14. Dandelion Promise

1K 99 15
                                    

WENZHOU FAMILY STORY
Dandelion Promise

.

Wen Xiang atau yang biasa disapa A-Xiang mengetuk-ngetuk bolpoin di tangannya ke atas meja. Laptop menyala di hadapannya sudah diabaikan hampir satu jam, tidak tersentuh sama sekali. Jangan tanyakan mengapa, A-Xiang sudah kehilangan minat untuk menyelesaikan tugas-tugas kuliahnya yang menggunung.

Pikirannya melalang buana, entah kemana.

Dia tiba-tiba mengingat pertengkarannya dengan sang Ibunda beberapa jam lalu.

"Berhenti menyalahkan adikmu! Dia masih tidak mengerti!"

Suara teriakan dari Zhou ZiShu menggema di ruang tamu yang berukuran tak terlalu besar.

"Tapi, Bu, A-Ling harus diberitahu agar mengerti!" A-Xiang menjawab teriakan Zhou ZiShu meski tidak dengan nada yang sama tingginya. "Dia sudah berumur lima belas! Mau sampai kapan Ibu terus memanjakannya?!"


A-Xiang tidak mengerti. Apa yang dipikirkan Ibunya?

Dia tahu jika Wen ChengLing, adik lelakinya memiliki kebutuhan khusus.

Tunagrahita atau yang biasa dikenal masyarakat sebagai keterbelakangan mental akibat perilaku serta pemikiran si penderita tidak sesuai dengan umur aslinya.

ChengLing, meskipun adiknya sudah berusia lima belas tahun. Tapi saat di tes ke seorang Psikolog, umur mentalnya masih berada di kisaran anak berusia enam tahun. Jadi, raganya saja yang besar, tapi jiwa ChengLing masih kekanak-kanakan bahkan dia masih kesulitan melakukan kesehariannya dengan benar.

Karena kebutuhan khususnya, ChengLing perlu diberikan perhatian khusus olehnya, ibu, serta ayahnya. Akan tetapi, dengan terus memanjakannya hingga di umur sebesar ini, bahkan mengambilkan makanan ChengLing saja masih dilakukan oleh Ibunya, A-Xiang rasa perhatian dari Ibunya sudah agak berlebihan.

"Sudah cukup, A-Xiang! Kamu sebagai kakak seharusnya paham kalau A-Ling berbeda!"

Lagi-lagi itu!

Alasan itu yang selalu didengarnya entah untuk yang ke berapa ratus kali.

'Adikmu berbeda.'

'Seharusnya kamu paham.'

'Sebagai kakak lebih mengerti'

Dan alasan-alasan yang lain yang sering didengarnya sampai dia muak.

"Tentu saja aku paham, Bu!"

A-Xiang kembali bersuara, namun suaranya sedikit lebih keras untuk bisa mendapatkan atensi Zhou ZiShu yang masih tidak ingin mendengarkan.

A-Xiang beruntung karena ayahnya—Wen KeXing—belum pulang bekerja. Wen KeXing tidak melihat pertengkaran mereka, jadi A-Xiang tidak akan ditampar karena berani meninggikan suara kepada sang Ibunda.

"Aku sudah mulai terjun ke dunia A-Ling, Bu. Aku mulai paham bagaimana caranya mengajari A-Ling. Bukankah Ayah dan Ibu yang memaksaku mengambil Pendidikan Khusus dengan mengorbankan beasiswa  yang seharusnya bisa aku terima di salah satu universitas ternama dua tahun lalu? Apa Ibu ingat alasannya?"

"Ibu meminta padaku untuk membantu mengajarkan A-Ling! Ibu tidak mungkin melupakannya kan?"

A-Xiang menahan amarahnya di dalam dada.

Dia tidak ingin meledak di depan Zhou ZiShu. Namun seberapa kuatnya menahan, mengingat dia harus merelakan perjuangan mempertahankan nilainya sejak SMA untuk mendapatkan beasiswa dan masuk ke universitas impiannya namun demi memenuhi keinginan kedua orangtuanya untuk mengambil jurusan yang sama sekali tidak menjadi minatnya ternyata masih bisa membuat hatinya berdenyut sakit.

Our Story [END] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang