Bar

516 54 19
                                    

Wen Junhui. Itulah tag yang tertera di bagian dada kanan kemeja hitamnya saat ia bekerja di bar setiap malam hari.

Seorang lelaki mengangkat tangan dan melambaikannya pada Junhui. "Permisi, bisa pesan Bir Bintang dinginnya dua botol?"

Junhui menoleh dan mengangguk. "Baik, tunggu sebentar."

Lelaki bermarga Wen itu berbalik. Berdiri di hadapan rak penuh berbagai macam minuman-sebagian banyak berisi minuman alkohol dan sebagian kecil berisi minuman non alkohol. Junhui sedikit bergeser ke samping kiri, berdiri di hadapan lemari pendingin kecil. Kedua tangannya dengan cekatan mengambil 2 botol bir sesuai pesanan lelaki tadi. Lalu mengambil 2 botol bir lain dan dimasukkan ke dalam lemari pendingin. Junhui berbalik dan segera mengantarkan pesanan.

"Terima kasih. Ini tip untuk Anda."

Junhui lantas mengangkat satu tangannya. Melambai dalam satu gerakan-menandakan ia tidak bisa menerimanya, sembari tersenyum tipis. Walaupun dirinya tergiur dengan selembar uang berwarna merah tersebut.

"Tidak apa apa. Terima saja." Lelaki tadi meraih tangan Junhui, lantas memaksa tangan Junhui untuk menggenggam uang pemberiannya dan mengepalkan tangan Junhui.

Buru - buru Junhui menyimpan uang itu di saku celananya. Ia sedikit membungkuk saat mengucapkan terima kasih. Lelaki itu tersenyum dan mengangguk. Junhui balas tersenyum dan pergi ke tempat awal, berdiri dan melayani pesanan di meja bar.














########














Waktu berlalu begitu cepat. Itulah yang Junhui pikirkan saat melirik jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul satu dini hari. Walaupun hari sudah berganti, pengunjung bar masih banyak dan suasananya ramai-walaupun tak seramai malam tadi. Junhui harus lebih cekatan dan cepat dalam melayani mereka agar pekerjaannya cepat selesai.

Seseorang datang dan duduk di kursi yang awalnya kosong di hadapannya-dengan meja bar sebagai pembatas mereka, sementara Junhui sibuk menuangkan minuman pada pengunjung lain. Namun, Junhui tahu pengunjung satu itu menunggunya. Terlihat saat ia diam - diam melirik ke arahnya, pengunjung itu mengetuk - ngetuk meja bar pelan dengan berirama.

Setelah selesai dengan pekerjaannya barusan, Junhui bergegas mendekati pengunjung tadi.

"Maaf telah membuatmu menunggu, Tuan-"

Ucapan Junhui terputus ketika tatapan mereka bertemu. Junhui mendadak mengagumi lelaki di hadapannya itu.

Lelaki itu mengenakan kemeja putih yang dibalut dengan jas hitam. Di lehernya terdapat kain hitam motif garis abstrak putih yang melingkar dengan indah. Rambut mullet hitam dengan anak rambut yang sebagian menutupi mata kanannya, mata hitam lekat, alis hitam tipis yang terlihat tegas, dan pahatan wajah yang mendekati sempurna untuk terlihat tampan seperti dirinya sendiri. Jangan lupakan hidungnya yang sedikit mancung dan bibir merah mudanya yang tipis itu.

Junhui terlalu fokus pada bibir lelaki itu. Hingga ia mengerjap dan kesadarannya kembali kala lelaki itu-entah disengaja atau tidak-mengulum bibir bawahnya.

Apa dirinya sudah tertarik pada lelaki itu?

"Eh, maaf-"

"Cukup meminta maafnya, cantik. Lagipula kau belum melakukan apapun padaku."

Junhui mengangguk pelan dan mengusap tengkuknya karena kikuk. Ia merasakan panas yang menjalar ke seluruh tubuhnya, lantaran dirinya dipanggil cantik oleh lelaki tadi. Mungkin kini pipinya sedang memerah.

Eh, tunggu. Kenapa ia bisa seperti ini? Lagipula, kenapa lelaki itu malah memanggilnya cantik, padahal yang jelas ia adalah seorang lelaki tampan?

"Jadi, Anda mau memesan apa?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 08, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bar 《Junhao》Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang