Bab 34 Takdir Cinta Sekar

49 9 0
                                    

Bab 34 Takdir Cinta Sekar

Tiga hari telah berlalu gadis itu masih saja terperangkap di balik pintu yang bermantra tanpa makan dan minum. Wajahnya terlihat lesu, bibirnya memucat, tatapannya muram, sambil bersandar di dhipan menangkupkan kedua kakinya dan kemudian menundukkan kepala bersedekap.

Di Pendopo, beberapa adipati dan panglima mulai membicarakan Sekar dan membujuk Prabu Blantara untuk membebaskannya segera dari hukuman

"Tolong maafkan gusti putri, gusti prabu. Mungkin ada saatnya nanti gusti putri akan mengerti perasaan gusti prabu dan berpikir untuk menikah" ucap Adipati Wiguna
"Benar gusti" sahut Amartya harsa sependapat

Perkataan mereka membuat Prabu Blantara berpikir kalau apa yang dia lakukan selama ini memang salah, menghukum putri kesayangannya berhari-hari seperti itu.

"Aku tetap tidak akan menikah dengan pria yang tidak kucintai romo. Romo yang bahagia melihatku menikah, sedangkan aku tidak" Prabu Blantara teringat dengan ucapan Sekar yang terus terngiang-ngiang dikepalanya.
"Apa yang tlah aku lakukan ini?" ucap sadar Prabu Blantara dan langsung beranjak dari singgasananya pergi meninggalkan rapat itu menuju ke kamar putrinya dengan terburu-buru.

"Sekar" panggil ayahnya namun dia tidak mendapat jawaban dari dalam kamar, Prabu Blantara kemudian memanggil namanya berkali-kali namun tetap saja Prabu Blantara tidak mendapatkan jawaban dari putrinya itu. Pikirnya mulai panik dan cemas dengan cepat dia membuka mantra dan menghancurkan gembok besi itu dengan satu tangannya. Saat dia membuka pintu itu betapa terkejutnya Prabu Blantara, mendapati Sekar sudah terbaring tak sadarkan diri di samping dhipannya.

Melihat putrinya tak sadarkan diri dia pun langsung menyuruh prajuritnya untuk segera memanggilkan tabib lalu kemudian membopong putrinya ke dhipan dan memeriksa denyut nadinya.
"Bangunlah Sekar, romo sangat mengkhawatirkanmu!" pikir Prabu Blantara sambil memegang tangan Sekar dengan wajah khawatir.

Tidak berselang lama kemudian tabib pun datang dan langsung mengobati Sekar. Tiba-tiba dari balik pintu ibundanya datang dan langsung mendekati Sekar dengan berlinang air mata.
"Tabib bagaimana dengan putriku?" tanya ratu cemas.
"Gusti putri baik-baik saja gusti" jawab tabib itu
"Ini semua salahmu kanda, tidak seharusnya kau menghukum putri kita seperti ini" ucap ratu kesal sehingga membuat Prabu Blantara terdiam.

Setelah tabib itu mengobati Sekar, Sekar pun akhirnya siuman.
"Minumlah gusti!" suruh tabib itu.
Kemudian beberapa pelayan meletakkan beberapa makanan di meja samping dhipannya. Melihat ayahnya ada disampingnya, Sekar pun langsung menundukkan kepala dan berkata

"Bisakah aku beristirahat sendirian saja dikamarku!" Pinta Sekar halus
"Baiklah Sekar, ingatlah beristirahatlah dan makan makananmu ya?" Ucap ibundanya.

Semua orang disana pergi kecuali ayahnya sendiri. Prabu Blantara hanya menatap Sekar dengan perasaan bersalah lalu pergi meninggalkannya seorang diri tanpa sepatah kata dan menutup pintunya. Sekar kemudian mengeluarkan Mantra prasanta.

Sekarang yang terdengar diruangan itu hanyalah suara tangisan, dimana Sekar meluapkan kesedihannya. Air matanya berlinang membasahi pipinya, dia tidak menyangka kalau ayahnya tega melakukan hal itu kepadanya.

"Teganya kau melakukan ini kepadaku romo" tangis Sekar tersedu-sedu.

Rasa sayang Sekar pada ayahnya mulai ditumbuhi rasa benci dan kecewa saat kejadian beberapa hari yang lalu. Tiba-tiba dari jendela yang terbuka masuklah seekor merpati yang terbang ke kamarnya lalu hinggap di pangkuan Sekar. Melihat ada kertas yang dililitkan dikakinya lantas Sekar mengambil dan membacanya.

"Surat ini dari kanda" ucap Sekar seketika suasana hatinya berubah ketika mengetahui surat itu dari Adiwesa yang memintanya untuk segera datang ke Junggring saloka. Setelah membaca surat itu Sekar pun melepaskan merpatinya keluar jendela, Setelah merpati itu terbang melewati gerbang Mandalawangi dan terbang jauh ke timur, sekejab merpati itu berubah menjadi seekor gagak hitam.

Takdir Dewi SekarwangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang