EMPAT BELAS

56 17 87
                                    

"Bunda, Ashalina boleh tanya?" Izin Ashalina.

"Boleh atuh, kenapa?"

"Dirga itu anak tunggal, Bun?" Tanya nya pada Lisa.

Mendengar pertanyaan Ashalina, Lisa seketika memberhentikan semua pekerjaannya di dapur, dan mengajak Ashalina keluar dari dapur.

"Ikut Bunda," Ucap Lisa mengajak Asha menuju ke ruang keluarga.

Lisa mendekati sebuah pigura foto yang memperlihatkan ada sebuah keluarga kecil ber anggota 4 orang yang sedang berbahagia dan berkumpul bersama.

Ashalina ikut mendekat melihat foto tersebut, "Ini siapa aja Bun?" Tanya nya.

"Ada 4 orang dari keluarga kecil yang dulu hidup bahagia." Ucap Lisa seraya mengelus foto itu dengan tersenyum tipis.

"Ini Bunda, Ini Dirga, dan-" Lisa berhenti mengucapkan kata-kata nya itu. Mata nya tidak bisa menahan air mata yang keluar. "Dan ini Papa Dirga, dia sedang ada di Jakarta--"

Lisa memeluk Ashalina dengan erat sekali, "Gak tau kenapa bunda gak bisa bohong sama kamu sayang, bunda tau kamu anak baik yang mungkin dikirim tuhan untuk mendengarkan semua keluh kesah bunda," Sambil menangis, Lisa memeluk erat Ashalina. Dengan hati yang tersentuh, Ashalina berusaha menguatkan Lisa dengan mengelus pundak nya.

"Bunda kenapa? Cerita aja sama Asha," Ucap Asha dengan lemah lembut

"Papa Dirga sebenarnya- dia mempunyai perusahaan besar di Jakarta, yang sekarang sedang di urus sama om nya Dirga, dan terkadang Dirga juga sering bolak balik Jakarta Bandung karena ia harus membantu om nya," Ucap Lisa, "Papa nya Dirga koma Asha- dan sudah berjalan 5 tahun ini di rumah sakit Jakarta,"

"Koma?" Ucap Ashalina terkejut.

"Iya, suatu ketika-"

"To-long-- bantu saya keluar dari ruangan ini!." Teriak Herman yang sedang tertimpah sebuah runtuhan atap. "Tolong!!!"

"Papaaa!!!" Muncul lah Clay Argantara. Ia berusaha menyelamatkan papa nya itu dibantu dengan beberapa orang lainnya. "Pak-bantu papa saya bangun."

Herman di papah dengan beberapa orang tadi, ia berhasil keluar dari ruangan yang hampir terbakar oleh si Jago Merah itu. Hanya saja Clay tidak terlihat batang hidung nya ketika Papa nya sudah berhasil keluar dari tempat itu.

"Mas herman-mas nggak papa?" Lisa mengkhawatirkan Herman yang susah untuk membuka mata nya. Dengan tubuh yang terluka parah, serta beberapa bagian tubuh berceceran darah. "Mas Herman kuat ya mas, kita kerumah sakit sekarang."

***

Rumah Sakit Medika Jakarta

"Mas yang kuat ya mas- mas pasti bisa bertahan." Ucap Lisa yang sedang melihat suami nya itu dengan kondisi yang sangat memprihatinkan. Suster dan dokter membawa masuk Herman ke ruangan, tepat di depan pintu ruangan rumah sakit itu Herman seperti ingin mengucapkan sesuatu kepada Lisa.

"Li-lisa-Lisa." Panggil nya dengan bersusah payah.

"Iya mas, kenapa?"

"Clay-clay---"

"Clay kenapa mas?"

"Clay-menye-menyelamatkan saya-dan-dan dia-dia masih-masih ada-di-didalam-ru-ruangan itu. To-tolong-pergi-ke-kesana sekarang Lisa. Se-selamatkan-a-anakmu. Sa-saya tidak-pa-pa." Ucap Herman menyelesaikan kalimat nya itu.

ASHALINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang