1 7 ·

135 18 5
                                    

Nielwink short fanfic🍫

×××

Segala yang diperbuat, pasti mendapatkan balasannya kelak. Baik di dunia sekarang maupun tahapan selanjutnya, detik-detik terjadinya pembalasan itu harus diwaspadai. Sedihnya, seringkali cobaan itu datang kepada yang jarang berbuat tidak baik, dibandingkan kepada yang selalu membuat sakit hati. Semakin sedih lagi, ketika Daniel menjadi salah satu dari sekian juta umat manusia yang harus merasakan sedikit cobaan hidup itu, segera setelah menyebabkan seorang remaja menuju dewasa digerogoti rasa tak enak hati.

Pendingin ruangan satu-satunya ㅡsupaya hematㅡ di rumah Daniel yang mana benda petak itu terletak di ruang duduk, rusak tanpa sebab. Oh, mungkin sebabnya karena jumlah freonnya yang menipis. Namun, rasanya alat itu sudah mendapat servis rutinnya beberapa minggu lalu. Cukup aneh mengingat pemakaian Daniel yang biasa-biasa saja, dan kebetulan harus rusak di saat ada tamu (sangat) penting di rumahnya.

Daniel baru saja mengangkat kipas setinggi dadanya ke hadapan Jihoon yang kini sudah duduk selonjoran di sofa. Kembali kedatangan sial, kipas dominan putih itu tahu-tahu tidak mau menyala walaupun colokannya sudah dicabut-lepas. Alhasil, Daniel jadi harus mengangkat benda itu lagi dan buru-buru mengambil kipas lain di kamar tamu.

Untungnya, kipas berhias selotip itu berfungsi baik. Daniel mendesah lega dan langsung mendudukkan diri tiga puluh senti dari Jihoon.

"Ji, udah ga panas 'kan?" tanyanya canggung.

Ya iya, mana mungkin setelah kejadian memalukan ㅡbagi Jihoon yang sesungguhnya sudah kembali ke mode normalㅡ seperti tadi suasananya tidak canggung. Kalau bukan karena mengingat ia tak berkendaraan pribadi, Jihoon pasti sudah kabur begitu sadar total dan sepertinya akan menabrakkan diri saja ke tiang rumah sakit.

"Dari awal emang ga panas, tuh," seru Jihoon tenang.

'Aduh, anying, AC-nya kenapa pake acara rusak segala, sih. Mana baju yang dikasih tebel pula.'

Nah, itu, kata hati seseorang yang tepat tiga detik lalu mengatakan tidak ada masalah dengan suhu udaranya.

Padahal Jihoon sudah mandi. Ia juga sudah menyiramkan air ke sekujur tubuhnya sebanyak 17 kali. Tetapi, tetap saja keringat terasa mengalir di kulit badannya begitu Jihoon menjatuhkan badan ke sofa.

Kota Padang dan suhunya memang tidak pernah main-main.

Ah, ya, benar. Jihoon mandi di rumah Daniel. Win seharusnya ada di sana ketika saat-saat penting seperti itu terjadi, laki-laki itu pasti heboh dan akan menjadikan kejadian ini ejekan hingga satu minggu ke depan.

Daniel mendengung.

"Kenapa?" tanya Jihoon. Lelah juga terus berdiam-diam disaat kesempatan berbicara sebenarnya terbuka lebar.

"Ini.. lo suka black forest juga, ga?"

Tidak tahulah, Daniel bingung dan malu sekali. Ia bahkan tidak tahu posisi duduk seperti apa yang harus ia terapkan ㅡkarena sungguh demi apa-apa saja yang melayang di angkasa, ini pertama kalinya dalam sejarah hidup Daniel kehilangan kemampuan berinteraksi. Tentu, satu-satunya orang yang mampu membuat Daniel jadi diam tak berkutik seperti itu hanyalah Park Jihoon.

"Suka," jawab Jihoon seadanya. Perlahan, mulai memandang Daniel yang sampai kini belum menemukan kata-kata yang pas untuk berbincang.

'Ah, terserahlah,' batinnya pasai dengan sikapnya sendiri, dan keadaan.

Jihoon mengernyit ketika kotak kardus itu disodorkan ke depannya. Daniel membiarkan satu kakinya berpijak ke lantai sementara yang lainnya menekuk ke dalam, ia menghadap Jihoon yang sudah bersila.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 02, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

frequency. ㅡnielwinkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang