Kita ternyata memang manusia. Meski sudah sebulat apa pun tekadnya, jika kita bertemu takdir, ya semua sia-sia. Dan kadang, takdir itu datang bersama mimpi buruk.
-Lee Jieun-
***
Seandainya, di dunia ini hal semacam masa lalu bisa didatangi lagi, mungkin Jieun sudah lama melakukannya. Seperti beberapa saat lalu ketika Jeon Jungkook dengan senyum cerahnya itu menatapnya saat baru keluar dari gedung universitas, menyambutnya dengan pelukan hangat, dan mengusap-usap punggungnya lembut. Membuat rasa letih seharian belajar menguras otak jadi menghilang. Dulu, hal semacam itu sudah lebih dari cukup bagi mereka berdua untuk sama-sama mengisi energi kembali sebelum akhirnya melanjutkan hari.
Tidak pernah ada hari membosankan. Bersama Jungkook yang menggenggam tangannya erat, sesekali meliriknya sambil memasang senyum manis, dan menyenangdungkan lagu-lagu pelan sambil berjalan bersama di sepanjang trotoar. Sebelum akhirnya bayangan hitam itu datang, begitu besar, dan tertawa terbahak-bahak, membuat Jieun tersurut, kemudian tersentak ketika Min Yoongi dengan ekspresi iblisnya mengayunkan tangan besarnya.
Jieun berteriak keras. Sebelum akhirnya berhasil mendapati kesadarannya lagi. Ternyata yang tadi hanya ilusi, bunga tidur yang seharusnya indah malah berubah jadi menyeramkan gara-gara kehadiran Min Yoongi. Bahkan setelah tiga tahun pun Min Yoongi masih saja jadi mimpi buruk.
"Argh!" Jieun mengerang, mendudukkan diri, kemudian menyeka rambutnya ke belakang sebelum akhirnya rasa pengar mulai menyerang kerongkongannya.
Jieun meringis, menatap selimut putih yang menutupi tubuhnya.
Tunggu.
Seingatnya berwarna abu-abu kemarin. Sejak kapan ini berubah jadi putih?
Lalu hal-hal janggal lainnya mulai berdatangan menerpa indera penglihatannya. Ranjang besar dengan ruangan luas. Gorden biru muda yang menutupi kaca besar di dinding kirinya. Singgle sofa di sudut sana beserta televisi besar yang terlihat nyaman. Karpet bulu tebal membentang di bawah dan ornamen-ornamen sederhana yang anehnya memiliki kesan estetik. Ini jelas bukan kamar ukuran 3 x 3 meternya.
Jieun berdiri, menyingkap selimutnya. Lalu mendapati bajunya sudah berganti jadi kemeja putih oversize, bukan baju yang terakhir kali dia kenakan.
Tiba-tiba saja Jieun diserang rasa cemas dan berusaha mengingat hal apa saja yang sudah dilakukannya malam tadi sampai-sampai bisa berakhir di tempat ini.
Apa yang baru saja dia lakukan?
Di mana dia?
Ke mana Yuchi?
Dan pikiran-pikiran negatif lainnya.
Jieun berjalan cepat mendekati pintu dengan was-was, mengabaikan rasa pengar dan pening yang kembali menyerang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melt || JK•IU ||
Fiksi Penggemar[Re-Write] Bagi Lee Jieun, kisahnya bersama Jeon Jungkook sudah lama berakhir. Seperti lelehan salju yang sudah mencair. Namun, tidak dengan memori dan perasaannya, yang masih keras dan dingin seperti bongkahan es. Setiap salju turun, semua perasaan...