02

475 59 9
                                    

Aku membuka pagar yang terbuat dari kayu, suasana rumah terlihat sangat sepi mungkin bibi dan ketiga sepupuku sudah tertidur lelap. Aku memutuskan untuk masuk ke dalam rumah tapi sayangnya pintu depan terkunci, itu artinya bibi tidak ada di rumah dan masih berada di rumah judi. Biasanya jika bibi berada di dalam rumah pintu tidak pernah di kunci hanya di tutup dan kunci pintu tergantung di dalam, hal itu biasa di lakukan di rumah ini mengingat bibi akan keluar saat pagi-pagi buta. Aku berjalan kearah samping kanan rumah dan di sana ada sebuah pintu yang terhubung dengan dapur, beruntung pintu itu tidak di kunci dan aku masuk kedalam rumah.

Seperti yang bisa kalian lihat, semua barang-barang yang ada di dalam rumah bibi satu persatu sudah habis terjual dan sebagian di bawa paksa oleh para penagih hutang. Sekarang benda yang tersisa di dalam rumah bibi tinggal satu sofa berwarna hitam dan satu meja kecil berbentuk persegi empat, dua foto keluarga yang masih tergantung di dinding dan sebuah jam berbentuk lingkaran. Karpet berwarna merah tua ukuran sedang yang terlihat usang dan pastinya tidak akan laku untuk di jual serta sebuah lemari kecil yang berada dekat dengan sofa.

Aku berjalan lurus melewati beberapa pintu kamar dan sampai di pintu paling ujung aku pun masuk kedalam kamar sederhana milikku yang awalnya ruangan ini adalah sebuah tempat penyimpanan barang atau gudang, aku merebahkan tubuh kurus-ku di atas kasur kecil yang hanya bisa menampung satu orang dan beberapa pikiran mulai memenuhi kepalaku. Esok para penagih hutang akan datang ke rumah bibi dan seharusnya aku bisa sedikit membayar hutang bibi tetapi uang yang aku pinjam dari Lisa malah aku berikan kepada Junior, dan aku tidak mungkin kembali meminjam uang kepadanya lagi. Walaupun aku sangat yakin dia mau memberikanku pinjaman tetapi tetap saja aku tidak tau cara mengembalikan uang yang sudah aku pinjam, mengingat aku sudah di pecat dari pekerjaanku.

Aku memiringkan tubuhku ke sampai kiri sambil memikirkan hal-hal yang mungkin saja akan terjadi esok hari, kehidupan yang aku jalani sekarang sangatlah sulit. Pernah berulang kali terlintas di dalam pikiranku untuk mengakhiri hidup tetapi aku tau itu bukanlah jawaban atas semua kesulitan yang aku alami, seharusnya di masa-masa sulit seperti ini peran orang tua sangatlah penting tapi aku tidak akan pernah merasa hal seperti itu. Ayahku sudah lama meninggal dan ibuku...

Berbicara soal ibuku dia sudah menjadi istri dari salah satu pejabat daerah. Aku pernah melihatnya beberapa kali di televisi, dia terlihat  baik-baik saja bahkan dia sudah memiliki dua orang anak dari hasil pernikahannya dan dia juga merawat satu orang anak tiri yang usianya mungkin lebih tua dariku. Saat pertama kali aku melihat sosok ibuku di dalam televisi aku sangat senang karena aku bisa melihat dia dalam keadaan sehat tetapi hal itu membuat sadar, sepertinya dari awal dia memang tidak menginginkan kehadiranku dan saat mendengarkan ucapan bibi tentang ibuku yang berulang kali ini mengugurkan-ku hal itu semakin membuatku percaya tentang apa yang selama ini aku duga.

Ibu tidak pernah peduli tentang aku dan sejak saat itu aku tidak mau lagi bertemu atau mencari keberadaannya, dia sudah memiliki kehidupan yang baru dan jauh lebih indah dari kehidupan yang dulu. Sekarang aku akan melanjutkan hidupanku dengan caraku sendiri walaupun sulit tetapi aku harus terus melangkah, perlahan rasa kantup menghampiriku dan aku pun tertidur. Waktu berlalu begitu cepat dan tidak terasa matahari sudah mulai nampak, suara ribut dari luar kamarku membuatku terbangun. Sepertinya para penagih hutang sudah datang, aku keluar dari kamar dan melihat ada dua orang pria berbadan besar dengan tato yang menghiasi lengan mereka terlihat marah dan memaki salah seorang sepupuku yang bernama Aldima.

"Dimana wanita tua itu?" teriak salah seorang pria berbadan besar itu yang berusaha mencoba masuk kedalam rumah.

Aldima yang merupakan satu-satunya pria dewasa di rumah ini mencoba menahan kedua pria itu walaupun tubuhnya tidak mampu menahan kekuatan mereka. Aku ikut membantu Aldima begitu pula dengan dua sepupuku yang lain "Ibu tidak ada di rumah, jadi pergilah dan datang lagi esok." seru Hera yang usianya dua tahun lebih tua dariku.

Untouched WerewolvesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang