61 - Cantik

1K 125 6
                                    

Selamat membaca ^_^


Acara lamaran dilanjutkan dengan merencanakan pernikahan. Setelah dirundingkan, pernikahan akan di adakan di Jawa, di daerah nenek Jehan-- ibu dari mendiang ayahnya. Ayah Jehan memang asli Jawa, daerah paling timur di pulau Jawa-- paling timur di Jawa Timur.

Bukan tanpa alasan, pernikahannya diadakan di sana untuk menghormati nenek Jehan. Terlalu berisiko bagi nenek bepergian ke Jakarta, mengingat usianya sudah hampir menginjak satu abad. Jadilah, mereka yang mendekat ke tempat tinggal nenek agar beliau bisa menyaksikan pernikahan cucu tersayangnya.

Tenang, mereka tidak pilih kasih pada tetua di keluarga Haechan. Setelah melaksanakan pernikahan di Indonesia, mereka akan mengadakan resepsi kedua di Korea --semacam pesta penyambutan untuk Jehan sebagai anggota baru keluarga besar Lee Donghyuck. Acara yang satu itu akan dilaksanakan di daerah yang bisa dijangkau oleh nenek Haechan dan keluarga lainnya di sana.

~~~

"Tempat oke, makanan jelas catering bunda, undangan oke, cincin sama gaun mau gimana?" tanya bunda sambil menceklis apa-apa yang dibutuhkan untuk pernikahan.

Haechan --yang tidak ikut pulang dengan keluarganya-- dan Jehan hanya saling pandang, tidak mengerti maksud bunda.

Bunda menghela napas. "Mau cari di sini apa di Jawa?"

"Oohh.., hehe." Jehan menyengir. "Kalau di sana, berarti kita harus ke sana kan nyoba dulu. Kita bisanya weekend, sedangkan nanti pas menjelang hari-H juga harus kesana kan buat ngecek-ngecek lagi, capek bolak-balik terus. Kalau weekday, gak bisa cuti keseringan, kan nikahan mau cuti juga."

"Kalau di sini?" Haechan bertanya.

"Kalau di sini lebih gampang si. Weekend bisa, pulang kerja juga bisa. Tapi bawa kesananya harus di paket."

"Yaudah di sini aja, di paket gapapa kesananya." Haechan memutuskan.

"Oke." sahut bunda. "Mau kapan nyarinya? Lebih cepat lebih baik."

"Lusa aja kali ya, nanti aku cari-cari butiknya deh, tanya-tanya teman kantor."

"Teman lu bukannya ada?"

"Siapa?"

"Si Wanda kan emaknya punya butik."

"Oh iya." Jehan menepuk dahinya. "Yaudah butik mama Wanda."

"Oke. Cincinnya?"

"Kalau gak salah teman kuliahnya Wanda ada yang anak tukang emas. Sekalian deh."

"Anak tukang emas?" Haechan bingung.

"Orangtuanya punya toko perhiasan gitu lho.."

Haechan mengangguk-angguk.

"Emas aja apa yang lain juga?"

"Ada macam-macam, emas, perak, berlian juga ada. Dari yang biasa sampai high class ada."

"Kamu mau cincin berlian, yang?"

"Enggak!" sahut Jehan refleks. "Gak mau lah, keberatan makenya."

"Ha?" Haechan menautkan alisnya. "Cari yang ringan dong."

"Gak, oppa. Berat hati pakenya, takut ilang. Huhu.." Jehan memasang wajah sedih yang dibuat-buat.

Haechan terkekeh. "Ohh, berat gitu maksudnya. Kalau gitu emas aja?" Jehan mengangguk.

[1] So I Married My Idol ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang