BAB : 1 KLABANG GENI

1K 22 0
                                    

Seorang bocah kecil yang diselamatkan oleh seorang pendekar buta bernama Mata Malaikat dari reruntuhan rumah yang dibakar oleh kawanan perampok, itu bernama Surodiro.  Bocah kecil itu diangkat anak oleh Mata Malaikat sebagai anak sekaligus murid yang diajarkan ilmu bela diri dan kekuatan tubuh.  Sejak pagi buta bocah itu sudah bangun membantu gurunya bercocok tanam sambil mengambil air dengan drum besar dua buah yang dipikul diatas pundaknya.  Mata Malaikat senang melihat ketekunan Suro berlatih kungfu yang diajarkan lewat buku yang diberikan untuknya.

     "Aku sudah berlari memutari hutan ini 10 kali suhu." kata Suro sambil mengusap keringat yang membasahi wajahnya.

      "Bagus. Kekuatan itu jadi dasar ilmu bela diri. Besok kamu mulai belajar jurus- jurus seperti dalam buku itu." kata Mata Malaikat. Srurodiro menyadari betapa ia sangat kagum kepada suhunya yang walau bermata buta tetapi ia bisa melihat dan melawan musuh setangguh apapun.

       Ternyata suhunya tidak hanya mengajarkan bela diri, tetapi juga meminum arak dari buah aren yang dibuatnya sendiri. Tiap mau berlatih kungfu Mata Malaikat minum arak buah aren yg dimasak dengan ginseng. Suro mencoba minum arak yang rasanya cukup manis itu, tetapi baru minum sedikit saja sudah mabok.

      "Ha ha ha ha.. tidak apa- apa. Suro. Ayo.. gerakkan tubuhmu mengikuti petunjuk dalam buku. " kata Mata Malaikat.

      Suropun mengikuti saran dari gurunya untuk melakukan gerakan- gerakan kungfu. Ternyata tubuhnya sangat ringan dan lentur saat mendapat serangan dari gurunya. Suro sangat menghayati ilmu bela diri ajaran suhu setelah minum arak ginseng. Bahkan kekuatannya berlipat ganda.

      "Ha ha ha ha.. tralala  trilili.. Hi hi hi." tawa Suro malah membuat gurunya senang. Dalam waktu singkat  Suro sudah menguasai banyak ilmu dan memiliki kekuatan tubuh luar biasa.  Suro selain kebal, juga mampu terbang atau berjalan diatas air laut karena tubuhnya sangat ringan. Ada lima ajian yang dikuasai Suro sehingga mampu memukul dengan tenaga dalam yang bisa menghancurkan benda sekeras karang tanpa harus menyentuh.

10 TAHUN KEMUDIAN

Suro Gendeng adalah julukan yang diberikan oleh gurunya karena Suro selalu tertawa setelah minum air arak yang memabukkan itu.  Setelah mohon pamit kepada gurunya untuk turun gunung mencari kedua orang tuanya dan berkelana, Suro bergegas menerobos hutan belantara yang sangat rindang dan penuh tantangan. Suro Gendeng yang telah berbekal ilmu dan kekuatan tubuh, sangat percaya diri melintasi lembah dan ngarai menyusuri jurang dan desa yang belum pernah ia lihat.

***

Pagi yg sangat cerah diatas bebukitan yang mengarak sepanjang selatan gunung Kendeng, bergantung awan hitam pertanda akan segera dicurahkan air bah dari langit. Namun kelompok rampok yang Tak kenal belas kasihan itu sudah pasang strategi Mau menjarah para pedagang dan ponggawa kraton yg melintas wilayah kaki bukit . Kali ini tak ada pedagang lewat, Maka mereka mengincar rumah desa Pandeyan yang terkenal banyak orang kaya. Klabang Geni adalah ketua gerombolan rampok itu duduk diatas punggung kuda sambil memerintahkan anak buahnya.

"Bakar rumah- rumah mereka."
"Baik den." jawab pengawalnya yang berjumlah 7 orang bersenjata pedang. Mereka dengan ganasnya melempar obor bambu yang dibalut kobaran api dari minyak jarak ke atap rumah penduduk desa Pandeyan.
Dalam sekejap rumah penduduk berkobar dan menimbulkan kegaduhan penghuninya. Mereka berlarian keluar saat para rampok itu menjarah barang  berharga milik penduduk. Seorang gadis cantik berteriak histeris ketika lengannya disambar salah seorang rampok dan dibawanya ke atas kuda yang ditunggangi  Klabang geni.

.
" "Aduuuhhh...sakiiit..lepaskan aku.."rintih gadis kecil itu.
Gadis itu tak berkutik dipeluk dan dicengkram Klabanggeni. Sedang orang tuanya disiksa rampok itu.

Namun mereka tak pernah menyangka bila ada seseorang yg datang tiba- tiba menyerang Klabang Geni dengan pukulan mematikan.

"Hiiiaaaatttt!!!"
"Bukk!!"
"Waduh..!!"
Dua orang rampok terjungkal ke jurang. Sedang Klabanggeni harus pasrah ketika gadis dalam pelukannya terlepas karena tendangan lawannya. Seorang pemuda kampung yg sangat imut itu bernama Suro Gendeng yg tiba- tiba datang menyerang dengan tendangan yang sangat dahsyat.

Klabanggeni sangat terkejut bila gadis manis itu tak lagi dilihatnya setelah ia terlempar dari punggung kuda. Suro Gendeng  telah menyerang dan membuat para perampok kocar- kacir.

Tak ada yg tahu siapa pemuda itu karena pemuda itu bergerak sangat cepat dan menyerang dengan tangan kosong. Klabang Geni yg masih terpaku diatas pelana kuda karena gadis remaja itu telah lepas dari cengkraman tangannya.

Klabang Geni hanya melihat pertarungan tambah panas antara anak buahnya yg berhamburan lari dengan lawannya seorang pemuda kampung dengan tangan kosong menghajar anak buahnya hingga kalang kabut.

"Wedan tenan cah iki." gumam Klabanggeni yg mulai marah dan naik pitam melihat keberanian bocah desa itu. Klabang Geni membelalakkan mata sambil menarik nafas kuat2 saat melihat anak buahnya dihajar habis oleh pemuda itu.

"Gilaa !!!" teriak Klabang Geni.

"Ampuuunnn!!" teriak salah satu rampok yg tangannya putus kena pukulan pemuda kampung itu. Kini tinggal Klabang geni yg coba menghadang kelebat lawannya yg sangat berani itu. Dengan sabetan pedangnya yg memancarkan api ia menyerbu pemuda kampung yg sok berani itu.

     "Hiiiiaaaaatttt !!"
     "Wuuuuuzzz !!!"
.
Namun ia kembali menyesali kesombongannya meremehkan orang lain.
Pemuda itu bukan sembarang bocah. Ia bergerak sangat cepat dengan  botol arak tangannya hingga  Klabang Geni tak sempat menghindar.

"Hiiiiaaaaatttt!!!"
"Kraakk!!"
"Auww !!"

Sekali pukul, pedang di tangan Klabang geni patah dan tubuhnya terbanting ke tanah.

"Bangsat kau berani melawanku. Siapa kamu heh bocah edan ?" tanya Klabang Geni sambil mencoba bangkit dari jatuhnya.

"Aku Suro Gendeng. Minggat dari desa ini atau kulenyapkan kalian dari muka bumi!!" Jawab pemuda itu dengan lantang.

Suro Gendeng ? Klabanggeni pernah mendengar nama pendekar muda itu dari dunia persilatan. Tapi baru kali ini ia bertatap muka. Klabanggeni tidak takut. Ia ingin mencoba kesaktiannya melawan Suro Gendeng.
Sambil silangkan tangan di dada, ia pejamkan mata dan gerakkan tangan kedepan seperti melempar sesuatu.

"Hiiiiaaaaahhh!!"
"Bluaaaarrrr!!"
Pohon- pohon tumbang, dan bukitpun berguguran terkena serangan tenaga dalam Klabanggeni. Tapi Suro Gendeng cukup acungkan tangannya   ke atas kepala, ia terhindar dari serangan maut. Sebaliknya kekuatan Klabang geni tersedot oleh energi yang muncul dari botol arak ditangan Suro.

Melihat pimpinannya telah ambruk tak berdaya..tinggal dua orang yg juga tak lagi punya tangan, mereka memilih kabur.

Klabanggeni yang tak lagi mampu berdiri membuka mata sambil memohon Suro Gendeng tidak membunuhnya.

"Mohon jangan bunuh aku kisanak. Kami sudah mengaku salah dan bertaubat tidak akan merampok desa ini lagi. Ampuun.. berilah kami kesempatan untuk bertaubat kisanak."

"Ya sudah minggat sekarang!!  Minggat dari desa ini cepaaattt!!" teriak bocah desa itu. Klabanggeni yg sudah tak berdaya menaiki kudanya yang telah merendahkan tubuhnya untuk dinaiki majikannya. Seketika itu juga mereka yang tinggal 3 orang kabur. Yang sudah tewas dihantam Suro Gendeng dibuang penduduk ke jurang. Dibiarkan dimakan binatang buas. Penduduk desa yang terkesima saling pandang dan bertanya satu sama lain tentang bocah sakti yabg telah mengusir para rampok.

"Terimakasih banyak den..kalau tidak ada aden..apalah jadinya desa ini..terimakasih...terima kasih ." kata orang- orang kampung yg kompak bersujud di kaki Suro Gendeng.

"Sudah seharusnya aku menolong kalian pak..itu sudah kewajibanku." kata Suro sambil mengangkat tangan seorang tua yang bersimpuh menyembahnya. Suro jadi tak enak buru- buru pergi dari desa itu.

Kepergian Suro Gendeng diantarkan puluhan warga desa yang senang sekaligus terharu karena menganggap Suro Gendeng bocah luar biasa yang dikirim oleh dewa hingga bisa mengusir para rampok pengacau desa.

SURO GENDENG Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang