"You're looking exactly at him right now."
Gemma dapat merasakan napas Biru menyapu lembut kedua pipinya saat lelaki itu mengucapkan kata-kata yang membuat hatinya berdesir. Ia dapat melihat rahang lelaki itu yang mulai ditumbuhi bakal janggut dan bibirnya yang bergerak penuh penekanan. Jantungnya berdegup kencang, nyaris sama kencangnya dengan suara mesin mobil yang belum juga dimatikan Biru.
Gemma sadar bahwa apa yang dipikirkannya beberapa saat lalu merupakan kesalahan. Biru bukan Harris. Dan tidak ada alasan mengapa dia harus menimpakan kecurigaan masa lalunya mentah-mentah di hadapan Biru. Itu sangat tidak adil.
"Aku masih mencerna apa yang sedang terjadi di hidup aku. Kamu, aku, kita... Aku belum pernah menjalin hubungan dengan siapapun sejak... sejak saat itu. Sepertinya baru kemarin kita ketemu, baru kemarin kamu ketemu Kim dan tiba-tiba aja Harris datang. Sejak saat itu aku ngerasa aneh, aku harus ketemu kamu atau aku bisa gila cuma dengan lihat muka Harris—24 jam, seperti yang kamu bilang. Aku nggak mau ada salah paham terkait kejadian tempo hari dan aku merasa kamu harus tau, karena itu sama sekali nggak seperti kelihatannya. Lalu aku udah di depan ruangan kamu, berdiri kayak orang linglung. Aku nyaris balik badan dan pulang, tapi aku udah ketemu Citra duluan. Lalu dia masuk ruangan kamu, dan kalian ketawa-ketawa akrab—bukan berarti aku nguping—dan itu buat aku ngerasa kayak... kayak... dejavu. Dia mirip seperti selingkuhan Harris dulu: menarik dipandang dari sisi manapun. Aku tau kamu pikir aku bodoh atau kekanak-kanakan tapi aku bener-bener nggak ngerti lagi, gimana caranya membedakan ilusi masa lalu dan realita masa kini."
Gemma terengah-engah begitu mengeluarkan seluruh luapan isi hatinya. Dengan gerakan tegas namun lembut, Biru merengkuhnya, mendekapnya seperti kepompong. Lelaki itu menempatkan dagunya di puncak kepala Gemma dan mulai berbisik, "Aku dan Citra cuma teman, seperti yang sudah aku bilang. Dan dia nggak semenarik itu di mata aku, Gemma, kamu harus tau itu." Ia menghembuskan napas berat, "Aku juga sedang berusaha untuk memahami semua ketakutan kamu. Keluarin semua apa yang selalu kamu pendam. Buka topeng kamu, runtuhkan dinding pembatas kamu, jujur sama aku."
Selama beberapa saat, mereka berdiam dalam posisi yang sama. Gemma terisak hingga membasahi kemeja Biru dan lelaki itu dengan sabar menepuk dan mengelus punggungnya. Membuatnya nyaman. Aman.
"Aku punya satu pertanyaan." kata Gemma seraya menarik diri dari pelukan Biru.
"Apa?"
"Kenapa aku?"
"Nggak ada alasan, Gemma. Kamu bener-bener menarik perhatianku waktu pertama kali kita ketemu di kafe, terus aku kenal Kim dan aku sayang sama kalian seutuhnya. It just happens."
Dan air mata Gemma luruh kembali tanpa bisa dibendungnya, kali ini semakin deras dan ia tidak bisa membuatnya hanya terisak, kali ini ia tersedu sedan. Meskipun ia tahu apa yang didengarnya terlalu manis untuk jadi kenyataan, ia tetap menelannya mentah-mentah. Mungkin Biru memang malaikat penyelamatnya. Mungkin ia memang layak untuknya. Mungkin...
KAMU SEDANG MEMBACA
Silver Lining ✅ END ✅
RomancePerjuangan seorang Gemma Andriana dalam menjalani hidup setelah kejadian memilukan 5 tahun lalu. Kedatangan Biru mengubah hidupnya dan memberikan secercah kebahagiaan yang pantas ia dapatkan. Ketika ia mulai mengizinkan Biru untuk masuk ke dalam keh...