"Bunda, aku berangkat dulu ya!" Pemuda manis itu berlari keluar dari rumahnya, tak menghiraukan teriakan sang bunda yang memintanya untuk sarapan lebih dulu.
"Sapiii gooo!" Seru Angkasa ketika ia sudah duduk manis di belakang pemuda tampan yang membawa motor.
"Goblok gua bukan sapi nya upin ipin!" Ucap pemuda itu kesal.
"Sapi tuk dalang ga sih, Rey?"
"Tolol, Sa, capek gue." Si pemuda tampan segera menjalankan motornya menuju ke kampus tempat mereka berdua menuntut ilmu.
"Rey, ntar lu pulang duluan ya cok, gua ada kelas tambahan sampe sore."
"Gua anter pulang, gua ada urusan juga sampe sore."
"Iya deh ketua BEM super sibuk."
"Kagak tuh, biasa ae gua."
"Najis lu tolol."
"Laper gua, Sa, kagak sempat sarapan. Mampir bubur mang Udin depan gedung Ekonomi yok?"
"Yok lah asal lu bayarin gua ya njr?"
"Anjing, Sa. Miskin mampus lu."
"Bodo. Kan ada elu?"
"Bangsat."
Reynald menghentikan motornya di depan warung bubur yang ada di depan gedung Ekonomi. Jaraknya tak jauh dari gedung fakultas Angkasa.
"Mang, bubur biasa ya kagak pake kacang."
"Siap, mas Rey!" Reynald dan Angkasa sering kali kesini untuk mengisi perut tiap pagi. Jadi tak salah jika sang penjual mengenal mereka dengan akrab.
"Rey,"
"Hm?" Reynald yang semula sibuk dengan ponselnya langsung menatap kearah Angkasa yang terlihat lesu.
"Kenapa lu loyo bener?"
"Kemaren gua coba pdkt ama Jessie eh dia malah bilang naksir sama elu." Gerutu Angkasa sambil memajukan bibir bawahnya. Reynald terkekeh pelan mendengar ucapan Angkasa.
"Jessie yang anak sastra itu?"
"Hooh, cecannya anak sastra."
"Yaudah sih kan gua kagak suka dia."
"Ih, kok lu nyebelin sih anjing!" Tambah merengut lah wajah Angkasa ketika mendengar perkataan Reynald.
"Udah, mas Angkasa sama mas Reynald aja cocok. Satu cantik manis, satunya ganteng."
"MAKSUD MANG UDIN AKU CANTIK MANIS GITU?!" Seru Angkasa kesal.
"Heh, Aksa! Masih pagi jangan teriak-teriak anjing!"
"Mang Udin nyebelin... Masa gua dikatain cantik manis sih? Kurang ganteng dan manly apa diriku ini, Mang?"
"Mas Rey, mas Angkasa cantik kan?" Tanya mang Udin ke Reynald. Reynald menatap Angkasa lalu tersenyum manis.
"Cantik banget, mang."
"Reynald!"
"Hahaha udah mang ntar macannya keluar kalau dijailin mulu. Makasih ya, mang."
"Sama-sama, mas."
"Cepet dimakan ntar lu telat masuk kelas." Ucap Reynald.
Angkasa hanya diam dan memakan buburnya dengan perasaan dongkol.
Reynald menghentikan motornya di depan gedung fakultas ilmu sosial dan politik.
"Belajar yang rajin." Reynald mengusak rambut Angkasa hingga membuat pemuda itu mendengus dan menepis tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bestie (TAMAT)
RomanceSahabat jadi suami? Ga kaget sih udah biasa terjadi. Tapi ga buat Angkasa dan Reynald. Menjadi sepasang sahabat sejak mereka masih SD membuat keduanya tak canggung dalam melakukan segala hal. Tak pernah ketinggalan pertengkaran yang selalu menyertai...