Ini senin bukan si?🤣 Happy Reading kalian!
.
Malam itu, tepat saat sebuah harapan muncul, ada saja hal yang menjatuhkan harapan tersebut hingga menyentuh tanah. Belahan jiwanya, hatinya, dinyatakan koma karena keadaan Ginjal yang tidak memungkinkan. Kata dokter spesialis milik sang istri, batas pencapaian istrinya hanya beberapa hari kedepan, jika tidak segera dilakukan operasi, maka segala keputusan baiknya hanya pada Tuhan.
"Semua akan baik-baik saja. Aku tau kau akan marah saat mengetahui ini, sayang. Tapi... ini semua demi kebaikan kita. Ini semua demi kau." ujar Seojoon dengan air mata yang mengalir.
Kalian kira dia ingin? Kalian kira hatinya menerima saat darah dagingnya harus ia renggut paksa?
Ia dengan setia terus menguatkan hati, sejak pemikiran sampah yang hinggap dikepalanya dua hari yang lalu, ia sama sekali tidak bisa berpikir jernih. Bagaimana pun alasannya, hati Seorang Kim Seojoon tidak mati, ia merasakan bagaimana sakitnya ia harus berbohong, ia harus mematahkan hatinya dan mempertahankan pertahanannya dihadapan putra bungsunya.
Toh Seojoon sudah terlajur bukan?
Sejujurnya, lima Tahun lalu Seojoon sudah memikirkan segalanya. Ia berencana menghapus semua bekas anak bungsunya disini, melatih hati, Jiwa dan raganya untuk bersiap jika suatu saat ia harus mengutus putranya pulang pada Tuhan.
Ia sudah berpikir, sudah berusaha, sudah menimbang, tapi tidak ada satupun yang berhasil. Semakin dekat hari dimana ia harus melepaskan, percayalah Seojoon seolah lemas detik itu juga. Hatinya berontak.
Helaan nafas itu terdengar, Seojoon menoleh saat didengarnya dering ponsel memenuhi ruangan.
Hyungsik Hyung
"Yeobose-"
"Ya, Kau bajingan sialan! Aku mengurusmu sejak kecil, memberimu makanan sehat tapi kau tumbuh dengan otak tumpul seperti ini, Kim!" Seojoon menatap ke arah lain, telinganya masih fokus pada kata-kata sang kakak.
"Kim Seojoon, Taehyung anak kandungmu, dia bukan anak tiri! Kau tidak memungutnya di jalan atau panti asuhan, dia darah dagingmu! Didalam tubuhnya mengalir darahmu!" Seojoon mengusap air matanya, ia bangkit dari duduknya.
"Bahkan ayah tiri mungkin lebih baik darimu. Seojoon, Taehyung masih muda. Kau tidak memikirkan masa depannya? Satu saja ginjal yang kau ambil belum tentu bisa membuatnya bertahan hidup sepuluh tahun kedepan apalagi dua, lalu kau sudah berencana membuat surat kematiannya?" Pekik Hyungsik.
"Kenapa harus Taehyung?" Seojoon diam, air mata sialannya jatuh begitu saja.
"Jawab aku, Kenapa harus Taehyungieku?" Kaki-kaki Seojoon serasa seperti jelly, hatinya sakit sekali.
"Lalu harus siapa?! Hyung, aku tidak bisa kehilangan istriku! Dia terlalu berharga untukku, hyung"
"Lalu putramu tidak berharga? Kujamin jika Istrimu bangun dan mengetahui segalanya, ia akan membencimu sampai mati." Seojoon diam. Ia memejamkan matanya.
"Kau dengar aku Seojoon? Tuhan akan sangat marah jika kau melakukan ini pada anak yang tidak tau apa-apa. Murid pandaiku itu terlalu polos diusianya yang ke 19 tahun. Kau mungkin tidak ingat jika dua bulan lagi ulang tahunnya yang ke 20."
Seojoon tidak lupa, ia masih ingat dengan jelas.
"Lima tahun, ulang tahunnya aku selalu berusaha untuk membuatnya tetap tersenyum, aku berusaha membuatnya lupa jika ayahnya tidak pernah mengucapkan selamat ulang tahun padanya." Seojoon diam.
"Aku beri kau waktu berpi-"
"Tidak hyung, tidak ada waktu berpikir. Aku butuh Taehyung untuk kesembuhan istriku." ujarnya lalu mematikan sambungan tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Happier [Kim Brothers]
FanfictionTaehyung itu anak bungsu yang sangat dicintai oleh kedua orang tuanya, Seokjin hyung dan Si cuek Namjoon hyung. Anak itu memiliki watak yang sangat sangat ceria, daging yang tidak bisa tenang barang semenit saja. Anak itu juga sering membuat Cueknya...