Kiyomi menjelaskan—terdengar seperti membual bagi Mikasa—tentang betapa terkenalnya shogun mereka dahulu. Hizuru memang negara yang kaya sumber daya dan hubungan mereka dengan Kekaisaran Eldia memberi banyak keuntungan. Tentu saja itu sia-sia ketika Kekaisaran Eldia runtuh. Kejayaan mereka, segera mengikuti setelahnya meski bisa pulih kembali.
Mikasa melihat betapa senangnya Kiyomi mengetahui ada keturunan shogun yang masih tersisa, selain dirinya. Namun ia segera kecewa mengetahui itu tetap berakhir dengan sebuah kesepakatan. Merugikan.
Gadis itu menghela napas lega ketika pertemuan penuh omong kosong belaka itu dijeda. Ia duduk, bersembunyi sekarang di lorong bunga patrea. Sisi yang agak sepi untuk sementara ini, karena siapa sih yang mau melihat-lihat kebun belakang ketika ada perjanjian menguntungkan di depan mata.
Mikasa melirik pergelangan tangan kanannya. Mengusap simbol yang ratunya sebut beban—Mikasa tidak menganggapnya demikian. Itu peninggalan dari ibunya, satu-satunya yang tersisa dan tidak akan pernah hilang. Itu dilukis dengan membuat luka. Menyakitkan, tapi sama sekali tidak membuatnya terbebani. Bahkan setelah kejadian hari ini dengan Kiyomi, itu tetap sesuatu yang berharga bagi Mikasa.
"Sedang apa kau?" Eren mengintip dari luar lorong, membuatnya terperanjat. "Sembunyi?" Dia ikut duduk di tanah bersama Mikasa.
"Hm. Begitulah." Gadis itu mengangkat bahu.
Eren ikut melirik ke segel tangan Mikasa. Dia lalu mengusapnya. "Ingat saat kau menunjukkannya padaku?"
Mikasa meringis. "Yeah..."
"Itu hari yang panas."
Panas dan berkeringat. Tetapi Eren heran mengapa Mikasa masih mengikat perbannya, bahkan saat mandi. Bocah itu kemudian meminta Mikasa menunjukkan apa yang disembunyikan di sana. Gadis itu awalnya menolak. Itu rahasia, ibunya memberitahu Mikasa untuk tidak menunjukkannya kepada siapapun. Namun setelah Eren berjanji tidak memberitahu orang lain, Mikasa luluh.
"Nah, sekarang semua orang tahu." Eren mengetuk-ngetukkan sepatunya. "Kau masih ingin menyembunyikannya?" tanya Eren saat menyadari Mikasa masih membawa perbannya.
"Ya... Mungkin."
"Sini biar kubantu." Eren mengambil perban itu dan melilitkannya di pergelangan Mikasa. "Kenapa masih menutupinya? Kau tidak akan lagi diincar karena menjadi Ackerman dan keturunan Asia." Dan Eren cukup yakin luka akibat segel itu sudah tidak sakit lagi.
"Aku masih... tidak nyaman."
"Terserah padamu." Pemuda itu selesai mengikatkannya.
"Terima kasih."
"Mau kembali ke aula sekarang?"
Mikasa menggeleng. "Kau duluan saja."
"Kenapa? Kita bisa kembali bersama," bujuk Eren.
Gadis itu menolak. "Aku tidak suka di sana." Mikasa tidak bisa bilang dia tidak nyaman dengan Kiyomi. Dia alat tukar mereka sekarang, agar Hizuru mau bekerja sama dengan perjanjian yang dibuat dengan Paradise.
"Ya sudah kalau begitu," gumam Eren. Awalnya dia hanya menyandarkan diri di sekat besi yang dirambati bunga patrea dan membentuk lorong. Tetapi kemudian dia menjatuhkan kepala di pangkuan Mikasa.
"Eren?" Gadis itu kebingungan. Kenapa bocah ini? Apa dia mengantuk?
Eren tetap tidak mengucapkan apapun. Jadi, Mikasa berasumsi dia tertidur. Mungkin. Toh, yang lelah bukan hanya dirinya.
Gadis itu pelan-pelan menyisir rambut Eren. Helaiannya sudah mulai memanjang. Siapa yang sebenarnya perempuan di sini?
Di bawahnya, ketika Mikasa tenggelam dalam beberapa pemikiran acak, Eren diam-diam tersenyum tipis.
»◇◆◇«
Clandestine (adj.): kept secret or done secretively, especially because illicit.
Diserap ke bahasa Indonesia, tapi kemudian sifat katanya berbeda :v
Mana yang benar?
Apakah judulnya sudah tepat?
Ceritanya, seperti biasa saat saya sedang emosi, dibuat dengan cepat. Judul awal bukan ini, tapi ternyata jalan sendiri haha.
Selamat malam, dan semoga mimpi indah🌃
👋🏼
KAMU SEDANG MEMBACA
Cafuné
FanfictionAn EreMika fanfiction by me to celebrate #eremikaday Cafuné (n.): Running your fingers through the hair of someone you love. You are free to read. Tetapi bagi anime only, ini (mungkin) berisi spoiler. . . . All characters belong to Isayama Hajime