Hari yang indah kembali menyambut pagi ku yang cerah.
Libur semester sudah berlalu dan rutinitas lama mulai kembali ku jalani setiap hari di sekolah.
Menjalani hari sebagai seorang pelajar SMA membuat ku semakin menyadari tentang tanggung jawab.
Menyandang status sebagai pelajar juga berperan untuk masa depan Negara tercinta.
Ada seorang bijak yang mengatakan "jangan tanya apa yang Negara sudah berikan pada dirimu. Tapi tanyalah, apa yang sudah kau lakukan untuk Negaramu".
Susunan kata itu memotivasi diriku untuk menjadi pelajar yang baik dan bertanggung jawab tidak hanya untuk diri sendiri, namun juga untuk negeri.
Hari-hari setelah kepergian Debby dari sekolah, sudah ku lalui sekitar dua minggu ini.
Suasana kelas tidak seperti dahulu untukku. Terlebih ketika sudah pelajaran bahasa Inggris.
Teman diskusi sekaligus teman debatku sudah hilang. Memang sulit, tapi itulah kenyataannya. Debby harus pindah sekolah.
Jarak antara sekolah ku dengan rumahya sekarang menghabiskan waktu 45 menit bila memakai angkot.
Kejadian yang dialami Debby dan orang tuanya pun menjadi pembuka ruang bicara untuk aku dan Ibu.
Ia sadar anaknya kini sudah menjadi seorang gadis yang suatu saat akan jatuh cinta dengan lawan jenisnya.
Kami berdua banyak membahas tentang laki-laki.
Ibu memberi tahu tentang sifat mereka yang mengharuskanku lebih menjaga diri di manapun dan kapanpun.
Tidak ada yang bisa menjaga diri kita selain diri kita sendiri. Kurang lebih begitulah inti percakapan kami.
Apalagi ibu juga sadar bahwa ia juga memiliki tanggung jawab sebagai pemilik toko. Dan itu berarti ia juga jarang berada di rumah.
"Jadi nak, kamu harus hati-hati berteman ya. Enggak salah kalau kita jatuh cinta. Itu hal wajar , tapi harus bisa jaga diri. Ibu juga gak bisa sepanjang waktu nemenin kamu di rumah, seperti orang tuanya Debby. Jadi kamu baik-baik ya kalau ibu sama ayah gak ada di rumah. Kalau bisa jangan bawa masuk teman laki-laki".
"Iya Bu, aku akan jaga diri baik-baik".
"Kalau pun mau main ke rumah teman harus izin dulu ya. Tapi harus jujur mau pergi ke mananya".
"Iya Bu..."
"Dulu tuh kakak kamu juga pernah bilang izin ke rumah teman taunya pergi sama cowoknya".
Aku yang tadinya serius sontak terkejut dan menjadi tertawa kecil mendengar perkataan ibu.
"Haha... Terus Bu?"
"Yaa ketawan sama ibu dan ayah. Kena hukum dia. Jadinya kan kakakmu yang kesulitan sendiri. Apa-apa jadi gak dibolehin sama ayah."
"Jadi kamu kalau bisa jangan seperti itu. Lewati masa sekolah dgn hal-hal baik aja".
"Iya Bu."
"Dan satu hal lagi ibu minta, ibu sama ayah melarang kamu pacaran ya. Berteman boleh sama laki-laki. Tapi enggak buat pacaran ya".
"Iya Bu"
"Atau jangan-jangan kamu udah punya pacar ya?" Tanya Ibu meledek.
"Ih, gak ada Bu."
"ah yg bener?"
"Iya bener kok Buu."
"Ya sudah. jadi tolong diingat ya nak. jangan hianati kepercayaan ayah ibu. Dijaga baik-baik. Kalau ada masalah apapun selalu cerita. Jangan di pendam sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bully Crush
Teen Fiction"Dia adalah korban cintanya" [FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Selamat datang di cerita pertamaku 🙋. Di kesempatan kali ini aku memakai sudut orang pertama yang sedang bercerita. Kalian setuju gak sih kalau masa SMA itu emang masa yang paling indah? ****...