"Udah?" tanya Kak Ralph.
"Udah."
"Okey, Kuantar ke ruang BK. Yok!" ajak Kak Ralph.
"Bentar,"
Dia dengan sengaja menarik tanganku, padahal Aku masih di atas kasur UKS.
"Heh! Kak! Pelan-pelan napa." ucapku dengan menarik tanganku dari genggamannya.
"Bentar, Aku mau pakai sepatu dulu."
Aku menurunkan satu kaki kiriku, dengan sengaja Kak Ralph menarik kaki kananku dan membiarkan kakiku bergelantungan.
"Kak, apaan sih!"
"Udah, duduk aja di situ."
Dia mengambil sepatuku dan memakaikan di kaki kananku.
"Kak, Kak, Aku bisa sendiri kok."
"Heh! Diam," sahutnya dengan menatap tajam mataku.
Aku hanya terdiam, sampai kakiku habis tertutupi sepatu.
"Ayo," ajaknya dengan mengulurkan tangan. Sontak, tanganku menggapai tangannya dan Aku turun dari kasur itu.
"Bu, Kami pamit ya. Terima kasih." ucap Kak Ralph tanpa melihat Ibu itu.
"Iya, Nak. Sama-sama."
Keluarlah kami dari ruangan itu, masih cukup pagi sekali.
"Kak, ngapain sih aku dipanggil ke BK?"
Pertanyaan itu hanya didiamkan oleh Kak Ralph, sangat cuek. Ia hanya menggandeng tanganku dan terus berjalan menuju ruang BK.
"Kak?"
"Jawab lah hoe."
Hening, tak sekata pun keluar darinya. Rasanya ingin ku tampar dia, huftt.
"Woe!"
"Plakk." ku tepuk bahunya.
"Apa sih, jon." sahutnya.
"Ih, namaku bukan Jono ya."
"Haha, Sujono." kernyitan bibir yang menjengkelkan.
"Heh!! Arunaaa namaku!" teriakku.
"Iya, iya, Arunaa cantik." ucapnya tanpa senyum.
Sampailah di Ruang BK. Perasaanku mulai tak karuan, dengan pintu kaca ruangan itu yang tembus pandang. Terlihat Kakak kelas yang Aku pukul tadi bersama seorang lelaki di sampingnya, juga terlihat Mamaku yang sudah duduk di sana.
"Sana masuk," suruh Kak Ralph.
"Sure, tengkyu ya kak." balasku, Ia pun hanya mengangguk dan pergi meninggalkanku.
Aku memasuki ruangan itu, sambut Guru BK sangat garang.
"Duduk," suruhnya.
Aku mendekati kursi di samping Mamaku, Ia hanya diam dan melihatku dengan lirikan matanya. Aku duduk di antara Mamaku dan seorang lelaki pendamping kakak kelas tadi.
"Aruna, apa yang terjadi?" tanya seorang guru BK di depanku.
"Perempuan itu menyudutkan saya pak, Dia menyebut diriku sampah di semua teman baruku."
"HEH! Jaga mulutmu anak baru!"
"Apa Kao babi," sahutku.
"Heh berani-beraninya kao!" Ia berdiri dan mendekatiku, "bruakk!" pukulan mendarat di pipi kiriku dan wajahku terbanting ke pundak mama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aruna's life
Teen FictionAruna hidup bersama ibu dan neneknya. Ia memiliki sifat yang sensitif dan mudah marah di masa SMA nya. Tetapi berbeda di usia belia nya. Aruna merupakan keturunan seorang kaya raya meskipun ayahnya jarang sekali ada di rumah, entah kemana perginya h...