Part ini khusus Viko - Merry
🐭🐭
"Akhirnya kita ketemu, my ex"
My ex?
Ternyata dia masih ingat siapa gue.
"Kenapa? Kok gak dijawab sih?
Viko mengabaikan nya, membuat dirinya kesal. Dalam hati dia mengutuk cowok itu. Untung aja itu cowok ganteng, kalau tak udah dia hajar sampe bonyok.
Lagian ini cowok semakin kesini semakin songong. Sementang mantan.
Kening cewek itu berkerut, melihat cowok di depannya celingak celinguk ke arah jendela atas, yang dia yakini itu kamar saudaranya. Sesekali ia melihat cowok itu mengetuk pintu sambil memanggil nama Luna.
Sudut bibirnya terangkat, cewek yang dicari tidak ada dirumah.
Sedikit kesal karena tidak bisa ketemu sama Luna, tapi semua itu lenyap melihat cowok yang ada di depannya. Ya, dia senang akhirnya bisa ketemu sama Viko. Ya walaupun tidak disambut baik karena sifat dinginnya ke dirinya.
"Oh ya, elo mau cari tuh cewe kan?" tanya Merry lagi, menekan kata cewek. Cowok itu tau, cewek yang Merry maksud ialah Luna.
Lagi-lagi pertanyaan Merry tidak dijawab cowok itu, membuat nya berdecak.
Apa cowok ni mendadak cosplay jadi dinding ya? Capek tau ngomong tapi gak dijawab. Serasa ngomong sama benda mati!"Bisu lo?"
Viko langsung menatap tajam ke arah cewek itu. Enak aja dikatain bisu.
"Lo pikir lo ganteng kayak gitu?"
Viko menghela napas, tanpa menjawab. Menurutnya, pertanyaan cewek itu tak penting.
"Ck! Cape gue lama-lama!" Cewek itu menghentakkan kakinya dengan raut wajah yang sangat kesal. Rasanya pengen cabik-cabik tuh cowok. Songong banget!
Viko memutar bola matanya, lalu mendengus. Sifat cewek itu tidak berubah. Dan mungkin takkan pernah berubah.
"Tunggu."
Langkah cewek itu berhenti, tapi tidak memutarkan badannya ke arah cowok itu.
Melihat cewek itu berhenti, Viko langsung mendekat ke arahnya. Beberapa pertanyaan yang terlintas dipikirannya, membuatnya penasaran kenapa cewek itu ada disini?
Apalagi melihat cewek ini sendirian dengan satu tangannya membawa paper bag?
Lagi lagi Merry berdecak.
Ngapain coba nyuruh berhenti kalau gak ngomong?
"Kalau penting, bilang. Gak usah diam. Buang-buang waktu gue tau ga!" sindir Merry.
Viko membuang napasnya pelan, mengalihkan pandangannya ke sembarang arah. Yabg penting tak melihat cewek ini.
"Ngapain kesini?"
"Lah, kenapa? Salah gue kemari?"
Terlihat cowok itu menghela napas. Dalam hatinya pasti ngucapin sumpah serapah untuk cewe gila ini.
Ya, gila. Gila karena udah merusak hubungan nya dengan saudaranya sendiri.
Untung lo cewe. Kalau cowo udah habis lo.
"Gak usah ngegas bisa?"
"Gik isih ngigis bisi?"
"Anjing!" umpatnya keras. Rasanya benar-benar ingin habisin ini cewe. Apa salahnya jawab baik-baik? Kan dia nanya nya santai, nih cewe malah mancing emosi.
Ntar ngajak debat ujung-ujungnya dia juga yang ngalah. Emang susah kalau ngomong sama cewek.
Merry tertawa puas. Akhirnya kekesalannya terbalaskan. Syukurin, siapa suruh bikin orang kesal!
Sumpah, Merry udah kayak orang gila. Beberapa orang yang melintasi rumah Luna jadi mengernyitkan kening, bingung melihat Merry yang tertawa kencang sedangkan Viko diam dengan raut wajah khas nya, datar.
Merasa puas tertawa, cewek itu pun berhenti ketawa. Sesekali dia membungkukkan badannya, menekan bagian perutnya yang terasa kram akibat kelamaan ketawa. Dan dia juga merasa malu karena diliatin banyak orang.
"Sinting!"
"Sinting-sinting gini gue tetap cantik."
"Najis, sok narsis."
Cewek itu mendengus keras, seraya mengumpat dalam hatinya.
"Lagian lo juga ngapain disini? Cari tuh cewek ya? Ahh ya, bukannya elo dilarang ketemu sama dia?" tanya nya bertubi tubi.
Tedengar suara desisan pelan dari mulut cowok itu. Dia lupa, kalau cewek ini tau kalau dia dilarang ketemu sama Luna.
Sialan!
"Mau ketemu atau gak nya, gak ada urusannya sama lo." ucapnya dingin, menatao tajam lawan bicaranya.
Sudut bibir cewek itu terangkat. Merasa tertantang sama ucapan cowok itu.
"Jangan lupa, gue kenal ortu lo. Gue bisa lapor dan biarin lo dihajara sama bokap lo."
"Peduli apa lo?"
"Keras kepala banget jadi cowok. Udah jelas Luna gak sudi dan gak akan mau balikan sama cowok brengsek kayak lo!" ujarnya, menekan kata brengsek, membuat Viko menggeram.
Kedua tangannya terkepal kuat, dan rasanya gatal ingin tonjok. Menghela napas pelan, meredam emosi, jangan sampai kelepasan.
Ingat, dia cewe. Ya, cewe gila.
Berjalan mendekat, dengan tatapan tajam dan lurus ke arah mata Merry. Membuat Merry merinding. Hanya bisa berjalan mundur, setelah itu kabur. Tapi keberuntungan tidak berpihak. Dia terjebak. Jalannya buntu. Hanya ada dinding. Membuat bulu kuduknya berdiri.
Sial, tatapannya jadi menyeramkan.Melihat lawan nya menciut, mulai ketakutan membuat dirinya senang. Mudah sekali membuat lawan ketakutan.
Mendekatkan wajah hingga kedua batang hidung mereka bersentuhan. Aroma mint dari Viko tercium jelas. Membuat dirinya semakin takut.
"Gue akan balas semua perbuatan lo ke Luna."
"Tunggu tanggal mainnya, dan lo akan menderita. Camkan itu!"
Setelah itu, Viko pergi meninggalkan Merry yang mematung.
***
Aku harap feel nya terasa ya.
Jangan lupa tinggalkan jejak wankawan
KAMU SEDANG MEMBACA
Luna
Teen Fiction(FOLLOW DULU BARU BACA. JANGAN LUPA VOTE SAIANG) Bukan anak broken home. Punya keluarga, serasa gak punya keluarga. Keluarga utuh, tapi kurang kasih sayang. Semenyedihkan ini gue sekarang. Dan itu yang buat gue mati rasa. Maaf, bukannya gue kurang...