Satu tahun telah berlalu, dan kini Marissa sedang mengandung anak pertamanya dengan penuh rintangan saat kehamilan. Dan kini dia sedang berjuang untuk melahirkan anaknya di rumah sakit.
Kevin pun menemani Marissa di ruang bersalin untuk memberi semangat kepada Marissa. Kevin sungguh tidak tega melihat istrinya merintih kesakitan diruangan tersebut.
"Bagaimana dok?" Tanya Kevin.
"Sebaiknya kita melakukan tindakan operasi untuk menyelamatkan nyawa ibunya dan juga anaknya," ucap dokter Rusdi kepada Kevin.
"Dokter, selamatkan bayinya dok, aku mohon!" Ucap Marissa dengan merintih.
Kevin mengusap kepalanya Marissa dan mencium kening Marissa untuk menenangkannya. "Dengar sayang, dokter Rusdi akan memberikan yang terbaik untuk kamu dan anak kita, aku akan menemanimu!" Ucap Kevin.
"Dok, apa bisa saya juga ikut menemani istri saya diruang operasi?" Tanya Kevin.
"Baiklah dok, dokter Kevin boleh ikut menemani istri dokter! Kita akan melakukan operasi 5 menit lagi," ucap dokter Rusdi. Kevin pun menganggukkan kepalanya dan segera bersiap untuk menemani istri menjalankan operasi.
Ketika Kevin keluar dari ruang bersalin, mamanya, mama Vania, dan papanya Marissa terlihat khawatir dengan keadaannya Marissa.
"Bagaimana Kevin?" Tanya mama Laurent.
"Ma, dokter akan melakukan operasi untuk menyelamatkan nyawa Marissa dan juga bayinya! Karena ketubann
pecah terlebih dahulu, dan takutnya bayinya bisa meminum air ketuban itu!" Jelasnya Kevin."Apa kamu juga ada di sana nanti?" Tanya mama Laurent.
"Iya ma, tadi Kevin sudah izin kepada dokter yang menangani operasi dan diperbolehkan! Baiklah Kevin siap-siap dulu, karena operasi 2 menit lagi!" Ucap Kevin lalu pergi ke ruangannya untuk bersiap diri.
°°°
Di dalam ruang operasi, Marissa tidak sadar diri karena telah disuntik obat bius. Kevin tidak mengganggu pekerjaan dokter Rusdi. Meskipun Kevin banyak menangani operasi pasiennya, bahkan operasinya lebih besar dibandingkan operasi yang dilakukan Marissa saat ini. Rasanya Kevin sangat ngilu ketika melihat istrinya di operasi seperti ini.
Setelah satu jam setengah dokter melakukan operasi, bayi dan juga ibunya bisa selamat. Tangisan bayinya sangat kencang. Kevin menangis bahagia ketika dia mendengar suara tangisan bayi yang tak lain itu anaknya.
"Selamat dokter Kevin, anak dokter laki-laki dengan berat 3,6 kg!" Ucap dokter Rusdi.
"Terimakasih dok atas kerjasamanya," ucap Kevin. Kevin pun keluar dari ruang operasi dan segera memberi kabar baik kepada keluarganya.
Ketika diluar, Kevin memeluk mamanya dengan erat. Mama Laurent terkejut dan membalas pelukan dari Kevin. "Bagaimana?" Tanya mama Laurent.
"Selamat kalian semua resmi menjadi kakek dan juga nenek," ucap Kevin. Mereka pun tersenyum dan saling mengucapkan selamat satu sama lain.
"Bagaimana keadaan bayinya?" Tanya mama Vania.
"Marissa dan bayinya sehat, laki-laki, dan berat badannya 3,6 kg!" Jawab Kevin.
Setelah keadaan Marissa membaik, dia dipindahkan ke ruang rawat inap selama satu hari. Karena dia masih sedikit lemah dan belum pulih total.
Kevin duduk disebelahnya Marissa dengan mengusap kepalanya berkali-kali. Tak lama kemudian, dia mulai sadar dari obat bius.
"Sayang?" Ucap Marissa dengan lirih.
"Iya, bagaimana?" Tanya Kevin.
"Anak kita?"
"Dia baik-baik saja, dan sekarang masih diruang baby! Nanti aku akan suruh perawat untuk membawanya kemari," ucap Kevin. Marissa pun menganggukkan kepalanya.
°°°
Malam harinya, Marissa menggendong bayinya dengan tersenyum. Sedangkan Kevin, dia pulang untuk membereskan keadaan rumahnya.
"Marissa," panggil Sekar. Marissa pun melihat orang yang memanggilnya.
"Sekar," ucapnya dengan tersenyum.
"Selamat ya, akhirnya kamu punya baby juga!" Ucap Sekar. Marissa pun berterima kasih kepada Sekar karena sudah memberikan ucapan selamat kepadanya.
"Anak kamu ganteng banget, persis ayahnya!" Ucap Sekar.
"Hmm, banyak orang yang bilang kalau bayiku ini persis sama ayahnya! Kenapa tidak persis sama aku saja," gerutu Marissa.
"Dia kan laki-laki, jadi mirip dengan ayahnya! Nanti kalau anak perempuan, baru mirip denganmu!" Hibur Sekar. Marissa pun terkekeh dan menganggukkan kepalanya.
Tak lama kemudian, Regan pun datang dengan membawa buah-buahan di nakas meja rumah sakit. "Dimana suami lo?" Tanya Regan yang masih celingak-celinguk mencari keberadaan Kevin.
"Dia segera datang, tunggu saja di sana!" Jawab Marissa. Regan pun mengangguk dan menuju ke ranjang baby dimana bayinya Kevin dan Marissa tertidur pulas. Regan mengusap pipi bayinya karena merasa gemas.
"Heh jangan sentuh dia, nanti dia akan jadi kek lo dan gue gak mau itu!" Peringat Marissa kepada Regan.
"Apa? Lo gak mau anak lo jadi kek gue? Kurang apa sih gue ini? Udah ganteng, terkenal meskipun lebih terkenal suami lo, dan pastinya gue pintar!" Ucap Regan dengan percaya diri.
"Lo memang pintar, tapi kadang lo juga bodoh!" Ucap Marissa.
"Ck! Gue doain, semoga anak lo persis sama gue!" Ucap Regan. Dari arah belakang, pundak Regan ditepuk oleh Kevin. Sedangkan Regan cengingisan ketika dia melihat Kevin yang sudah dihadapannya. Sedangkan Marissa dan Sekar dia tertawa melihat Regan yang ketakutan melihat Kevin.
"Tarik ucapan lo itu!" Ucap Kevin dengan tegas.
"Iya pak dokter, saya akan menarik ucapan saya tadi dan berdoa supaya anak dokter bisa menjadi apa yang diinginkan orang tuanya!" Ucap Regan. Kevin pun tersenyum dan menepuk pundaknya Regan. Regan pun menghela napasnya dengan kasar dan bersyukur tidak digebuki oleh sahabatnya sendiri.
"Baiklah Marissa, aku pulang dulu ya! Udah malam, kasihan Gevan dirumah sama papanya!" Pamit Sekar.
"Iya, gue juga juga mau pamit dulu Kev! Kalau ada apa-apa jangan sungkan-sungkan untuk telepon gue!" Ucap Regan.
"Kalian hati-hati dijalan," ucap Marissa. Sedangkan Kevin hanya menganggukkan kepalanya.
Setelah mereka keluar, tiba-tiba bayinya menangis. Kevin pun menggendongnya dan memberikannya kepada Marissa untuk diberikan ASI.
"Anak kita di kasih nama siapa?" Tanya Marissa. Kevin berpikir sejenak untuk memikirkan nama yang bagus untuk anaknya.
"Bagaimana kalau Edwin Valdaino Durant," ucap Kevin.
"Boleh, bagus namanya!"
"Selamat datang Edwin di keluarga kecil kita, jangan pernah mengecewakan bunda dan ayahmu ya," ucap Kevin lalu mengecup kening anaknya.
°°°
Edwin Valdaino Durant yang memiliki arti laki-laki yang memiliki semangat dan menjadi sahabat yang makmur dari keluarga Durant.
Selamat datang Edwin di keluarga Durant. Jadilah anak yang baik buat bunda Marissa dan ayah Kevin ya.
°°°
-Selesai-
Terimakasih yang sudah membaca cerita ini dari awal sampai akhir😊
Jika ada kesalahan atau hal yang kurang dimengerti mohon maaf ya hihiDan jangan lupa untuk menantikan cerita terbaru selanjutnya💕
Thanks
Jangan lupa follow, vote, dan comment😍
KAMU SEDANG MEMBACA
THE DEVIL DOCTOR ✓ [COMPLETED]
Teen Fiction[COMPLETED✓] [FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Perjodohan yang dilakukan oleh kedua belah pihak justru membuat Marissa Clarasati Nishi merasa tersiksa. Karena dia masih belum siap untuk menikah. Dekat dengan seorang dokter tampan, kaya raya, namun sifatny...