PART 5 : Obrolan Dini Hari

61 24 31
                                    


-

Jam sudah menunjukkan pukul dua pagi, namun sosok lelaki bersurai hitam itu masih setia duduk di sudut kamar kosannya, dengan sebuah laptop yang masih menyala dan juga tumpukan kertas yang sudah tercecer hingga hampir memenuhi lantai kamarnya.

Rino merenggangkan otot-ototnya yang terasa begitu kaku, bayangkan saja ia sudah duduk lebih dari tiga jam lamanya hanya untuk menuntaskan kewajibannya sebagai mahasiswa tingkat akhir walaupun ia tau besok adalah weekend sekalipun.

Rino menyugar rambutnya sambil mengusap wajah dengan kasar sebelum meraih ponsel yang berada di atas ranjang dan melihat notifikasi yang masuk ke ponselnya.

Namun, keningnya berkerut samar ketika tak menjumpai notifikasi dari tukang spam sepanjang hari yang selalu membombardirnya setiap jam, siapa lagi kalau bukan pacar kesayangannya. Egi.

"Tumben gak ngabarin." Gumam Rino dengan nada bingung.

Namun, kebingungan Rino seketika berganti dengan kekehan kecil saat ponselnya bergetar dan menampilkan display name 'kesayangan'.

"Sehati banget emang." Gumam Rino sebelum memgangkat panggilan tersebut.

"Oit, belom tidur neng?" Sapa Rino sambil membenarkan posisi tidurnya dengan wajah sumringah seperti orang baru mendapat hadiah.

Maklum, sudah dua hari ini mereka tidak bertemu karena kesibukan masing-masing. Paling ketemu juga cuma sebentar, kaya anter atau jemput doang. Persis kaya mamang ojol.

"Ya kalo gue udah tidur, gue gak mungkin nelpon lo. Gimana sih? Oon banget." Rino terkekeh mendengar dumelan Egi.

"Ya kan basa-basi oneng, masa gak ngerti?"

"Kalo basa-basi ama cewek sendiri manisan dikit gak bisa? Masa iya basa-basinya kaya ama anak tongkrongan! 'Oi belom tidur lo?' Yang manis dong!" Rino memutar matanya malas.

"Yaudah ulang." Putus Rino mengalah. "Halo mbak pacar, kok belom bobo? Udah malem loh ini, istirahat yang bener. Kesempatan besok weekend."

Dari tempatnya berbaring Rino dapat mendengar suara helaan napas panjang dari seberang sana. "Gak bisa tidur."

"Kenapa? Kangen gue ya?"

"Najis! Dangdut banget lo! Gue lagi kepikiran sesuatu, terus gak bisa tidur."

"Tumben mikir, jangan dipaksain entar otaknya melintir." Kata Rino dengan wajah jahil yang sudah pasti tak dapat dilihat oleh Egi.

"Wah, ngajak perang lo! Ayo sini!" Rino tertawa mendengar suara Egi yang menahan geram. Entahlah, ia lebih suka mendengar Egi kesal dan nge-gas padanya dari pada lemes, letih, lesu, lunglai kaya orang kurang darah. "Ketawa lagi lo! Serius ini! Ah, Ino mah, aku mau curhat ini."

"Yaudah bentar, ubah ke video call aja."

"Jangan! Gue lagi belel!" Pekik Egi yang tak dihiraukan oleh Rino. "Rino sableng! Gue bilang jangan juga!"

Rino mengubah posisi golerannya menjadi duduk bersandar di dinding kamarnya.

"Aelah, gak ada bedanya juga." Egi melotot dan membuat Rino nyengir kuda. "Sama-sama cantik maksud gue! Suudzon mulu lo!"

Egi hanya ber-oh panjang saja, setelah itu mereka sama-sama diam sambil saling pandang satu sama lain.

Rino terus memperhatikan wajah pacarnya yang sibuk melamun entah memikirkan apa.

"Gimana hari ini?" Tanya Egi memecah keheningan antara mereka.

"Capek, kangen juga, jadi makin capek. Gak bisa isi daya kaya biasanya." Jawab Rino dengan wajah lempeng.

Garis KesanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang