Chapter 3

142K 3K 41
                                    

"Kak Aiden cukup, kita sedang di ruang makan. Tidak enak jika ada yang melihat"

ucap Lizy lirih sambil menundukkan kepala nya dan mendorong dada bidang Aiden. Karena dia tau, Aiden pasti marah karena penolakan nya ini.

"Memangnya siapa yang berani melihat kita sayang, apa peduli mereka. Ini kan rumah kakak dan kamu"

ucap Aiden sembari menempelkan kembali dahi mereka berdua. Mendengar hal itu Lizy hanya menggeleng lemah. Dia sungguh muak dengan kelakuan Aiden yang selalu menyerang nya. Ingin rasa nya perlakuan Aiden ini ia adukan kepada orang tua nya.

Dia takut Aiden semakin marah dan malah membuat orang tua nya khawatir.

"Aku lelah kak, ingin istirahat" ucap lizy memohon

" Kalau begitu tidur di kamar kakak malam ini"

" Tidak bisa kak. Aku tidur di kamarku sendiri saja" Aiden terus menatap Lizy terus menerus, bagi nya wajah polos Lizy sangat menggemaskan dan membuat nya selalu bergairah. Mendengar hal itu itu Aiden hanya tersenyum.

"Baiklah, malam ini kakak akan melepaskan kamu, tapi kamu harus berjanji besok tidak boleh keluar bersama laki-laki lain, mengerti sayang?"
Ucap Aiden dan hanya di balas anggukan oleh Lizy.

Lizy pun bangkit dari pangkuan Aiden, dia cepat-cepat menuju kekamar nya. Takut jika Aiden malah berubah pikiran.
Dia heran kenapa kakak nya sekarang menjadi super posesif dan sangat mesum. Perlakuan Aiden kemarin pun juga sudah dibilang pelecehan bukan.

Tapi sungguh Lizy sangat takut sekarang, setelah secara perlahan sifat Aiden yang asli muncul seperti monster.

Lizy sudah sampai dikamar nya, dia mengunci kamar nya lalu bergegas menuju ranjang nya, lalu dia melihat ponsel yang berada disampingnya nya dia terlihat berfikir, haruskah dia menelpon orang tua nya agar menjemput nya saja untuk pulang.

Tapi beberapa saat kemudian dia mengurungkan niat nya. Yang menginginkan nya sekolah di luar negeri adalah orangtuanya. Dia tidak mungkin membuat mereka berdua kecewa dengan keputusan nya yang mendadak seperti ini.

Namun Lizy selalu takut jika sedang disekitar kak Aiden dan mulain mengekang nya.
Akhirnya Lizy pun memberanikan diri menelpon orang tua nya, sebenarnya dia juga sudah tidak tahan dengan semua ini. Dia menekan tombol ponsel nya dan memposisikan ponsel nya di telinga. Suara nada panggilan keluar berbunyi.

"Hallo, Lizy" ucap sang ibu yang sudah sangat ia rindukan.

"Iya hallo mah, bagaimana kabar mamah dan papah disana?" jawab Lizy

"Ya ampun sayang kenapa kamu jarang menelpon mamah dan papah sekarang, kita berdua baik-baik saja sayang. Lalu bagaimana kabar kamu disana, Lizy"

"Aku baik mah, dan aku rindu sekali pada mamah dan papah" ucap Lizy dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

"Kamu baik-baik saja kan disana, bagaimana sikap kamu ke Aiden, kamu tidak merepotkan dia kan sayang"

"Tidak mah" ucap Lizy Lirih

"Mah, ada yang mau Lizy bicarakan.." akhirnya Lizy pun mulai membuka pembicaraan

"Ada apa Lizy, apa disana ada masalah?" Ibunya kini mulai cemas.
Sejenak Lizy tampak berpikir, haruskah dia terus terang, haruskah sekarang?

"Boleh tidak aku pulang, dan pindah kuliah di Indonesia saja?" Tanya Lizy berhati-hati.

"Apa kamu punya masalah di kampus? Atau dengan Aiden?"

"Tidak bukan begitu mah, hanya saja aku tidak terlalu nyaman hidup jauh dari mamah papah, rasanya seperti sendirian
dan kesepian"

"Kamu bisa minta kak Aiden untuk menemani mu sayang, dia pasti mau. Mamah sudah menitipkan kamu kepadanya dan dia tidak keberatan. Kamu tidak perlu sungkan bersikap akrab ke Aiden, oke"
ucap sang ibu menututuri nya dari sambungan teleponnya.

My Fucking BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang