Jeon Somi masuk ke rumah besar yang sudah 2 tahun lebih ia tinggalkan. Wajahnya terlihat sumringah begitu pelayan membukakan pintu mobil mewah yang menjemputnya di bandara. Rambut blonde dan lipstik merah terang membuat wajah blasterannya terlihat sangat mencolok dibandingkan dengan para pelayan yang memiliki wajah khas Korea.
Somi segera masuk ke dalam rumah, menyungging senyum lebar dan menyapa pelayan yang sudah siap sedia menyambut kepulangannya. Ia melepas kacamata hitamnya lalu memasukkan benda seharga ribuan Dollar itu kedalam tas mahal edisi terbatas yang baru saja ia beli minggu lalu. Somi sedikit memperbaiki posisi tas berwarna merah itu ditangannya lalu segera menuju salah satu pelayan wanita paruh baya yang sudah membungkuk dan menunggunya di samping tangga.
“Selamat datang, Nona,” sapa Park Deokhee-wanita tua yang sudah setia melayani keluarga itu sejak lama, bahkan sebelum Jeon Jungkook, putra tertua keluarga itu lahir.
“Appa masih bekerja ya? Ah, Eomma juga sedang ada di Singapura untuk bisnis. Apa Jungkook Oppa ada dirumah? Atau dia masih di Seoul?” Somi langsung menjejalkan pertanyaan yang sejak tadi ada di kepalanya kepada wanita itu.
Deokhee tersenyum simpul, “Tuan muda sedang pergi ke gereja.”
Somi melongo. Ia membuka lebar mulutnya, sementara otaknya sedang memproses kata-kata Deokhee barusan.
“Gereja? Sejak kapan dia mulai pergi ke gereja?”
“Sejak tadi pagi. Tuan muda pergi pukul 10. Dia bilang ingin berdoa sebentar lalu pergi liburan bersama temannya.”
Somi dengan raut wajah bingung mulai menerka-nerka alasan sang kakak pergi ke gereja. Mungkinkah ini akhir dari dunia atau Jungkook tak sengaja berpapasan dengan malaikat maut dan membuatnya langsung bertaubat?
“Oke. Aku masih tak mengerti kenapa dia pergi ke gereja. Ia bahkan tak pernah singgah ke rumah ibadah sejak usianya 10 tahun. Apa-apaan ini?”
“Mungkin tuan muda hanya ingin mencari ketenangan jiwa.”
“Tunggu ….” Somi meletakkan telunjuknya di bibir, ciri khasnya jika ia sedang berpikir. Ia diam sebentar, memikirkan alasan yang logis yang menurutnya membuat Jungkook pergi ke gereja. Wajah Somi terlihat sangat kaget, seraya menutup mulutnya dengan tangan kanan dan mata yang membulat lebar, ia menjentikkan jarinya.
“Apakah dia sudah tidak waras? Apa dia mulai mengidap penyakit mental? Apa Appa dan Eomma tahu?” ucap Somi menyuarakan isi pikirannya.
Wanita tua dengan rambut pendek nyaris putih seluruhnya itu hanya bisa tersenyum. Tak mungkin tuan mudanya sakit jiwa. Ia terlihat sangat bahagia pagi ini saat berpamitan ke gereja. “Tidak tidak tidak. Itu tidak mungkin. Tuan muda baik-baik saja.
"Ayo, aku sudah membuatkanmu salad buah segar kesukaanmu,” kata Deokhee sambil menggandeng Somi menuju dapur.*
Jungkook masuk ke gereja yang sudah sepi itu. Ia baru berani masuk setelah tempat ibadah itu sepi tak berpenghuni. Sudah satu setengah jam ia menunggu di parkiran gereja, menunggu beberapa lansia dan wanita paruh baya selesai berdoa. Ini adalah pertama kalinya ia pergi ke rumah ibadah. Ia bahkan tak ingat kapan terakhir kali ia berdoa, meminta sesuatu pada tuhan seperti ini. Keluarganya bukanlah keluarga yang religius. Ayahnya sangat sibuk bekerja, hampir tak punya waktu untuk sekedar singgah ke rumah ibadah dan berdoa kepada Tuhan. Mungkin, memang tak ada lagi yang perlu ia minta. Ia sudah punya segalanya; harta, jabatan, istri dan putri yang cantik, juga seorang putra menjengkelkan yang sulit diatur. Hanya ibunya yang sering ke gereja, mungkin beberapa kali dalam sebulan. Ia sering mengajak Jungkook yang masih kecil untuk ikut. Walaupun anak itu masih belum mengerti alasan mengapa ia harus ikut dan berakhir dengan permainan lari-larian di gereja dengan bayangannya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Baper! Kita Cuma MANTAN |Jeon Jungkook| [SELESAI]
FanficDalam hidup, pertemuan dan perpisahan adalah misteri yang kerap di simpan rapat oleh takdir. Perpisahan bisa saja menjadi hal yang menyakitkan, namun kadang kala pertemuan setelah perpisahan adalah hal yang lebih menyakitkan berkali-kali lipat. Hal...