TV2 || kalung?

9.2K 799 10
                                    

Maaf typo**

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Maaf typo
*
*

Saat di ambang pintu kantin Vanka menoleh kebelakang seraya menjulurkan lidahnya ke arah Abi, dan ketika ia berbalik.

Brugh.

Vanka terjatuh tak sengaja ia menabrak seseorang. Ia mengusap keningnya yang serasa sakit saat menabrak dada orang tersebut.

"Jidat gue njir, tu tadi gue nabrak tembok atau apa sih?" gerutu Vanka pelan seraya mengusap-usap keningnya.

"Van, Vanka lo gak papa?"  tanya Abi panik seraya membantu Vanka bangkit.

Kini mereka menjadi pusat perhatian seisi kantin.

"Gue gak papa, Bi, " perlahan ia mendongakkan kepalanya, memastikan siapa orang yang ia tabrak.

Matanya membulat lebar kala tau siapa yang ia tabrak, "Ma-maap Kak Lingga, Vanka gak sengaja nabrak tadi," ucapnya menundukkan kepala.

Siapa pun yang berhadapan dengan manusia yang di tabraknya ini pasti masyarakat Gentala akan menundukkan kepalanya, tak berani menatapnya, bahkan banyak guru di sekolah ini segan padanya.

Namun tidak dengan Vanka. Sebenernya ia tidak takut dengan orang di hadapannya ini, namun ia hanya melakukan apa yang masyarakat Gentala lakukan saat berhadapan dengan makhluk di depannya ini.

Namanya Kalingga Keenan Gentala. Kelas 12 Multimedia dan juga seorang model juga seorang aktor pemain bintang film. Putra sulung dari Davino Lazuardy Gentala dan Desty. Namun mendiang sang ibu telah  dipanggil oleh sang pencipta, karna sebuah kecelakaan 9 tahun lalu yang merenggut nyawanya. Lingga yang tampan, tinggi, putih, dan juga pintar, wajar jika masyarakat Gentala menyebutnya dengan sebutan pangeran Gentala.

Lingga menatap kalung yang bertengger di leher Vanka.

Kalung itu ... Seperti milik Vanka, batin Lingga.

Ia mengingat jelas bentuk kalung itu, mengingat 9 tahun yang lalu bahwa Adik kesayangannya hilang dalam kecelakaan maut tersebut. Ia sangat yakin, bahwa adik kesayangannya masih hidup.

Abi menarik Vanka dari sana, baru tiga langkah mereka berjalan, dan--

"Tunggu!" suara dingin Lingga. Kemudian berjalan menuju mereka juga diikuti para sohibnya dari belakang.

Vanka memutar bola matanya malas kemudian menatap Lingga.

Sontak para sohib Lingga yang berada di sampingnya menatap heran Vanka, pasalnya baru dia adik kelas yang berani menatap Lingga terang-terangan.

"Punya nyali juga ni bocil, " bisik Galang pada Lio.

"Tapi cantik coy, " balas Lio.

"Boleh saya melihat kalungmu?" pinta Lingga membuat mereka terheran-heran.

Abi melirik Vanka yang mengerutkan keningnya dalam.

Vanka melihat kalungnya kemudian menatap Lingga kembali, "Maap, buat apa ya Kak?"

Transmigrasi Vanka (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang