"Kehilangan teman baik ternyata menyakitkan"
-Fanisa Haris-Ujian Semester pun tiba. Sekolah kami memiliki aturan saat ujian sedang berlangsung.
Siswa kelas 10 akan duduk berdampingan dengan siswa kelas 11 untuk ujian semester tahun ini.
Aku pun sudah siap menyambut datangnya hari ini.
Aku sedang duduk di baris kedua dengan kursi disamping yang masih belum di duduki pemiliknya.
Kursi itu milik kakak kelas kami Siswi kelas 11 yang sudah ku tau namanya berkat kartu ujian yang menempel di meja.
Masing-masing siswa memang memiliki 2 kartu ujian yang menempel di atas meja dan yang sedang dikenakan pada baju masing-masing peserta ujian.
Jam sudah menunjukkan pukul 8 pagi. Setibanya guru pengawas ujian masuk, belum juga ku lihat pemilik kursi disamping ku hadir.
Sepertinya kakak kelas ku ini terlambat di hari pertama ujiannya. Kemudian kertas soal pun dibagikan.
Aku sedang fokus mengerjakan soal-soal dengan teliti. Begitupun peserta ujian lainnya.
Seluruh ruangan nyaris hanya terdengar suara kertas yang sedang di bolak balik oleh pemegangnya.
Setelah 10 menit berlalu, terdengar suara ketukan pintu di luar.
Terlihat seorang perempuan dengan rambut yang diikat di belakang sedikit berantakan dan berkeringat sedang memohon agar bisa masuk dengan suara yang terengah-engah seperti habis berlari jarak jauh.
Akhirnya guru pengawas ujian kami mengizinkan nya masuk setelah mendengar alasan yang di utarakan perempuan itu.
Tok tokkk suara ketukan pintu menyapa dari luar
"permisi... " sahut perempuan itu
"Kenapa terlambat?" Tanya Bu Widya guru pengawas ujian di ruangan kami.
"Iya Bu, ban motor saya bocor dijalan"
"Klasik sekali alasan kamu ya? hari pertama sudah terlambat!"
"Iya maaf Bu, beneran bocor kok Bu" rayunya dengan wajah memelas.
"Ya sudah mana kartu kamu?"
Ia akhirnya masuk. Perempuan itu adalah Kak Julianna yang ku tahu namanya di meja sebagai Julianna Khairunnisa.
Bersama dialah aku melewati hari ujian selama satu Minggu.
Duduk bersama Kak Julianna mendapatkan kesan tersendiri bagiku.
Aku seperti mendapat teman sekaligus "kakak baru" yang menyenangkan.
"Nama kita sama dek! Ada Nisa nya. Haha". Ucapnya padaku ketika kami sama-sama menyelesaikan ujian pertama.
"Iya kak...hehe"
"Padahal org2 jg tau kita perempuan". Sambungnya
"Mungkin waktu bayi blm kelihatan muka perempuan nya kak"
"biar gak dikira anak cowok Sama tetangga ya?"
"Haha" Kami berdua tertawa bersama.
Karena sebenarnya kebanyakan para bayi khususnya "new born" agak sulit membedakan bayi laki-laki atau bayi perempuan karena memiliki wajah yang sama.
Jadi mungkin saja nama itu sebagai suatu penegasan bahwa kita berdua bukan bayi laki-laki.
Bersenda gurau dengan kak Julianna, berkenalan dengan temannya, sudah membuat ku berada di situasi baru.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bully Crush
Teen Fiction"Dia adalah korban cintanya" [FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Selamat datang di cerita pertamaku 🙋. Di kesempatan kali ini aku memakai sudut orang pertama yang sedang bercerita. Kalian setuju gak sih kalau masa SMA itu emang masa yang paling indah? ****...