Bara mendekat. Mengikis jarak
"Maafin abang Ra. Maafin abang" ingin rasanya Bara memukul Melisa sekarang. Gadis itu telah menghancurkan hubungan baik antara saudara kandung. Bisa-bisanya dulu ia tergoda oleh ular licik seperti itu..
Tapi anehnya, mengapa Melisa justru terdiam. Ia tak tersenyum mengejek, justru tatapannya seakan iba
Rara melangkahkan kaki nya kebelakang. Mengabaikan Bara yang semakin mendekat. Pandangannya masih tertuju pada Raka
"Dan sekarang lo bilang lo cinta sama gue. Lo bilang lo ingin melakukan yang terbaik buat gue. Lo bilang kalau perasaan gue ini cuma obsesi. LO GA NGACA ?. Gue cuma gadis polos yang ga tau apa-apa, gadis polos yang kehilangan pijakan. Gadis polos yang kehilangan harapan. Gadis polos yang kehilangan arah. Di dunia ini yang gue percaya cuma bang Bara, yang gue sayang cuma bang Bara, yang peduli sama gue cuma bang Bara. Tapi gue kehilangan itu. NGERTI GAK ?" Rasanya sakit sekali. Dunia ini terlalu menyeramkan. Sekalipun Rara yang berusia 20 tahunan, usia yang seharusnya sudah dewasa, ia pun tak bisa berpikir secara rasional
Apa yang di alami tubuh yang ia tempati, sungguh hal yang lucu. Tubuh ini hanya dimiliki gadis polos, yang tak tau apa-apa. Yang tak tau bagaimana kejamnya sebuah kehidupan. Bahkan di dunia yang memuakan ini, ia hanya sendiri. Tak bisa bergantung pada siapapun
Rara menghampiri Raka, memukul tubuhnya. Ia menangis dan meracau "Gue kehilangan arah saat itu. Gue kehilangan harapan. Gue seperti sebuah kapal yang kehilangan nahkoda. Terombang ambing dilautan tak berujung. Lo datang, menawarkan kompas, menunjukan gue arah "
"Salah kalau gue bergantung sama lo?. Salah kalau gue menjadikan lo satu-satunya harapan yang tersisa?. Salah kalau gue menjadikan lo satu-satunya orang yang ingin gue gapai. Semua yang gue lakuin itu salah dimata lo? "
Raka ingin memeluk Rara, namun Rara langsung berjalan menjauh
"Maaf"
"Kalau lo cuma pengen gue temenan sama yang lain, kalau lo cuma gak mau rasa cinta gue ke lo sama seperti rasa cinta Bara ke Melisa, kenapa lo ga ngomong sama gue?. Kenapa lo harus bersikap seolah gue menjijikan?. Kenapa kak?"
"Gue dulu pernah bilang sama lo, bagi gue lo adalah sebuah bintang. Cahaya yang memperindah langit malam. Tapi akhirnya gue sadar, seindah apapun bintang itu, tetep ga bisa gue gapai. Sekuat apapun tangan gue ingin meraih, pada akhirnya cuma angin yang gue dapat"
Raka terdiam. Tubuhnya kaku. Mungkinkah apa yang ia lakukan adalah sebuah kesalahan. Sungguh, ia tak berniat seperti itu. Ia hanya tak ingin Rara akan bersikap seperti Bara yang terobsesi pada Melisa. Niat Raka sesungguhnya adalah baik, hanya saja ia memang tak mengatakannya secara langsung
Kini pandangan Rara beralih pada Melisa "sekarang lo puas, menghancurkan hubungan baik antara dua saudara. Tapi gue tetep berterimakasih, lo mau mengatakan kejujurannya sama gue. Karena sampai kapanpun, abang gue pasti ga akan ngomong apa-apa" Rara tersenyum pada Melisa. Senyuman yang terlihat menyedihkan
"Ra dengerin abang dulu" Bara masih memohon, tak akan ia biarkan kehilangan Rara lagi. Cukup sekali, ia melakukan kesalahan. Cukup sekali. Tak akan ia ulangi lagi...
Bara menggenggam kedua lengan Rara, menatapnya penuh pancaran kasih sayang "Abang janji , gak akan ngelakuin hal itu lagi. Tolong maafin abang"
Rara hanya diam. Tak menjawab, tak bergerak
"Tolong maafin abang"
Tiba-tiba Rara tersenyum, menatap Bara dengan berbagai ekspresi yang bercampur
"Abang ga perlu minta maaf. Dalam hal ini bukan abang yang salah. Tapi aku"
Bara menggeleng, berusaha tetap menggenggam lengan Rara "Enggak bukan Rara yang salah, tapi abang. Bukan Rara. Abang yang bodoh. Abang yang ga tau diri. Rara ga salah"
KAMU SEDANG MEMBACA
THE STORY OF RARA (End Season 1)
Fantasy(Transmigrasi series 2) Ratna seorang wanita karir yang kehilangan keluarganya pada saat wisuda, yang memiliki hubungan dekat dengan abang kandungnya Dan rara seorang gadis berseragam SMA yang sangat dibutakan cinta, membenci keluarganya, terutama s...