Hal mencurigakan

512 42 4
                                    

Langit mulai berubah warna, menyiratkan senja yang telah usai. Aku duduk dengan perasaan puas setelah seharian bersenang-senang bersama Frans. Tawa ku terus menggema hingga tenggorokanku terasa kering. Tapi aku sadar, jika terus begini, aku bisa mendapat julukan baru—"Putri Perundung". Namun, siapa peduli?

"Ada apa, Oliver? Tadi kau juga tertawa, bukan?" tanyaku sambil melirik wajah dingin Oliver yang kini terlihat masam. Alih-alih menjawab, dia hanya menatapku tajam, tapi aku ingin  semakin usil. "Wajahmu seperti anak anjing yang kehilangan induk. Lucu sekali. Boleh aku menyentuhnya?" candaku, diiringi tawa keras yang menggema hingga lupa mengukur situasi.

"Keluar!" suara Oliver menggema, tegas dan penuh amarah.

Udara di sekitarku mendadak berubah dingin. Bulu kudukku meremang. Tatapan pria di depanku itu begitu tajam, seolah menusuk sampai ke tulang. Ini serius. Benarkah ini Oliver yang kukenal?

"Aku tidak mau!" aku mencoba melawan. Namun, Oliver menarik lenganku dengan paksa, menyeretku menuju kemah tempat para calon prajurit berkumpul.

"Kau bercanda? Di sini hanya ada pria! Tidak ada wanita. Aku bisa mengadukanmu pada Ayah!" gertakku, mencoba mencari jalan keluar. Bukan aku takut pada mereka, tapi situasinya membuatku merasa rentan.

Oliver hanya menyipitkan matanya, wajahnya semakin dekat hingga aku bisa merasakan napasnya yang dingin. "Coba saja. Aku akan katakan semua kelakuanmu hari ini. Tebak, apa yang akan Ayahmu lakukan setelah tahu?" ancamnya. Suaranya rendah, tapi menggetarkan. Aku menelan ludah. Harus bagaimana agar aku bisa lolos tanpa harus kembali ke istana?

"Baiklah... tapi apa aku harus pulang sendiri?" aku menundukkan kepala, mencoba memancing rasa ibanya.

"Benar juga. Kalau begitu, cari Paman Hazel. Pergilah ke ruangannya, di ujung sana," katanya, menunjuk arah dengan dagu. Jelas sekali ia ingin aku segera pergi.

Dengan berat hati, aku menurut. Setibanya di ruangan Paman Hazel, ekspektasiku langsung runtuh. Aku membayangkan kantor ini megah dengan fasilitas lengkap. Namun, nyatanya, ruangan ini hanyalah kantor biasa. Di sudut, terdapat sebuah pintu kecil yang tampaknya menuju ruang lain. Rasa penasaran menguasai diriku.

Aku mendekat dan meletakkan tangan di gagang pintu. Namun, sebelum sempat membukanya, suara tawa dari dalam ruangan membuatku terhenti. Dua orang sedang berbicara dengan nada santai, namun apa yang mereka katakan membuatku menggigil.

"-benar, kau mau aku bayar berapa, Tuan Zel?" suara pertama terdengar dalam nada bercanda.

"Tak perlu membayar, cukup pertahankan posisimu di sini. Aku cukup dihormati," balas suara lain, diikuti tawa kecil.

"Tak bisa begitu, Haz. Aku jadi tak enak padamu."

"Bukankah ini tradisi?"

Tradisi? Apa maksud mereka? Aku menempelkan telingaku lebih dekat ke pintu.

"Lucu sekali melihat wajah mereka. Terlalu serius hingga membuatku ingin tertawa."

"Benar. Mereka tidak tahu, bukan? Percuma mereka datang. Tidak akan ada yang lolos dari kaum mereka."

"Beruntung anak kita lahir di kaum teratas seperti kita."

Aku menahan napas. Jadi, seluruh acara ini hanya sandiwara? Semua sudah ditentukan sejak awal? Aku harus memberi tahu Oliver!

Aku berbalik, melangkah cepat menuju pintu keluar, tapi langkahku terlalu keras. Suara sepatu beradu dengan lantai membuat mereka berhenti bicara.

"Siapa di sana?" suara Paman Hazel terdengar curiga.

Aku panik, segera membuka lemari tua di sudut ruangan dan masuk ke dalamnya. Dengan gemetar, aku mengintip dari celah sempit lemari. Mereka berdua memeriksa ruangan.

"Tidak ada apa-apa di sini," gumam salah satu dari mereka. Aku melihat Paman Hazel bersama pria lain. Dari pakaian dan lambang mawar berduri di lehernya, jelas dia berasal dari golongan terpandang.

Hati ini hampir saja berhenti berdetak. Aku menahan napas sampai mereka keluar. Setelah merasa aman, aku keluar dari lemari dan bersandar pada dinding.

"Hampir saja..." bisikku pada diri sendiri. Sial, kalau sampai tertangkap, aku mungkin tidak akan keluar dari sini dengan selamat.

***

Hai semua, maaf ya slow update. Dikarenakan banyak kesibukan yang aku lakukan, akhirnya kegiatan nulisku harus disingkirkan terlebih dahulu. Terimakasih yang setia menunggu update-an cerita ini.

😘😘

The Main Princess✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang