Chapter XLII

3.3K 162 3
                                    


Happy reading
.
.
.
.
.
.
.

"Jawaban yang kamu mau denger dari aku apa? "

"Enggak! "

"Udah, "

"Kamu belum jawab pertanyaan aku Bri! " Ujar Saniya yang kini sudah dalam posisi jongkok dengan menatap Briyan marah.

"Ikut aku! " Ucap Briyan dengan menarik kasar tangan Saniya pergi dari sana.

"Lepas Bri sakit! " Lirih Saniya saat Briyan menarik tangannya sangat keras.

"Diem kalau kamu mau tahu jawabannya. " Jawab Briyan yang tak mau menatap wajah Saniya.

"Saniya! " Teriak Kanya dan juga Lista di belakangnya ada Raka dan juga Bunga.

"Kalian mau kemana? " Tanya Raka.

Briyan hanya diam dan Saniya bingung harus menjawab apa. Apa yang harus ia katakan?

Menyadari situasi awkward Kanya memnarik tangan sang kekasih untuk mundur dari tempatnya.

"Aduhh jangan ganggu orang pacaran deh mending kita ke kafe aja yang deket sini. Gue juga denger ada kafe baru yuk! " Ajak Lista dengan menarik tangan Bunga dari sana dan di ikuti oleh Kanya dan Raka.

Saniya membalas lambaian tangan para sahabatnya dan beralih untuk menatap Briyan kembali.

"Kita mau kemana Bri? " Tanya Saniya takut-takut karna mata tajam milik Briyan balik menatapnya dengan intents.

Briyan membawa Saniya masuk ke dalam mobilnya dan menjalankan mobilnya keluar dari area sekolah.

Mereka berdua diam selama perjalanan. Saniya sesekali melirik ke arah Briyan yang tentu saja Briyan tahu namun ia pura-pura tak tahu karna ingin memberi pelajaran pada kekasihnya ini.

Saniya memperhatikan jalan sekitarnya dan kini pikirannya bercabang saat Briyan memberhentikan mobilnya di depan rumah sakit dimana Danang di rawat dan dinyatakan meninggal.

Saniya menatap Briyan yang juga kini sedang menatap dirinya.

"Bri kita ngapain kesini? "

"Keluar, " Hanya itu kata yang keluar dari mulut Briyan.

Saniya ikut kelur saat Briyan keluar dan menatap bangunan depan rumah sakit itu dengan takut-takut.

Lalu ia berlari kecil mengikuti Briyan yang sudah duluan masuk kedalam.

"Bri kita mau kemana? " Tanya Saniya saat Briyan membawa dirinya ke ruang vip kelas satu rumah sakit ini.

"Liat! " Ucap Briyan membuka pintu ruangan vip nomber tiga itu.
Betapa terkejutnya diri Saniya saat melihat orang yang selama ini ia cari kini sedang terbujur kaku dengan peralatan alat pernafasan.

"Briyan, Saniya. "

◇◇◇

Doni bangun dari duduknya saat melihat Briyan dan Saniya datang.

S A N I Y A [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang