Tentang Ayah dan Bunda

49 10 5
                                    


Setelah bekerja seharian, Malvin dan Haikal kembali ke rumah. Di rumah ada semua saudaranya kecuali Rendy yang memang belum pulang.

"YES BANG MALVIN UDAH PULANG. AYO BANG TELPON AYAHH!" kata si bungsu.

Menelepon Ayah setelah melakukan aktivitas yang melelahkan memang sudah menjadi rutinitas mereka. Ayah tujuh bersaudara ini bekerja di Singapura yang kalau pulang ketika hari libur panjang saja.

Malvin mencoba menghubungi Ayah yang berada disana. Aji sangat tidak sabar untuk berbicara dengan Ayah. Orang yang ada disana menjawab panggilan tersebut dan kini sudah terhubung.

"Malam Ayah, apa kabar?" sapa Malvin mengawali panggilan. Meskipun hampir setiap hari selalu menelepon, tetapi Malvin selalu menanyakan kabar Ayahnya.

"Baik nak, anak-anak Ayah sehat kan?"

"SEHAT AYAHH!!" jawab mereka berenam dengan kompak.

"Kok berenam, Rendy belum pulang?"

"Biasa Yah, bang Rendy pulangnya jam satu atau dua pagi," jawab Leo.

"Bilang ya ke Abangmu itu buat jaga kesehatan, kalian semua juga harus jaga kesehatan, gak boleh ada yang sakit lho yaa. Malvin gimana? Jaga kesehatan ya nak..."

"Ayah, tadi Haikal bantu Bang Malvin kerja. Haikal bolos kuliah. Gapapa kan Yah??"

"Loh ya gapapa, bagus itu. Dulu Ayah juga sering bolos kuliah, tapi kamu jangan niru Ayah bolos terus ya. Genta gimana skripsiannya?"

"Pusing Yah."

"Kalau pusing, istirahat dulu ya?"

"AYAH! AJI MAU CERITA SAMA AYAH!"

"Cerita apa nak? Ayah dengarkan."

"UANG TABUNGAN AJI UDAH DUA JUTA! AJI MAU PAKAI UANG ITU BUAT KE LUAR NEGERI!!"

"Ngapain ke luar negeri?" tanya Leo.

"Nyusul Ayah, kata Ayah Singapura tuh bagus."

"Boleh, tapi kumpulin dulu ya uangnya yang banyak. Biar bisa seneng-seneng ke luar negeri. Oh ya Malvin, Ayah sudah kirim uang buat kebutuhan hidupmu dan adik-adikmu ya. Tolong digunakan."

"Malvin juga ada uang Yah, cukup kok buat kami bertujuh. Malvin kembaliin aja ya Yah?"

"Gak perlu nak, uang Ayah buat hidup disini sudah sangat cukup. Uangmu disimpan dulu saja."

Selalu saja seperti ini, Ayah yang sering mengirim uang untuk kebutuhan hidup anak-anaknya tetapi Malvin yang selalu berusaha menolak. Padahal disana, Ayah lebih membutuhkan uang. Malvin memiliki usaha sendiri karena ia ingin memiliki uang dan memenuhi kebutuhan hidup adik-adiknya. Tidak ada Ayah disisinya membuat Malvin menggantikan peran Ayah.

Sejak Malvin lulus SMA, Ayahnya mulai bekerja di Singapura. Sejak itulah ia menggantikan peran Ayah. Mulai dari hal kecil yang sering dilakukan Ayah, mengantar Aji dan Leo ke sekolah, memperbaiki motor dan mobil, memperbaiki lampu yang mati, membuatkan meja untuk Leo, dan banyak hal lain yang dilakukan Malvin sama seperti yang Ayah lakukan.

"Makasih Ayah.."

~~~~~~~

Bunda sangat suka dengan tanaman apalagi yang namanya bunga. Sehingga, Bunda memiliki toko bunga. Toko ini adalah pemberian dari Ayah.

Setiap pagi, Bunda akan memasak dan membersihkan rumah sebelum pergi ke toko. Saat sore, Bunda akan kembali ke rumah. Sambil menunggu anak-anaknya pulang, Bunda akan berbincang dengan Ayah melalui telepon. Ayah akan menanyakan bagaimana tokonya? Apakah banyak pengunjung? Lalu Ayah akan menanyakan bagaimana anak-anaknya. Apakah mereka bertengkar?

Tujuh Orang Satu RumahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang