79. Epilogue

1.9K 139 16
                                    

Harry tersentak bangun karena suara tangisan seorang anak, matanya berkedip karena mengantuk dan dia menggerutu pada dirinya sendiri ketika dia turun dari tempat tidur. Tangisan putrinya telah membangunkannya, seperti yang selalu terjadi pada setiap malam, dia sedikit menggigil ketika dia sampai di pintu, melihat kembali ke tempat tidurnya yang hangat dan mendesah sedih. Sambil menguap dia berjalan cepat menyusuri aula, Harry tidak perlu merasa khawatir jika dia akan membangunkan anaknya yang lain, karena mantra pembungkam sebenarnya memang telah di pasang pada ruangan itu. Harry melihat pintu kamar putrinya sudah terbuka, sehingga dia mencoba untuk mengintipnya ke dalam, dan senyuman lebar tersungging di bibirnya. Tidak peduli berapa kali sudah dia melihat mereka bersama, itu hanya akan membuat siang atau malamnya menjadi seperti sekarang.

"Kembalilah tidur," kata Severus, tahu Harry berada di sana, di dekat derit kecil papan lantai. Terlepas dari kenyataan bahwa dia bukan lagi seorang mata-mata selama lebih dari sepuluh tahun, namun masih akan tetap ada beberapa naluri yang tersisa. Meskipun begitu, dia tidak terlalu merasa keberatan untuk melakukan hal itu, karena dia pun lebih suka bersikap waspada terhadap sekelilingnya.

Harry tidak mendengarkan; dia tetap melangkah memasuki kamar putrinya, menahan diri untuk tidak menguap lagi. Dia duduk di samping jendela di ceruk yang selalu dia gunakan. Karena istri dan ayahnya selalu menggunakan kursi yang berada di sana, tetapi baginya itu sangat tidak nyaman. Dia merindukannya untuk sesuatu yang gila dan berharap dia ada di sini, ironisnya dia baru saja pergi selama beberapa hari. Ayahnya sakit, sangat sakit sebenarnya, mereka mengira dia tidak akan bertahan lebih lama lagi. Jadi beberapa keluarga dekat pergi menemuinya, dan Serena tidak ingin anak-anak ikut bersamanya, terutama Caspian, putranya yang berusia enam tahun, itu bukanlah sesuatu yang harus dia lihat. Jadi dia memilih untuk pergi sendiri.

Caspian Severus Potter-Snape, dinamai dengan nama kedua kakeknya, meskipun dia tidak terlihat seperti mereka berdua, karena pada kenyataannya Harry yakin bahwa anaknya lebih terlihat seperti ibunya. Rambut pirang yang sama, lesung pipit yang sama, meskipun Caspian tetap mewarisi mata hijau darinya. Talia, meskipun memiliki rambut berwarna merah, seperti Lily, ibunya, dan mata hijaunya, dia pikir mungkin akan terlalu sulit bagi ayahnya untuk bisa melihatnya, tetapi kekhawatiran itu ternyata tidak terbukti.

"Bagaimana dengan dia?" Tanya Severus, sambil terus memberi makan Talia, tangisan kecilnya yang membangunkannya pertama kali sebelum Harry menyadari apa yang terjadi. Tidur Harry memang selalu lebih lelap darinya, jadi itu tidak terlalu membuat Severus terkejut.

"Buruk," desah Harry, "aku benci membayangkan dia harus melalui ini sendirian."

"Ada beberapa hal yang orang lebih suka untuk melakukannya sendiri, Harry, ketika dia membutuhkanmu, dia akan memberitahumu." Severus memberitahunya dengan serius. Serena adalah orang yang kuat, salah satu wanita terkuat yang pernah dikenalnya, dan dia setuju dengan itu. Pertama kali Harry bertemu dengannya adalah saat liburan; mereka langsung tertarik pada satu sama lain. Setelah liburan berakhir pun mereka tetap menulis untuk satu sama lain, alhasil dia mengunjunginya beberapa kali dan akhirnya menetap. Lima kali dalam setahun mereka akan pergi mengunjungi orangtuanya... sampai sekarang. Serena tidak tahu siapa dia pada awalnya, itulah yang membuat Harry tertarik padanya, bahkan ketika dia mengetahui bahwa dia tidak menyadari sejauh mana hubungan itu sampai dia bisa pindah ke Prince Manor.

Harry mengangguk, dia tahu bahwa Severus benar, tetapi itu tidak bisa menghentikan rasa khawatir atau pun kesedihannya. Harry tidak memiliki kenangan bersama seorang Ayah dengan waktu selama Serena, membuatnya tidak bisa membayangkan jika harus hidup tanpanya. Dia bahkan tidak ingin memikirkannya, jika dia boleh jujur, karena dia tahu jika tanpa bantuan dari Severus, dia mungkin tidak akan pernah selamat dari perang.

"Jam berapa kau tidur kali ini?" tanya Severus, saat dia mengubah posisi Talia dan mulai menepuk punggung mungilnya. Merlin, dia bisa mengingat saat di mana Caspian baru saja lahir. Dia tidak ingin menyentuhnya karena terlalu takut jika dia akan menyakitinya. Dia belum pernah berada di sekitar sesuatu yang begitu kecil dalam hidupnya. Dia bertemu dengan Harry di usia muda, tapi dia sangat mengerti dirinya dan membuatnya tidak bisa berkata-kata, ketika dia menggunakan namanya sebagai nama dan panggilan untuk anaknya. Dia memberikan anak itu namanya; nama tengah di dalam dunia sihir selalu menggunakan nama ayah. Ditambah fakta bahwa anak itu secara resmi adalah Potter-Snape. Meskipun faktanya dia tidak memiliki anak kandung, namanya akan terus diturunkan. Sebenarnya dia tidak terlalu peduli dengan sebuah nama ketika dia masih remaja, namun sebagai orang dewasa, dengan Penguasaan di bawah ikat pinggangnya dan semua orang yang mengenalnya. Tidak ada yang mempersiapkannya untuk menjadi seorang kakek—dipanggil kakek.

A New Place To Stay (Terjemah)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang