"Jadi yang diceritain Melisa itu benar? " tanya Rara pada Bara dengan ekspresi yang sulit dideskripsikan, antara marah, kecewa, sedih, semua bercampur jadi satu
Bara mulai panik. Ia berusaha menghampiri Rara, namun Rara berjalan mundur
"JAWAB BANG?" melihat keterdiaman Bara, emosi Rara mulai tak terkendali
Bara tetap diam. Bingung harus berkata apa. Disisi lain ia ingin mengiyakan, namun disisi lain hatinya juga takut jika Rara akan membencinya lagi
"Iyah Ra" bukan Bara yang menjawab, tapi Raka
Prok prok prok
"Wow luar biasa sekali hahaha" tiba-tiba Rara bertepuk tangan dan tertawa dengan menyeramkan
"Jadi alasan gue suka sama lo itu karena lo dulu bantuin gue mengungkap kebusukannya Melisa?" Raka mengangguk. Ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Ia bingung harus berkata seperti apa lagi..
Dimata nya, Rara terlihat sangat menyeramkan
"Kalau emang kayak gitu, terus kenapa lo bersikap kasar sama gue?. Ngejauhin gue?. Apa lo bantuin gue waktu itu, cuma karena pura-pura?"
Raka menggelengkan kepalanya. Ia berusaha mendekati Rara, namun Rara memundurkan langkahnya
"Diem disitu"
"Gue mau jelasin"
"Jelasin disitu bisa kan!"
Pasrah. Ia pun mulai menjelaskan semuanya. Semoga setelah ini Rara mengerti
"Gue cuma ga mau lo kayak Bara Ra"
"Maksud lo?" Rara mengernyitkan dahinya, bingung. Apanya yang membuat dia mirip dengan Bara. Jika soal fisik, bukankah wajar, mereka kan adik kakak
"Cara lo mencintai gue, sama seperti Bara mencintai Melisa. Lo terlalu terobsesi sama gue, lo selalu nempel sama gue. Lo bahkan ga berniat berteman dengan yang lain, lo gak berniat ramah sama orang lain, lo cuma bersikap baik sama gue, bukankah hal itu juga yang bikin lo di bully lagi! " dengan satu tarikan nafas, Raka berusaha menjelaskan semuanya sedetail mungkin. Alasannya menjauhi Rara
"Bentar-bentar gue makin bingung. Maksud lo apa?. Bukannya itu wajar ya gue lakuin, kan gue cinta sama lo" entah otak Rara yang lola, atau Raka yang omongannya sangat tidak jelas
Raka menghela nafasnya "Menurut gue itu gak wajar. Lo terlalu bergantung sama gue, dan lo gak berniat bersosialisasi sama orang lain. Hidup lo terlalu terpaku sama gue. Seakan gue hanya satu-satunya orang yang peduli sama lo"
Rara mulai mengangguk anggukan kepalanya, sepertinya ia mulai paham maksud omongan Raka
"Jadi maksud lo, lo ngejauhin gue karena gue gak punya temen lain selain lo. Karena gue ga mau bersosialisasi sama yang lain. Gue cuma menggantungkan hidup gue sama lo. Dengan kata lain, gue beban kan buat lo"
Raka menghampiri Rara lagi "Diem disitu"
"Gak bisa lo salah paham" Raka semakin mendekatkn langkahnya
"DIEM DISITU BANGSAT" tak tahan lagi, akhirnya Rara mengumpat. Langkah Raka terhenti seketika, ia terkejut, dan semua orang juga ikut terkejut...
"Maksud gue bukan kayak gitu. Tolong lo tenang dulu. Gue gak mau suatu hari nanti lo ngelakuin hal yang sama seperti apa yang Bara lakuin ke lo. Dulu lo mungkin korban, tapi tidak menutup kemungkinan suatu saat lo akan menjadi pelaku. Hal itu yang nyebabin gue ngejauhin lo. Gue juga suka sama lo Ra, dari dulu malahan, tapi gue gak mau perasaan cinta lo ngebuat lo tersesat terlalu jauh.. "
"Hahahaha" Rara tiba-tiba tertawa terbahak-bahak. Bahkan ia sampai memegang perutnya. Air matanya sampai keluar. Ucapan Raka menurutnya sangat lucu
Semua menatap bingung. Lain halnya dengan Bara, ia menatap Rara penuh penyesalan. Bodoh sekali. Mengapa Rara harus mengetahui kejadian itu dari orang lain, bukan dari dirinya sendiri. Ia merasa sangat menyesal
"Kenapa Ra? " Raka berusaha bertanya dengan hati-hati
Tawa Rara terhenti, ia menatap Raka dengan tatapan mengejek "Lo tau ngga? Omongan lo itu basi. Lo hanya mencari cari alasan atas perbuatan lo yang menjijikan itu. Lo mengatasnamakan cinta, padahal cinta yang sebenernya enggak kayak gitu"
"Maksud lo? " kini Raka yang bingung
"Memang bener ya apa yang dibilang orang lain. Cinta pertama itu selalu berakhir buruk"
"Abang tau... " Rara menghentikan kalimatnya, ia mengalihkan tatapannya pada Bara
"Kata orang cinta pertama anak perempuan itu adalah ayahnya, tapi bagiku cinta pertamaku adalah abang" hati Bara menghangat
"Abang tau alasannya apa? " Bara menggeleng. Tatapannya sangat sendu. Ia merasa sangat menyesal pada Rara
"Aku gak dapet alasan yang mengharuskanku menjadikan papah sebagai cinta pertama" suara Rara mulai bergetar, tatapannya berubah sendu
"Aku gak pernah merasakan kasih sayang dari papah. Diajak main. Diambilin rapot disekolah. Bahkan dapet hadiah pas ulang tahun, aku gak pernah ngerasain itu"
"Setiap hari, papah dan mamah hanya kerja, kerja dan kerja. Bahkan weekend pun mereka kerja. Ngga pernah ada waktu buat aku . Setiap hari, aku kehilangan alasan untuk menjadikan papah sebagai cinta pertamaku. Dan justru aku mendapat alasan itu dari abang.." Rara menatap Bara dengan wajah sendu, matanya memancarkan kekecewaan
"Abang selalu ada buat aku. Abang selalu nemenin aku saat ortu kita kerja. Abang yang selalu ambilin rapot aku disekolah. Abang yang selalu obatin kalau aku terluka. Abang selalu meluk aku kalau aku kedinginan. Abang selalu mengkhawatirkan aku saat semua orang tak memperdulikan aku. Abang selalu ada disaat aku merasa kesepian. Tapi mengapa abang menghancurkan harapanku hanya karena jatuh cinta pada orang lain?"
"Kenapa bang?" Rara tak bisa menahan tangisannya. Hatinya sakit sekali. Sekalipun ia bukan Rara yang asli, namun apa yang Bara lakukan pada sosok Rara, sungguhlah sangat kejam...
Ia mewakili Rara mengatakan semuanya. Kekecewaannya, kesedihannya, dan kemarahannya. Biarlah dalam hidupnya Bara harus merasa bersalah
"Maafin abang Ra. Maafin abang. Maaafin abang" Bara tak kuasa, ia menangis, ia berlutut memohon maaf
Sekalipun hati Rara terluka melihat Bara bersujud didepannya, namun kekecewaannya lebih besar. Ia lebih memilih mengalihkan pandangannya Raka
"Dan buat lo kak Raka, lo bilang katanya gue terlalu terobsesi sama lo, hanya bergantung pada lo, intinya gue jatuh cinta secara berlebihan. Kakak tau, gue yang bahkan ga pernah merasakan kasih sayang orang tua, yang awalnya menjadi kan bang Bara sebagai harapan hidup, lalu di hancurkan gitu aja tanpa tersisa"
"Lo dateng, membantu tanpa bertanya, khawatir tanpa meninggalkan, lo bagaikan sebuah oasis dipadang pasir, bagai cahaya di kegelapan . Saat itu gue yang putus asa, hati gue yang terlalu terluka, merasakan kekecewaan yang amat sangat menyakitkan, rasanya gue ingin menyerah, tapi lo memberikan gue sebuah harapan, seolah mengatakan di dunia ini gue gak sendiri, ada lo yang akan membantu. Namun, nyatanya apa.... Hanya dengan alasan konyol seperti itu, lo menghancurkan harapan gue yang tersisa"
Deg
Raka terdiam. Mungkinkah apa yang ia lakukan selama ini salah. Jika memang begitu, apa bedanya ia dengan Bara. Ia mendadak takut. Sungguh ia tak bermaksud. Ia hanya ingin Rara berteman dengan yang lain juga, tidak hanya dengan dirinya. Bukan berarti ia tak ingin Rara bergantung, hanya saja ia tak bisa selalu ada disamping Rara untuk melindunginya..
"Ra bukan gitu" Raka mendekat perlahan, lagi-lagi Rara memundurkan langkahnya
"Kak lo pikir kenapa gue gak bisa punya temen lain, itu karena gue gak mau terluka lagi. Orang yang gue pikir ga akan nyakitin gue, orang yang gue pikir akan membahagiakan gue, dan orang yang gue pikir akan selalu menyayangi gue, justru menjadi orang yang paling menyakiti gue dengan amat sangat dalam"
Tubuh Bara mendadak kaku. Tak perlu bertanya, ia tau siapa yang Rara maksud. Kesalahannya memang sangat fatal saat itu, ia menyakiti Rara dengan sangat parah. Dapat ia lihat sorot mata Rara yang memancarkan kekecewaan
KAMU SEDANG MEMBACA
THE STORY OF RARA (End Season 1)
Fantasy(Transmigrasi series 2) Ratna seorang wanita karir yang kehilangan keluarganya pada saat wisuda, yang memiliki hubungan dekat dengan abang kandungnya Dan rara seorang gadis berseragam SMA yang sangat dibutakan cinta, membenci keluarganya, terutama s...