"Apa kau merindukan seseorang di surga?"
Hanya dengan satu buah pertanyaan yang dilontarkan salah satu temannya, hati seorang Kuroko Tetsuya terasa remuk.
Kedua bola mata dengan kepingan biru langit yang tampak berpadu indah dengan surai cerahnya itu membelalak. Pertanyaan tersebut membuatnya mengaduk ingatan masa lalunya yang nyaris ia lupakan sebagian.
Dengan mengepalkan kedua tangan berlapis kulit pucatnya yang bergetar, mulutnya pun melontarkan jawaban;
"Ya."
✿❀✿
Di balik kumpulan pepohonan yang lebat daunnya, seorang anak kecil berumur sekitar 10 tahun dengan helaian surai kebiruan tengah berjalan menelusuri hutan; kebingungan terpancar di air mukanya. Kepalanya seakan tak pernah lelah melihat ke arah kiri, lalu melemparkan pandangannya ke arah kanan. Bukanlah karena terpana, melainkan ketakutan yang menyelimuti dirinya. Baru kali ini; Kuroko Tetsuya, tersesat di hutan.
Awal cerita, ia hanya bermaksud untuk mencari beberapa semanggi berdaun empat yang disebut-sebut dapat membawa keberuntungan dan tumbuh lebat di tepi hutan. Namun, apa daya, bukannya mendapat apa yang dikehendaki, ia justru terjerumus dan tak bisa menemukan jalan keluar dari hutan yang lebat itu. Ia beberapa kali berteriak; berharap ada keberadaan manusia lain yang akan datang membantunya keluar. Akan tetapi, yang ia dengar selalu saja tidak lebih dari pantulan suaranya sendiri dan gemerisik suara rumput yang ia pijak.
Di kala ia baru saja akan membuat langkah kaki yang kesekian kalinya, ia nyaris berteriak histeris ketika seorang anak yang tampak memiliki tubuh hampir sama tinggi dengannya, muncul secara tiba-tiba di depannya. Saat Kuroko membuka mulut untuk berteriak, anak itu dengan sigap menutup mulut Kuroko dengan tangan kanannya yang berukuran tidak jauh dari tangan Kuroko.
"Ssh. Kuharap kau bisa mengerti perintahku. Jangan berisik."
Kedua keping marun anak tadi menyoroti Kuroko. Warna surai merahnya saling berpadu dengan kedua keping matanya, membuat anak itu tampak elegan. Ekspresinya pun tampak tenang, hanya dibalut oleh senyum kecil dan sorot mata yang lembut. Kuroko yang awalnya ingin segera lari dari tempat ini, langsung merasa tenang. Anak itu pun melepaskan tangannya dari mulut Kuroko, seakan memperbolehkannya berbicara untuk sekarang.
"Tersesat?" Tanya anak tadi.
Kuroko tidak dapat berkata apa-apa; membuatnya refleks hanya mengangguk. Keringat mengucur dari pelipisnya, seolah menunjukkan rasa takutnya saat ia berada di hutan ini. Melihat kecemasan bocah biru muda di depannya ini, anak bersurai merah itu berlagak mengerti, dan hanya memiringkan kepalanya sedikit, sementara senyumnya terlihat lebih jelas dari sebelumnya.
"Dari desa sebelah, ya? Biar kuantar," Anak bersurai merah itu langsung menarik tangan Kuroko tanpa diperintahkan oleh siapapun, nyaris spontan. Namun, genggaman anak itu sama sekali tidak sakit, malah memberikan kehangatan yang menjalar dari pergelangan tangan Kuroko. Walau awalnya terkejut, Kuroko hanya bisa tersenyum lega karena akhirnya ia bisa keluar dari sini.
Mereka berdua berjalan, menyusuri hutan selama beberapa menit. Saat Kuroko memandangi anak itu lebih dekat, barulah Kuroko sadar kalau anak itu punya sepasang telinga di atas kepalanya. Seperti halnya telinga rubah. Ah, di belakang tubuhnya pun terdapat ekor yang umum dimiliki oleh rubah. Namun, semua itu tampak berbaur menjadi satu kesatuan yang tak bisa dibilang jelek; dengan baju tradisional yang membalut sekujur tubuhnya. Antara terkejut dan takjub, Kuroko membelalakkan matanya. Ini kali pertama ia melihat seseorang yang punya fitur semacam itu.
Menggerakkan tangan kirinya yang tidak ditarik, Kuroko menyentuh salah satu telinga rubah itu―yang otomatis langsung bergerak menanggapi rangsangan berupa sentuhan dari Kuroko.
KAMU SEDANG MEMBACA
Someone in Heaven
FanfictionKuroko kecil tersesat di hutan. Bagaimana ini? Padahal, ia hanya datang untuk mencari semanggi berdaun empat yang dipercaya dapat memberikan keberuntungan. Namun, bukannya bertemu dengan apa yang dicari, ia malah bertemu anak yang sebaya dengannya. ...