aku sampai kapanpun. Tapi Lee Jeno berbohong. Dia pergi ke London untuk melanjutkan pendidikan disana. Awalnya aku tidak ingin Jeno pergi. Tapi itu keinginan dia sejak dulu, bersekolah diluar negeri. Akhirnya aku menyetujui kalau Jeno pergi ke London. Setelah menunggu 5 bulan lamanya, Jeno tidak ada kabar. Aku khawatir jika ada sesuatu dengannya.

Dia memblokir WhatsApp ku tanpa alasan. Tidak ada masalah antara kita berdua. Aku pikir dia terlalu sibuk disana. Tapi setelah beberapa hari, aku lihat di sosial media Lee Jeno, ia sedang live bersama seorang perempuan. Dia berkata akan menikah setelah lulus sekolah. Hatiku sangat sakit waktu itu. Aku berpikir itu hanya lelucon. Tapi pikiran positif ku salah. Mereka menunjukkan cincin couple yang mereka pakai di jari manis mereka masing-masing.

Oke! Itu sangat membuat aku tidak menyangka dengan Lee Jeno. Kemana Lee Jeno yang aku kenal sebagai laki-laki setia itu? Lee Jeno yang dulu sudah hilang. Aku mencoba ikhlas dengan semuanya. Aku pikir, yaa sudahlah ini sudah terjadi, semuanya tidak bisa berbalik seperti dulu.

Waktu itu aku sempat komen di live mereka berdua. Aku mengucapkan'Selamat, untuk kalian berdua!' Sepertinya Lee Jeno sudah membaca. Saat itu juga aku langsung menghapus foto-foto kami berdua, baju couple kami berdua, lukisan wajah kita berdua yang aku pajang di dinding kamar. Itu memang terlihat sulit untukku. Tapi mau bagaimana lagi? Apa aku harus menaruh hati kepada laki-laki yang jelas-jelas sudah ingin 'Menikah' dengan perempuan lain? Itu tidak mungkin kan?.

Dan setelah sekian lama Lee Jeno menghilang dari pikiranku dan hidupku. Tiba-tiba saja dia kembali. Tepat di hadapanku. Haha itu sangat menyiksa teman-teman! Sungguh. Melihat wajah Lee Jeno membuat aku teringat betapa senangnya ia mengkhianati aku waktu itu. Maaf kalau aku berlebihan, tapi itu kenyataannya.

Lee Jeno datang seperti orang yang tidak memiliki kesalahan apapun di sini. Dan dengan enaknya dia meminta untuk aku tidak menghindarinya? Bagaimana bisa?

Aku menangis tiada henti saat itu. Papah dan Mamah sudah berusaha menenangkan aku, tapi tidak bisa. Mereka sudah mengajakku jalan-jalan kemanapun yang aku mau, tapi aku menolaknya. Saat itu aku hanya berpikir tentang Lee Jeno, Lee Jeno, dan Lee Jeno. Papah dan Mamah juga tidak menyangka kalau Lee Jeno akan berbuat seperti itu.

Oke kita lupakan Lee Jeno. Aku tidak mau rasa sakit yang dulu akan kembali lagi di diriku. Hari ini aku masih kepikiran dengan Jaehyun. Aku mohon jangan buat nasibku seperti waktu bersama Lee Jeno. Itu menyakitkan.

Aku mencintai Jung Jaehyun, aku tidak mau Jaehyun pergi dari hidupku. Apapun caranya, aku akan berusaha untuk membuat Jaehyun sedikit menyukai aku, sedikit saja.

Sepertinya perempuan itu adalah perempuan yang sangat disukai Jaehyun. Bagaimana tidak? Perempuan itu benar-benar cantik. Cantik sekali. Aku kalah jauh, jauh banget. Apakah aku masih ada kesempatan untuk mendapatkan hati Jaehyun? Doakan saja.

*****

Pagi yang cerah. Aku bersiap-siap untuk ke sekolah. Setelah itu langsung berangkat. Hari ini Jaehyun akan menjemputku. Aku menunggu Jaehyun sambil memakan roti di teras.

Jaehyun sudah datang, aku berdiri lalu menghampirinya. Aku tersenyum, dan masuk ke dalam mobil. Tidak mau terlalu lama, takut terlambat.

Sesampai disekolah, aku melambaikan tangan ke arah Jaehyun. Lalu aku berlari kecil menuju kelas. Malas sekali, harus bertemu dengan Tuan Lee Jeno.

Aku senang saat Lana sudah berangkat ke sekolah. Dia kembali beradu mulut dengan Rania.

"LANA!" Panggilku, Lana menoleh lalu ia tersenyum dan menghampiriku.

"Eh ada anak baru ya disini?" Katanya. Seketika ekspresi ku yang awalnya tersenyum lebar, berubah menjadi masam.

"Heem" Jawabku, sambil meletakkan ransel dibangku lalu duduk dan diikuti oleh Lana.

"Oalah, dia anaknya?" Tanyanya lagi, kali ini sambil menunjuk Lee Jeno yang sedang nongkrong bersama anak laki-laki di belakang.

"Heem" jawabku.

"Heem heem mulu lo, sakit gigi?" Remehnya.

"Garing lo" Jawabku.

Aku bermain ponsel. Jangan tanya Lana. Dia sedang perang sapu bersama Rania. Semakin hari mereka semakin meresahkan.

Saat sedang santai-santai nya, Lee Jeno menghampiriku tepat di depan mukaku. Aku menatapnya, jujur saja aku rindu menatap mata Lee Jeno. Tapi aku langsung menunduk. Dia mengangkat daguku, membuat aku kembali menatap dua bola mata indah Lee Jeno. Tidak-tidak, masih indah mata Jung Jaehyun.

"Gue rindu lo" Bisiknya lembut. Hatiku sakit mendengar ucapan Lee Jeno sekarang. Rasanya, ini mengingatkan tentang kita dulu.

"Aku enggak" Balasku, lalu menepis tangannya yang masih memegang daguku.

Jantungku berdegup kencang. Lee Jeno mengusap rambutku pelan, lalu pergi dari hadapanku.

Bugkhh!!

Lana menggedor meja tepat di depanku, membuat aku langsung terkejut sambil mengelus dada.

"Lana, lo apaan sih?!" Tegurku.

"Eh lo jujur sama gue Na, lo pacaran sama si anak baru itu?" Tanyanya menuntut jawaban

"Hah? pacaran? Enggak Lana"

"Bohong idung lo panjang ya!" Katanya sambil menoyor hidungku dengan telunjuknya.

"Bohong apa sih? Ini udah jujur Lana" Elakku lagi. Percaya padaku, Lana pasti akan menghantuiku dengan pertanyaan-pertanyaan seperti ini.

"SELAMAT PAGI ANAK-ANAK. DUDUK SEMUA KE TEMPAT NYA" Ucap Bu Min-Hyoo, guru seni.

Semua anak-anak yang bergerombol di belakang, langsung duduk ke bangkunya masing-masing.

Jam pelajaran sudah berlangsung. Seluruh penghuni kelas terdiam.




.
.
.
.
.
To be continued.









MY LOVE STORY | Jung JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang