Part 14

1.9K 203 19
                                    

Sorry, lama update nya hehehe

Semangatin aku pake emot dong, biar cepet update nya😍

Selamat membaca jangan lupa vote dan komen ya💜🧡









Pertama, Alisa ingin memberitahu kalau Jimin itu menyebalkan. Kedua, Jimin itu tidak pengertian. Ketiga, Jimin itu handal berbuat tapi tidak handal menyembunyikan. Contoh saja seperti perbuatan nya semalam. Leher Alisa kembali memiliki banyak tanda dan lebih menyebalkan lagi hari ini Alisa sekolah, everybody!

Yang benar saja, huffttt.

"Maid!!"

Teriak Jimin menggelegar saat mereka memasuki rumah. Jam juga bahkan baru menunjukkan pukul 05.40. Masih gelap pun mereka memutuskan untuk pulang ke Seoul, mengingat Alisa hari ini ada pra ujian untuk kelulusan nanti.

Asisten Jung dan dua pelayan pun datang bergegas. "Iya, Tuan. Saya disini."

Kemudian Jimin memberikan tas sekolah Alisa kepada pelayan yang lain, serta merta jas yang Jimin kenakan kemarin. "Urus dia sampai selesai," perintahnya tegas sebelum meninggalkan mereka semua memasuki kamar.

Sedangkan Alisa hanya berdiri kesal sambil menghentak-hentakkan kaki nya ke lantai, menatap punggung gagah Jimin yang hampir hilang di ambang pintu kamar.

"Apa terjadi sesuatu?" Asisten Jung bertanya. Wanita yang sudah berkepala empat itu mendekat dan menarik Alisa perlahan duduk ke sofa.

Alisa mengangguk malas. "Kami memang melakukan sesuatu."

"M-maksudnya nona?" asisten Jung tidak mengerti.

Alisa melepaskan syal berwarna coklat susu yang sedari tadi melilit lehernya dan diberikan kepada asisten Jung. Setelah itu Alisa posisikan menghadap kesamping, sehingga asisten Jung dengan leluasa melihat apa yang sedang terjadi.

Dua pelayan yang senangtiasa memperhatikan nyonya mereka di balik punggung asisten Jung lantas tertawa, namun cepat-cepat mereka tahan saat tatapan maut yang asisten Jung layangkan benar-benar mengerikan.

Alisa menghela nafasnya kesal. Tubuhnya luruh pada punggung kursi tertekuk. "Lihat! setiap ke villa dia pasti melakukannya." gerutu Alisa mengingat dirinya sendiri tidak pandai menahan Jimin dan mengarahkannya. Alhasil, beginilah jadinya. Selalu saja seperti itu. Kalau Alisa ingat-ingat, tiga kali melakukannya, dan tiga kali juga leher Alisa memiliki tanda. Selalu, seperti itu.

Asisten Jung tersenyum sebentar, lalu menepuk punggung tangan Alisa sembari ia genggam. "Itu adalah tanda bahwa hanya tuan yang bisa memberikannya padamu, nona" realistis asisten Jung.

"Tentu saja, aku istrinya dan dia suamiku. Tapi yang aku maksud itu adal—"

"Cepat mandi! atau mau aku yang memandikan?"

Tiba-tiba saja Jimin menyela dibelakang sana. Asisten Jung langsung berdiri, melepaskan tangan Alisa lalu bersikap tegap dengan kepala sedikit menunduk, begitupun dengan dua pelayan yang dari tadi berdiri di belakang sana.

"Kau tidak mau mandi?" Jimin bersuara lagi. Sedangkan Alisa malah menyembunyikan tubuhnya dipunggung sofa. Gadis itu masih malu.

Sungguh! apa Jimin tidak bisa diam saja dan bersiap-siap sendiri tanpa bicara dengan dirinya?

"Alisa," terdengar sekali lagi himbauan dari sang penguasa rumah. Tapi kali ini suaranya di iringi dengan langkah kaki yang perlahan semakin terdengar keras mendekat.

"Sudah waktu nya mandi gadis kecil."

Mendengar itu Alisa langsung menegakkan tubuhnya dengan benar. "Aku bukan anak kecil!"

DESTINY IN MY LIFE  ||  [PJM]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang