°•• Happy reading ••°
"Uhuk-uhuk...." Andresa terbatuk-batuk saat Eunseo melepaskan cekikannya pada leher Andresa.
"Kau!!" Pekik Andresa lalu dengan gerakan cepat menjambak rambut Eunseo. "Menjijikkan!" ucap Andresa dengan kesal.
"Sakit! Sakit! Lepaskan aku." Kini, Eunseo yang berteriak kesakitan dan berusaha menjangkau rambut Andresa juga.
"Awas saja kau berani mengangguku lagi, akan aku buat kau memderita seperti ini!" Andresa membuang jambakannya secara kasar dan pergi dari tempat itu dengan hati yang bergejolak menahan amarah.
Bayangkan saja, wanita mana yang rela direndahkan oleh wanita lain. Dianggap sebagai pelacur dan wanita parasit.
Andresa pergi begitu saja dan berniat ingin pulang ke rumah, dia pergi meninggalkan princessnya yang sedang di asuh oleh mertuanya.
Hari sudah mulai gelap, dia takut Jimin akan khawatir karena ia tak kunjung pulang. Di musim dingin seperti ini, jalanan biasanya macet dan terasa licin.
Andresa menguatkan sweaternya ke tubuhnya. Di jam seperti ini, orang-orang biasanya sudah pulang kerja dan jalanan sedikit sepi.
"Andresa," ucap laki-laki yang memberhentikan Andresa berjalan. Laki-laki itu menarik lengan Andresa sehingga dengan terpaksa tubuh gadia itu berbalik.
"H-hoseok?"
"Kau sedang apa?"
"Aku mau pulang, Jimin menungguku di rumah bersama princess."
"Aku antarkan, ya," tawarnya. Jelas saja, di seberang sana Hoseok melihat Jimin yang semula berjalan ke arah sini menjadi terhenti. Jimin hanya memandangi saja.
Andresa menggelengkan kepalanya. "Tidak. Aku bisa pulang sendiri." Andresa mencoba melepaskan tangannya pada Hoseok, namun tidak bisa.
"Izinkan aku bertanya padamu, sekali saja."
"Apa?"
"Apa sedikit saja kau masih menyimpan rasa untukku."
Andresa memejamkan matanya, lalu dibuka perlahan. "Apa kita masih akan membahas hal ini? Aku sudah punya suami Hoseok."
"Jawab saja, agar aku tenang."
"Perasaan itu memang masih ada, tapi tidak membuatku goyah untuk kembali padamu, aku mencintai Jimin, sangat."
Dengan mata yang bergetar, Hoseok menatap Andresa dengan mata yang berkaca-kaca. Genggaman tangannya semakin melemas, tak tanggung-tanggung air matanya juga ikut turun.
"Hoseok....jangan seperti ini...."
"Aku hanya ingin wanitaku...."
"Kau yang lebih dulu meninggalkanku, apa kau pernah berjuang untuk mempertahankanku? Apa kau pernah memikirkan sedikit tentang diriku? Aku sendirian saat kau membuangku. Apa kau tahu bagaimana perasaanku saat itu? Aku lelah Hoseok....aku tidak bisa bersama dengan orang yang bahkan dulu tidak mampu memperjuangkan cintanya. Lalu, mengapa aku mengabaikan Jimin yang selalu siap di belakang punggungku dan melakukan apapun agar aku selalu bahagia. Tolong sadari itu.....ini sudah terlalu jauh...."
Tes! Andresa membiarkan berbulir-bulir air matanya turun begitu saja, membasahi pipi mulusnya dengan begitu saja.
Andresa lelah, berjuang sendiri saat itu. Bahkan Hoseok membuangnya. Tapi, mengapa di saat dia membuka hatinya untuk Jimin, laki-laki itu datang lagi seperti tidak terjadi apa-apa. Apa Andresa akan menerima begitu saja? Tentu tidak.
Andresa melepaskan tangan Hoseok yang melemas itu dari lengannya.
Perlahan dia mengayunkan kakinya dengan lambat. Tepat saat itu, Hoseok menarik lengannya kembali dan mendaratkan bibirnya di atas bibir Andresa. Ya, di depan Jimin. Bagi Hoseok, jika memang Andresa tak bisa kembali padanya, Jimin juga tidak boleh memilikinya.Di saat ciuman itu, Andresa diam saja. Andresa bodoh, Jimin melihatnya di seberang sana.
Jimin mengepalkan kedua tangannya. Ia juga lelah, bukan Andresa saja. Setelah begitu lama, Andresa mendorong bahu Hoseok dengan kencang. Ia mbalikkan tubuhnya dan hendak menyebrang. Belum sempat ia melangkah, dia sudah lebih dulu melihat Jimin yang menatapnya dengan dingin.
"J-jimin?" ucap Andresa dengan raut wajah penuh keterkejutan.
Jimin masih diam dengan tangan terkepal, membuat Andresa menjadi gagap. Berpikir bahwa Jimin melihat Hoseok mencium Andresa.
Sret! Jimin mmebalikkan tubuhnya dan berjalan meninggalkan Andresa.
"Eoh! Jim-Jimin!" panggil Andresa, namun tidak digubris laki-laki itu.
"Jimin! Tunggu dulu," ujar Andresa dan melangkahkan kakinya menyebrang jalan, dia tidak ingin Jimin salah paham.
Brak!
Sret! Jimin menghentikan langkah kakinya. Mendengar benturan sesuatu, membuat jantung Jimin seperti berhenti berdetak.
Andresa terpental akibat tabrakan dari sebuah mobil ferari yang melaju dengan kecepatan di atas rata-rata. Kepala Andresa terhentak ke pinggiran trotoar dan tulang tangan kanannya berputar 180°
Begitu banyak darah bercucuran terjun dari kepalanya yang sedikit menjorok ke dalam akibat benturan trotoar. Belum lagi pelipis yang menguras banyak darah untuk keluar."Andresa!" Teriak Hoseok histeris, membuat Jimin membalikkan tubuhnya.
Di saat itu terjadi, semua pergerakan Jimin membeku. Gadisnya tengah terbaring dengan mata yang sayu dan memandang ke arahnya. Tangan gadis itu berusaha mengangkat untuk meminta Jimin kembali padanya.
"J-jimhh..." lirih Andresa.
Hoseok datang dan langsung memangku kepala Andresa dan menghubungi ambulance dengan hp-nya.
Jimin pun segera berlari ke arah Andresa dan mendorong Hoseok agar menjauh dari sana. Jimin mengangkat tubuh Andresa ke dalam dekapannya.
"A-andresa...a-apa i-ini...mengapa me-mengej-jarku....hiks...." Jimin memeluk kepala Andresa dan menangis histeris disana.
"T-tolong bertahanl-lah...a-aku mencintaim-mu...."
Blap!
Andresa tidak sadarkan diri membuat Jimin semakin frustasi dan tertekan.Entahlah, tidak semua berakhir bahagia. Hanya saling menyakiti dan terus menyakiti perasaan masing-masing.
Jika memang takdirnya, kehidupan selanjutnya juga akan mempertemukan mereka kembali.
Berharap pada benalu yang jelas saja dia merugikan orang lain. Berharap akan hal yang sulit di capai, tidak akan membawa apa-apa.
Luka itu, selamanya akan begitu.
Kebahagian, mungkin ada tapi tidak sekarang.
Takdir, sudah ada garisnya.
Cinta. Yah, cinta itu tidak terdefinisi - Kim Andresa.
📍📍📍
JANGAN LUPA BAHAGIA 💜
KAMU SEDANG MEMBACA
The Paradise - JHS [✔]
Hayran KurguSUDAH END [COMPLETE] Jika cinta hanya menggenggam dua pilihan, hidup dan mati. Maka aku akan memilih mati. Mati membawa cinta karna cinta yang hidup hanya akan membuatku sengsara - Kim Andresa. Mungkin, saat ini aku bodoh. Memilih meninggalkan dari...