8. Pengakuan

17.9K 348 28
                                    

8. Pengakuan

Haloo semuaaa....

Hari ini happy?

Maaf ya klo msh typo.

Enjoyyyy guysss

Happy reading....

******

Aluna menahan malu ketika ibunya dengan kasar menarik Aluna paksa menuju ruang kepala sekolah. Tidak henti henti Aluna berharap hari ini ada keajaiban yang datang. Aluna hanya bisa menunduk menahan malu, gadis itu menjadi pusat perhatian dan perbincangan seluruh warga SMA Nusa Bangsa, tanpa terkecuali. Berita simpang siur mengenai Aluna kini tersebar luas, ada yang mengatakan beasiswa Aluna bermasalah, ada yang mengatakan Aluna melaporkan tindakan pembullyan, ada pula yang mengatakan Aluna akan pindah dari sekolah.

Berita itu terus menyebar luar sampai di telinga Elang, pria itu mengerutkan dahi ketika namanya di panggil menggunakan pengeras suara.

Elang yang tidak tau apa apa karena baru saja sampai di sekolah segera bergeges menuju ruang koperasi sekolah, meninggalkan Fandi dan juga Denis yang sudah melahap sarapannya.

"Kenapa ya mba?" Tanya Elang pada pengurus koperasi.

"Ini mas, mas di minta ke ruang kepala sekolah sekarang. Ada hal penting. Bisa saya minta nomor yang bisa langsung menghubungi orang tua mas nya?" Pinta Mba Diana selaku petugas yang sedang terkena jadwal tugas.

"Bisa bisa, tapi ini ada apa ya mba? Biasanya pihak sekolah bisa menghubungi papa dari asisten papa kan? Kok mendadak minta nomor yang cepat respon?" Tanya Elang penuh curiga.

"Aduh mas, saya kurang tau. Coba mas segera ke ruang kepala sekolah" ucap Mba Diana.

Elang memaangguk, setelah meninggalkan nomor pribadi milih orang tuanya, Elang langsung berjalan menuju ruang kepala sekolah yang hanya berjarak kurang lebih 50 meter dari ruang koperasi.

Sebelum masuk, Elang menatap cemas ke arah dalam ruangan. Dari pintu kaca, Elang bisa melihat Aluna yang sedang menangis.

****

Sesampainya di ruangan kepala sekolah, Aluna hanya diam. Sedangkan kepala sekolah yang baru saja tiba di sekolah kebingungan melihat wali murid Aluna. Wanita paruh baya itu mengatakan akan menuntut pihak sekolah bila tidak ada tanggung jawab atas kejadian yang telah terjadi pada anaknya.

"Ibu tenang dulu ya, kita tanyakan Aluna dulu. Bila ini menyangkut siswa di sini saya akan bertanggung jawab sampai masalah ini selesai. Jika tidak saya tidak bisa membantu lebih" ucap kepala sekolah.

Ibu Aluna di mintai untuk tenang dan duduk, sedangkan Aluna hanya diam di ujung sofa menatap nanar ke arah pria tua yang sedang menenangkan ibunya.

"Mana bisa gitu, ini kan murid bapak" ucap Ibu Aluna.

Kepala sekolah tersenyum "tapi dia anak ibu kan?"

Ibu Aluna terdiam. Wanita tua itu memutar bola matanya dengan malas.

"Aluna bisa duduk sebentar? Kita bicara pelan pelan ya?" Pinta kepala sekolah, Aluna mengangguk. Gadis itu duduk di sofa, sebelah ibunya.

KISAH ALUNA (tahap revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang