16. Perkara Masa Lalu

158 37 0
                                    

aciee kangen yaa

tandai typonyaa okee, makasi

Berita tentang pembullyan yang baru saja menimpa Ana dengan cepat tersebar luas karena postingan salah satu akun yang diberi kiriman Caca.

Bulan dan Caca yang menjadi saksi sempat dipanggil untuk memberi pengakuan akan hal yang mereka lihat. Serta memberi bukti agar guru dapat memberi skors untuk Tania dan kedua temannya.

Dan karena berita itu tersebar, membuat Bulan risih sekarang.

Banyak yang mengecap ia sebagai sosok yang baik hati dan rela menolong, tapi ada juga satu dua orang yang mencibirnya cari perhatian.

Jika jam istirahat biasanya Bulan akan pergi ke kantin, berbeda dengan istirahat hari ini atau mungkin istirahat di hari berikut-ikutnya.

Jam istirahat kali ini Bulan menjajakan kakinya ke perpustakaan. Menyumpal telinganya dengan airpods, dan menelungkupkan kepalanya di lipatan tangan.

Dia sengaja memilih perpustakaan karena tak suka jika harus pergi ke tempat lain yang pastinya ia akan mendengar banyak orang yang membicarakannya nanti.

Sedangkan di lain tempat, seorang pemuda terlihat kebingungan saat dirinya sedang berusaha mencari seseorang. Sesekali ia bertanya kepada orang yang ia kenal, namun orang-orang itu juga tak tahu dimana keberadaan orang yang dicarinya.

Orang itu adalah Bintang. Sejujurnya ia kepo dengan berita yang menyebar, makannya ia mencari seseorang itu——Bulan, agar dapat bertanya langsung.

Tapi bukan itu tujuan utama Bintang mencari gadis itu, ia ada kepentingan pribadi lain yang harus segera diselesaikan dengan Bulan.

Karena tak kunjung tahu dimana Bulan berada, akhirnya Bintang memutuskan untuk menelpon gadis itu.

Telepon terhubung, terdengar sapaan dengan nada malas menyapanya. "Halo...."

"Lo dimana?" tanya Bintang to the point.

"Ngapain?"

Bintang berdecak saat gadis itu tak langsung menjawabnya. "Gue mau ada urusan sama lo. Lo dimana?"

"Ogah gue urusan sama lo," balas Bulan diseberang sana dengan nada ketus.

"Ck, Lan... Kerja samanya tolong."

Terdengar suara helaan nafas dari telepon. "Ya udah, apa?"

"Lo dimana dulu, gue samperin aja. Gak bisa kalo lewat telepon," jawab Bintang. Sesekali ia mengangguk untuk membalas sapaan orang-orang yang ia kenal.

"Hm... Gue di perpus, kursi pojok dekat lemari buku biologi."

"Oke gue ke sana."

Setelah itu Bintang memutuskan sambungan teleponnya. Ia cepat-cepat ke perpustakaan karena urusan kali ini tak bisa ditunda.

Di dalam perpustakaan bagian pojok yang Bulan bilang tadi, terlihat seorang gadis tengah merebahkan kepalanya dengan mulut yang bersenandung pelan.

Buru-buru Bintang menghampirinya. Ia mengeluarkan kursi perpustakaan dari bawah meja, lalu mendudukinya. Tepat di samping Bulan.

Bulan yang merasakan pergerakan disampingnya lantas menegakkan badan dan melihat siapa yang duduk disampingnya. Oh, orang ini.

Bintang mengeluarkan satu bungkus plastik kecil dari dalam saku seragamnya, ia meletakkannya di atas meja di depan Bulan.

Bulan mengangkat satu alisnya. "Minum vitamin lagi?" tanyanya seraya mulai meracik vitamin itu untuk Bintang. Paham akan apa yang cowok itu minta.

Patrick and SabitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang