Empat Puluh Sembilan

48 15 3
                                    

Jangan lupa vote dan komen terlebih dahulu ya. Untuk mendukung karya ku. Terima kasih
♡ ♡ ♡

Jogjakarta, februari 2007

"Titip dia di panti asuhan atau kita cerai!"

"Kalo kamu gak mau. Dan masih mempertahankan anak itu kita cerai saja!"

"Oke kita cerai, kalau itu yang kamu mau!" tegas Fawaz pada Rini—sang istri.

Dengan segera Fawaz mengendong  anak kecil yang berusia tiga tahun itu pergi.

"Mas ... Mas ..."

"Argh!!"

"Gara-gara anak itu!"

Fawaz mendudukkan anak yang bernama Faras Mahera Putra itu duduk di jok mobil dengan kursi khusus yang sudah terpasang.

"Jangan takut sayang. Papa di sini." kata Fawaz sembari mengusap lembut pucuk kepala Mahera.

Fawaz memijat pelipisnya yang terasa sakit akibat memikirkan ulah Rini. Ia menarik napas dalam untuk menetralisir gejolak rasa amarahnya.

"Apa yang kamu pikir, Rin?"

"Dia anak kita juga. Darah daging kita. Walaupun dia sedikit terlambat berbicara dan berjalan dia tetap anak kita.."

"Rin.."

Terdengar suara ketukan pintu kaca mobil dari luar. Fawaz yang sedang menundukkan kepala di atas stir mobil mendongakkan kepala. Melihat ke samping siapa seseorang sudah mengetuk pintu kaca mobilnya. Fawaz pun segera membuka pintu mobil dan keluar. Menarik pergelangan tangan Rini dan pergi ke samping mobil.

"Mas. Kenapa kamu masih membela anak tidak itu! Dia hanya membuat malu saja!"

"Mas. Dengar kata-kata saya!"

"Buang dia di panti asuhan. Dengan begitu kita gak perlu lagi mendengar omongan orang-orang yang selalu mengejek kita, karena anak itu!"

Fawaz menatap dalam Rini, ia sangat tak habis pikir dengan kelakuan istrinya itu. Bisa-bisanya ia berkata seperti itu. Fawaz menatap Rini sinis dan mengelengkan kepala.

"Saya gak habis pikir denganmu! Dia anakmu! Hanya karena dia sedikit terlambat berbicara dan berjalan kamu ingin membuangnya?!"

"Anak itu anugerah. Titipan dari Tuhan!"

"Kita cerai besok!"

Fawaz menghempas kasar tangan Rini yang masih mengengam tangan Fawaz. Dan ia pun masuk ke dalam mobil dan melajukan mobil dengan cepat.

"Mas!"

"Mas!"

"Saya gak mau cerai sama kamu!!"

Sejak hari itu, kehidupan Mahera pun berubah. Ia dirawat dengan penuh kasih sayang oleh Nawang. Seorang guru yang sengaja Fawaz minta untuk mengajar privat Mahera agar anak itu dapat berbicara dan berjalan layaknya anak seumurannya.

Nawang sangat tulus mengajari Mahera. Hingga membuat Fawaz jatuh hati padanya. Dan semesta merestui mereka. Pada agustus 2009 mereka pun menikah. Selang satu tahun kemudian lahir lah Nadira anak pertama mereka.

Sepuluh tahun berlalu sejak Fawaz menceraikan Rini. Dan Rini pun kehilangan kontak Fawaz. Ia hilang begitu saja setelah menceraikannya di pengadilan. Hilang entah ke mana dan melupakan jika ia masih mempunyai anak pertama yang seharusnya masih ia nafkahi. Rini yang hampir kehilangan harapan hidup. Akhirnya ia menemukan titik terang setelah bertahun-tahun mencari Fawaz.

Lukisan Luka Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang