Pulau Nusa Kambangan berada di daerah selatan kota Cilacap yang bisa dijangkau dengan menggunakan perahu yang ada di sekitaran pantai. Sebuah pulau yang memang memiliki kesan mistis baik dari segi kenyataan ataupun gosip belaka. Adanya sebuah benteng Pendem dan lapas yang berada di pulau itu menjadi hal yang identik.
Hanya tinggal menyebrang dari pantai selatan Cilacap, Rein sudah sampai di pulau terkenal dengan lapas napi narkoba itu. Dan dia bukanlah salah seorang pengunjung disana. Statusnya yang menjadi napi pemilik narkoba seberat seratus gram adalah alasannya. Keputusan pengadilan membuatnya mendekam disini sampai akhir hayatnya.
Dalam mimpinya sekalipun, dia tidak pernah menyangka akan seperti ini hidupnya. Dia termasuk orang alim yang tidak neko neko dalam hal haram seperti itu. Dia dijebak. Riko, salah satu temannya yang akan berlibur dengannya menuju Pulau Nusa kambangan ini adalah pelakunya.
Niat awalnya mereka akan menghabiskan masa liburan sekolahnya bersama sekalian menjenguk keluarga Riko di Cilacap. Namun sayang,
Dia tidak bisa mengelak saat polisi menemukan sabu di bagian saku tasnya. Riko menaruhnya saat dia lengah. Dia ingat tatkala Riko memeluknya mengucapkan salam untuk keluarganya yang ada di Cilacap. Pria itu tidak ikut bersamanya karena tiba tiba dia sakit perut.Kini, Rein hanya bisa memandang nasibnya yang menyedihkan. Semua barangnya disita oleh polisi. Dia tidak bisa sekedar menghubungi kedua orang tuanya di Bandung. Pasti mereka syok mendengar peristiwa ini. Dia hanya berharap ada sebuah keajaiban yang datang menghampirinya.
Rein menghela nafasnya panjang. Langit sudah mulai menampakkan cahayanya. Sudah semalaman dia tidur beralaskan tikar anyaman yang tipis. Lumayan bisa membuatnya tidur semalaman karena sejak penangkapannya dia tidak bisa tidur.
"Selamat pagi Pak Polisi dan Bapak serta Mas Mas napi"
Telinga Rein berdengung sangat kencang. Dia menutup telinganya yang tiba tiba terasa sakit setelah mendengar sapaan suara wanita. "Ashh.... Siapa itu?" Gumamnya.
Setelah rasa sakitnya membaik, Rein bangun dan mendekati jeruji besi. Dia penasaran, suara siapa yang sudah membelah keheningan lapas ini. Dan ternyata ini adalah hal yang sangat diluar dugaan.
Seorang wanita tengah asik mengobrol dengan para polisi yang sedang berjaga adalah penyebab telinganya sakit. Wanita dengan baju kebaya kutu baru khas jaman dulu tengah membagikan botol minuman jamu kepada seluruh polisi yang bertugas. Kulitnya yang berwarna kuning Langsat begitu indah berpadu dengan warna hijau mint, warna bajunya.
"Siapa dia?"
Wanita itu bertanya. Dia menatap Rein begitu lama. "Apa kau penghuni baru sel ini?"
Rein terpaku. Dia merasa lidahnya kelu untuk menjawab pertanyaan sederhana iru. Entah kenapa dia malu bertemu di tempat seperti ini. Untuk pertama kalinya, dia merasakan getaran itu. Getaran seorang pemuda yang jatuh cinta pandangan pertama dengan seorang gadis.
"Dia adalah tahanan baru Dhis, bandar narkoba"
Mulut sialan!
Ingin sekali Rein mengumpat kepada polisi bertubuh gendut itu. Namun, kenyataannya dia hanya bisa diam dan menatap wajah cantik itu. Senyum getirnya dia tampakkan untuk kali ini.
Gendhis, nama gadis itu, mendekati jeruji besi Rein. Dia tersenyum dan menyodorkan sebotol jamu yang dia racik sendiri. Memang seperti biasanya dia akan membuat jamu dan diantar ke kantor ini kalau sedang ada pesanan. Kebetulan hari ini dia membuatnya lebih banyak.
"Ini untukmu"
Botol plastik berwarna kuning kecoklatan itu tidak diterima Rein dengan cepat. Seumur hidupnya belum pernah meminum minuman energi seperti itu. Senyuman Gendhis dan botol jamu itu menggugah hatinya. Dengan ragu ragu dia mengambilnya "terimakasih"
KAMU SEDANG MEMBACA
Reinkar(a)nasi
Ficción GeneralKita adalah garis takdir yang terikat satu sama lain. Rein tidak pernah merasa se aneh ini tentang hidupnya semenjak dia bertemu Kara. Si gadis penjual jamu yang dia temui setiap pagi di Nusa Kambangan. Dan setelahnya Kara selalu muncul di manapun d...