Tiga hari berlalu tanpa insiden yang berarti. Harris yang semakin pendiam dari hari ke hari membuat Gemma berada di zona nyaman. Rutinitas yang statis membuatnya lebih stabil, seperti sebelum kedatangan Harris. Tidak ada percakapan yang membuatnya meradang, pun tidak ada tingkah laku Harris yang membuatnya kesal. Orang akan menganggap mereka keluarga bahagia yang siap menyongsong masa depn bersama-sama.
Pada Hari Kamis minggu itu, Kim sangat antusias karena sekolahnya akan mengadakan rekreasi akhir tahun ajaran. Wajahnya secerah matahari pukul 12 siang di bulan kemarau tiap kali membicarakannya. Gemma mengantarnya ke sekolah dan bolak-balik memastikan tidak ada barang bawaan yang tertinggal. Perjalanan kali ini orangtua tidak diperkenankan ikut, sehingga Gemma menyibukkan diri di kafe seharian.
Sore pun tiba dan ia menjemput Kim di sekolah, hanya untuk mendapati bahwa Kim mengeluh sedang tidak enak badan. Gemma pikir itu karena perjalanannya, membuatnya mabuk darat atau semacamnya, sehingga ia berjanji akan membuatkannya bubur dan jus strawberry kesukaannya sesampainya di rumah.
Kim tidak menghabiskan bubur dan kehilangan selera terhadap minuman kesukaannya. Saat Gemma memegang tangannya, rasa panas menjalar. Ia terkejut dan segera menyentuhkan tangannya ke dahi Kim dan mendapati badannya panas. Merasa bodoh karena tidak menyadarinya lebih awal, Gemma langsung menuju ke kotak obat dan mengambil paracetamol khusus anak. Saat ia berpapasan dengan Harris di dapur, lelaki itu memandangi apa yang tengah dipegangnya.
"Kim?"
"Dia demam."
Harris bergegas menyusulnya, melupakan apapun niatnya ke dapur. Disana ia langsung menyentuh dahi Kim dan meraba-raba pergelangan tangannya, bahkan sebelum Gemma sempat memberikan obat dan air putih kepada gadis kecil itu.
"Kim, apa yang kamu rasain?"
"Dingin, Papa. Badan aku sakit semua, dan... dan... perut aku nggak enak."
Dengan gerakan tangkas seperti ia sudah mengulanginya ratusan kali, Harris mendudukkan Kim. Ia mengangkat sebagian baju Kim dan memeriksa di punggung, perut dan lengan.
"Ada bintik merah nggak di badan Kim?"
"Aku... nggak tahu." Gemma tergagap, "Ada apa, Ris?"
Reaksi Harris yang tidak biasa membuat Gemma yang awalnya biasa saja karena menganggap ini hanya demam biasa yang akan hilang esok hari, menjadi sedikit panik. Ditambah Harris yang tidak menjawab pertanyaannya, membuatnya dari 'sedikit panik' menjadi 'panik'.
"Ada termometer?" tanya Harris tanpa mengalihkan pandang dari fokusnya memeriksa rongga mulut Kim menggunakan senter ponsel.
Tanpa menjawab, Gemma langsung meraih termometer di dalam nakas, membuka tutupnya dan menyerahkannya pada Harris.
"Panas tinggi." Harris bergumam saat ia melihat angka di termometer, "Kita ke lab ya."
Harris segera membopong dan membawa Kim ke mobil. Otak Gemma masih memproses apa yang terjadi, namun badannya mengikuti saja apa yang diperintah Harris: mengambil kunci dan melesat menuju kursi pengemudi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Silver Lining ✅ END ✅
RomancePerjuangan seorang Gemma Andriana dalam menjalani hidup setelah kejadian memilukan 5 tahun lalu. Kedatangan Biru mengubah hidupnya dan memberikan secercah kebahagiaan yang pantas ia dapatkan. Ketika ia mulai mengizinkan Biru untuk masuk ke dalam keh...