J1 awal

26 0 0
                                    

three years ago . . .




Terdengar suara isakan kecil dari dalam kamar mandi didalam rumah kecil sepi nan sunyi. Didalam kamar mandi kontrakan tersebut- terdapat remaja cantik yang sedang berkaca. Air mukanya tampak terlihat menyedihkan. Mata sembab, hidung dan bibir yang merah disebabkan karena gadis itu menangis sedari tadi, serta tataan rambut yang acak-acakan. Kacau.

Tangan kanannya dengan telaten menggesekan 'silet' ketangan sebelah kirinya. Membentuk garis-garis yang ukurannya sesuai dengan pergelangan tangannya sendiri. Mata itu menatap kosong kegiatan yang sedang doi lakukan. Namun, air matanya terus saja berlomba-lomba jatuh meluncur dipipi tirus remaja itu.

Memorinya terus berputar kembali pada kejadian dua hari yang lalu. Dimana kedua orangtuanya bertengkar hebat meributkan soal kemana kelanjutan masa depan sang anak sulung perempuan mereka. Sampai akhirnya hasil final dari pertengkaran tersebut adalah sang Ayah yang berkata, "Berhenti sekolah dan pikirkan masa depan kamu sendiri." sebab remaja itu menolak keras karena akan dipisahkan dari Bunda dan adiknya. Dan sang Bunda juga berkata sebagai kalimat akhir dari pertemuan seorang Bunda dan anak perempuannya, "Baik, biar Aku dan Arist yang pergi dari sini."

Berakhirlah disini. Remaja itu ditinggalkan dikontrakan kecil disebuah daerah oleh kedua orangtuanya diwaktu dan hari yang sama. Selama dua hari itu juga dia tidak makan tidak mandi dan tidak keluar rumah.

Terus menangis dalam diam dan sesekali berteriak membanting segala benda didalam kontrakan milik ibu-ibu tua yang kemarin malam mengetok pintu kontrakan berpintu nomor 7. Mau tak mau remaja itu membukakan pintu dan sedikit terkejut melihat siapa yang bertamu dirumahnya malam-malam begini.

Melihat keadaan remaja itu, si ibu-ibu tua balik ikut terkejut. Ditambah lagi tangan kiri remaja berumur 15-an itu mengeluarkan beberapa tetes darah yang mengalir dan berjatuhan kelantai. Karena naluri seorang ibu yang begitu besar pada diri si pemilik kontrakan, ibu-ibu tua itu langsung memeluk gadis didepannya ini. Didekapnya erat perempuan itu dan sialnya membuat remaja berkaos putih kebesaran mengeluarkan suara tangis yang keras- yang sedari tadi dia pendam dalam tangis dalam diam.

Terasa singkat semuanya namun terasa begitu berat dan sangat berat bagi Jasmine Airist. Remaja 15 tahun yang baru saja lulus dari Sekolah Menengah Pertama. Yang terpaksa berhenti sekolah akibat sifat keras kepala dari kedua orangtuanya.

Yang kini doi tidak tahu sampai dimana semuanya akan berhenti. Dimana masa depannya, bagaimana kelanjutan hidupnya dan akan seperti apa nasibnya.

Sampai dimana ia benar-benar sudah tidak ada pilihan. Memilih untuk pergi ke- ibu kota seorang diri menggunakan uang yang diberikan oleh si pemilik kontrakan dengan jumlah yang tidak banyak namun juga tidak sedikit yang pasti sangat cukup untuk bekal dirinya nanti.

Dia pergi ke- Jakarta dengan baju satu-satunya milik sang Bunda yang ibu berkepala 4 itu tinggalkan. Yang sepertinya layak untuk digunakan saat Jasmine melamar kerja.

Datang kesebuah 'Club' malam tanpa berpikir panjang lagi. Menyerahkan diri dengan ngeri kepada 'Madam' alias pengelola a.k.a pemilik Club. Pada malam itu semuanya seakan sulit dipercaya. Sangat sangat sulit tentunya bagi si 'Madam'.

Bagaimana bisa ia akan memperkerjakan seorang remaja dibawah umur untuk berkerja ditempat malam seperti ini?

Bagaimana konsekuensinya jika ia benar-benar menerima gadis malang ini untuk berkerja jika suatu saat nanti datang tim polisi untuk melakukan pengecekan rutin setiap bulannya dan menemukan sang pemilik Club memperkerjakan remaja dibawah umur?

Karena tak tega, si Madam pun menerima gadis itu dengan berat hati namun diringankan karena rasa kasihannya terhadap remaja malang itu.

Mempalsukan nama menjadi Ayumi Mikasa untuk mempermudah Jasmine berkerja sebagai karyawan di Club.

Justmiñe.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang