Judul: Maling Bego
Tema: rumah kosong
Genre: komedi
Penulis:arcangel_akira"Bos, kau yakin itu rumah gak ada penghuninya?"
"Yakin! Itu rumah udah lama gue pantau gak ada yang nempatin." Pria berkepala plontos memasuki area belakang rumah yang konon dipercaya warga sekitar sebagai rumah peninggalan Belanda.
"Bos ... tunggu dulu!"
"Apa lagi?"
"Mati lampu, Bos!"
"Emang lampunya gak dinyalahin, bego! Lagian kalo terang, ya, kita ketauan!"
"Tapi, Bos, si Kerempeng lagi nyalain obor, noh!"
"Bujug!! Cepet matiin! Jangan sampe orang-orang pada tahu kita di sini!"
Obor pun dimatikan dengan susah payah oleh Belo dan Kerempeng. Lalu tak sengaja Belo melihat ke atas.
"Eh, apaan itu!" Sembari Belo menunjuk. "Bukannya itu kepala melayang?"
Tiba-tiba saja terlihat di langit benda aneh yang tengah melayang.
"Ku-kuyanggg!!!" Mereka serempak berlari memasuki rumah itu yang ternyata pintu belakangnya tidak terkunci.
Napas mereka masih tersengal-sengal, memegang lutut sambil menghirup udara serakah, posisi mereka bertiga tampak kompak saat ini.
"Tadi itu apaan, Bos?"
"Entahlah, gue gak liat! Lu berdua kabur, ya, gue ikut kabur."
"Peng, apaan itu tadi?" tanya Belo kepada orang yang tadi menyalahkan obor.
"Gue juga gak liat jelas, Lo."
"Lo yang teriak kuyang tadi, anjrit!
Di tengah mereka berdebat, tiba-tiba terdengar suara ....
_Gubrak!!_
"Emakk!!" Sang ketua menjerit saat mendengar suara pintu tertutup kencang mengangetkan mereka bertiga yang spontan berpelukan.
"Anjritt! Gue masih normal, ya! Apa-apaan lu pada peluk-peluk gue! Pake remes-remes pantat gue lagi!"
"Bos, nih tangan kita, gak ada yang pegang pantat tepos Bos?"
"Lah, ini tangan sapa?"
"Wahhhhhh, tangan buntung!!"
Mereka bertiga berlarian di rumah itu, semakin lama semakin ke arah dalam tanpa mereka sadari.
Setelah lelah berlari akhirnya mereka berhenti.
"Stop!stop! Capek gue!"
"Sama, Bos!"
"Nih, rumah gede amat, ya, nunggak kagak, nih, bayar Pajak Bumi Bangunannya?"
"Kenapa lu jadi urusin privasi orang? Pajak, tuh, urusan manusia dengan pemerintah, kita gak perlu tahu."
"Ya, kali, Bos---"
"Cukup! Jangan lanjutkan! Kita fokus jarah isi ni rumah, oke?"
Mereka bertiga jalan berjajar, persis seperti pasukan pengibar bendera, tak ada di antara mereka yang mau jalan duluan ataupun jalan di belakang, jadilah mereka jalan berjajar.
"Lu maju bego!"
"Gak mau, lu duluan!"
"Anjritt, nih, pintu kaga muat kalo kita bertiga masuk barengan!"
"Yaudah, gambreng kalo gitu!"
"Oke!"
"Hompimpa halium gambreng! Nek Ijah pake baju rombeng!!"
"Nek Ijah udah kaya, woi! Kemaren kena gusur jalan tol dia!"
"Lah, tau gitu kita rampok rumah dia aja, gak perlu kemari."
"Astajim!! Kalian bisa kaga serius!! Cepet gambreng!"
"Setelah berkali-kali gambreng, tidak juga didapatkan pemenangnya, selalu berakhir seri, dua putih dua yang hitam.
Setelah sekian lama, mereka berpikir keras.
"Baidewei, kita kan bertiga, bijimana bisa hasilnya seri?"
"Lah, bener juga, lu!"
"Sekali lagi hayuk!"
"Gue hitam!"
"Gue putih!"
"Gue putih!"
"Lah ini tangan siapa yang hitam?"
" ... "
Mendadak bulu kuduk mereka terasa berdiri, suasana tiba-tiba menjadi lebih menegangkan. Hingga tiba-tiba si Kerempeng bicara.
"Eh, tangan saya, Bos, saya pasang dua tadi, biar menang!"
"Dasar GUOB****!"
"Sabar, Bos, jangan emosi!!
"Jadi itu tangan lu, Peng?"
"Iya, Lo."
"Kalo itu tangan Lo, jadi yang dari tadi yang gerepe-gerepa gue sapa downg?"
Mereka kompak menoleh dan berteriak bersama.
_Wakkkkkk!!!_
Akhirnya kini mereka terpencar, dengan mengandalkan sinar bulan dari luar yang menyeruak masuk lewat lubang udara di rumah itu mereka mulai saling mencari.
Belo yang berlari ke arah pintu masuk tadi, tersasar ke arah dapur, dan setelah berjalan meraba-raba akhirnya dia menemukan tempat yang agak terang.
"Anjritt jadi laper gue, sapa ini yang masak jengkol sampe baunya ke mana-mana?"
Belo memasuki dapur yang tampak terawat. Di hadapannya kini meja makan besar dengan beberapa piring tersaji rapi. Juga terdapat makanan yang tampak baru diangkat.
"Bakwan anget??"
Belo tampak kaget! Bakwan di hadapannya sungguh terlihat mencurigakan. Namun, lolongan perutnya membuatnya malas untuk memikirkan hal itu.
Setelah menoleh ke kanan dan kiri, Belo mulai melahap bakwan itu terburu-buru. Namun, sebelum makan itu sampai ke perutnya, sebuah pisau terbang melintas tepat ke arahnya, bak adegan _slow motion_ di film-film Hollywood pisau itu terlihat terbang melambat ke arah Belo dan dia akhirnya mampu menghindari pisau itu yang saat ini tertancap di interior kayu di belakangnya.
"Hufftt! Hampir saja!"
"Tuluuunggg!!"
"Sepertinya itu suara si Kerempeng! Aku harus menyelamatkannya."
Tak sia-sia dia mendapat julukan Belo, karena kedua matanya yang berukuran besar dan hampir jatuh keluar itu ternyata dapat melihat di kegelapan seperti infrared milik kalong. Pantas dia satu-satunya orang yang bisa menghindari jurus pisau terbang itu.
Setelah Belo sampai di TKP semua telah terlambat, bukan karena teman-temannya telah mati, atau bukan juga karena seluruh harta telah tiada. Melainkan saat dia datang lampu di rumah itu telah menyala dan kekuatan Belo pun tak ada gunanya lagi.
Selesai
"Jadi gimana acara merampoknya?"
"Mereka keburu ketangkep warga, karena mau maling berisik banget, lari-larian dan minta tulung mulu."
"Owh, begitchu."
Bener-bener selesai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Tugas Member BA
AcakIni adalah kumpulan tugas yang diberikan dengan tujuan menyeleksi kesungguhan member. Dari hasil penyaringan ternyata hanya ini yang lolos.