Point 0.0

4 1 0
                                    

Hyunjin bersandar pada jendela ruang musik, sambil memandangi layar kamera. Bibirnya enggan melunturkan kurva indah, yang selaras dengan sabit di matanya.

Ruby yang duduk dibalik piano menatap temannya horor. Khawatir jika pemuda tampan itu tengah kerasukan. Sebab kabarnya, ruang musik ini ruang paling angker disekolah mereka. Ya, meskipun dirinya tidak takut dengan hal semacam itu.

"Gue tebak, pasti cewek rambut pendek itu, kan?" celetuk gadis itu, sebelum jari-jarinya menari indah diatas tuts piano. Memainkan melodi terkenal, Symphoni 40 karya Mozart.

"Heran deh gue, kenapa suka banget sama cewek rambut pendek? Padahal mahkota cewek itu rambutnya, kalo pendekkan jadi agak gimana gitu."

Mendengar celoteh Ruby, Hyunjin mendenguskan tawa. Lantas melangkah mendekati gadis yang walaupun sedang mengomel, masih tetap bisa fokus memainkan melodinya dengan paras cantik nan anggun.

"Dari pada lo? Rambut panjang tapi diiket terus...

Ruby tetap memainkan lagu yang selama ini jadi pengantar tidurnya, tanpa terusik dengan Hyunjin yang dengan sengaja melepas ikat rambutnya.

"Lagian kata siapa gue suka cewek rambut pendek? Gue tuh sukanya sama cewek rambut panjang, terurai." gumam Hyunjin.

Ia mengusap lembut surai Ruby yang langsung rapi walau habis diikat tinggi.

Usai mencerna perkataan Hyunjin, Ruby menghentikan pergerakan jarinya, dan menatap pemuda itu dengan kaget. Hyunjin yang ditatap demikian ikut membulatkan mata.

"Lo suka sadako, dong?" celetuk Ruby, memecah keheningan.

Setelahnya, mereka tertawa bersama. Menertawakan lelucon yang entah dimana titik lucunya.

Dalam hati, Hyunjin menyayangkan ketidak pekaan gadis cantik dihadapannya ini. Padahal Ruby sangat tahu bahwa tawa itu tidak tulus.

Ia tahu betul perasaan Hyunjin, walaupun ini kali pertama pemuda itu memberinya kode yang sangat kentara. Hyunjin sudah cukup sering menunjukkan bahwa Ruby adalah orang yang spesial bagi dirinya.

Tapi mau bagaimana? Ruby baru saja mengakhiri hubungan. Jelas ia jadi enggan untuk langsung menjalin hubungan lagi.

Dan juga, Hyunjin hanya menunjukkan, tanpa pernah menyuarakannya.

"Makan yuk! Udah ditunggu sama yang lain." ajak Hyunjin, setelah melihat notifikasi diponselnya.

"Oke."

Di tengah perjalanan menuju kafetaria sekolah, mereka berpapasan dengan Jeno, sepupu Ruby.

Pemuda itu tidak sendiri, ia bersama teman satu gengnya.

"Pacar lo tuh." bisik Hyunjin, melihat ada Mark, yang ia ketahui tengah menjalin kasih dengan Ruby.

Ruby mengendikkan bahu tak acuh sebagai tanggapan.

"Hai baby! Oh, sorry... Aku lupa kalo kita udah putus." sapa Mark dengan tidak tahu diri, berhasil menghentikan langkah Ruby yang hampir melewatinya begitu saja.

Baik Hyunjin, maupun teman-teman Mark kaget mendengar fakta bahwa pasangan fenomenal itu berakhir secepat ini.

Satu sudut bibir Ruby terangkat. Tidak pernah terpikir olehnya bahwa Mark se-tidak punya malu itu.

Ia menoleh ke arah Mark yang baginya sangat mencari perhatian. Menatap matannya itu dengan senyum sarkas.

"Nevermind, Mark. Move on emang butuh waktu, kan? Tapi...

Ruby melangkah mendekati Mark dengan kedua tangan terlipat didepan dada. Netranya menyorot Mark remeh.

"Karena lo yang minta putus, harusnya ga butuh waktu buat move on. Ya ga, Na?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 20, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HIRAETHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang