9. Kenangan Menyedihkan
•
•
•
Waktu telah menunjukkan dini hari dan Raga masih enggan untuk memejamkan matanya saat ini. Ucapan Rama tentang penyakit yang ia idap masih menghantui pikiran Raga saat ini.
Mata Raga pun bergelinang air mata. "Glaukoma, kamu punya temen sekarang. Dan sahabat aku, nambah satu" ucap Raga bahagia, namun berbeda dengan Rama yang menyaksikan hal tersebut. Rama mengawasi Raga sedari tadi, ia tidak melarang Raga untuk bersedih saat ini, hal yang baru saja Raga dapati memang sangat menyakitkan.
"Makasih ya, kalian udah mau jadi sahabat seperjuangan ku. Tuhan, terimakasih juga karena engkau telah memberikan kepadaku sahabat lagi. Engkau memang baik" Rama semakin terisak mendengar ucapan Raga. Hatinya benar-benar hancur mendengar setiap ucapan Raga.
Cukup, Rama tidak tahan lagi dengan ucapan yang dilontarkan oleh Raga. Rama membuka pintu ruangan Raga. "Loh, Ga. Belum tidur kamu?" Tanyanya seolah baru saja masuk ke dalam ruang rawat Raga.
"Eh, kak Rama. Belum ngantuk, kak" jawab Raga.
Rama mendekati brankar Raga. "Tidur, ya. Besok kamu harus cuci darah, eh salah, nanti maksudnya. Udah jam setengah dua ini, kamu tidur, ya" pesannya yang di angguki Raga.
Rama mengusap kepala Raga, ia mengecup sejenak dahi Raga dan mengucapkan selamat malam untuk Raga. Setelah semua terlaksana, Rama menjauh dari Raga untuk mempersilahkan Raga tidur.
***
Kini Raga tengah berada di taman rumah sakit. Setelah melakukan cuci darah, ia ingin sedikit bebas dari kamar rawatnya.
Duduk di atas kursi roda dan selang infus yang menjulang di sampingnya menjadi teman Raga saat ini. Suasana hati Raga saat ini sangat sulit untuk ditebak. Raga sendiri tidak mengerti bagaimana perasaan nya saat ini. Entah senang atau sedih, atau mungkin hancur?
Cairan bening itu kembali keluar lagi. "Fa, Aku kangen" memang bukan karena penyakit yang ia idap, melainkan, Raga rindu dengan orang bernama Rafa tersebut. "Penyakit aku ini, sama kayak kamu, Fa" ucapnya lirih.
Raga rindu dia, Raga ingin bertemu dia, Raga menyayangi dia, Raga ingin memeluk dia. Banyak hal yang ingin Raga lakukan kepadanya. Tapi semua itu tidak bisa dilakukan oleh Raga. Dia dan Raga sudah berbeda saat ini.
Dua anak kecil tengah bermain di sebuah taman. Mereka bermain dan tertawa menampakkan gigi mereka yang belum penuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEKUAT RAGA [END]
Подростковая литератураDi saat anak seusianya mengejar ilmu dan bermain, ia harus memilih menghabiskan waktu di rumah. Ketika teman-temannya memikirkan tujuan hidup mereka, ia hanya mengikuti apa kata orang saja. Karena hidupnya memang tak memiliki tujuan. Namanya Raga, p...