Tubuh Claryn seakan mematung berada di tengah-tengah Vendard dan Lily. Tangannya mengepal dengan geram seperti akan membuat kertas besar dari cahaya untuk dimasukkan ke mulut Vendard sebagai penyumpal. Dia menggertak, "Aku hanya takut jika kotak itu—"
"Apa? Jika kotak itu akan berubah menjadi makhluk besar dan melukaiku?" Vendard menghadap ke arah cewek yang sama sekali tidak menarik, berbeda dengan Lily. "Selangkah kakiku berjalan tadi, tidak terjadi apa-apa. Kau berpikir apa?"
"Hanya keganjilannya saja."
Vendard menggelengkan kepala melihat tingkah aneh cewek bersayap itu.
Lily sempat mendengar ucapan Vendard bahwa Claryn meragukannya. Dia menatap Vendard tak mengerti. "Apa maksud dari ucapanmu yang sebelumnya, Vendard? Claryn meragukanku?"
Vendard tersenyum canggung ke arah Claryn yang menatapnya dengan mata menyala.
Lily melirik ke arah Claryn. "Mungkin kau meragukanku karena aku berontak. Benar 'kan, Clar?"
Dengan perasaan gugup, Claryn memaksakan menatap. "T-tapi sekarang, kau tidak akan berontak lagi, kan?"
"Aku hanya tidak mau jika kekuatanku dinetralkan untuk kedua kalinya."
Claryn mengangguk sehingga sedikit merasa lega. Sebuah guratan kecil muncul dari bibir Lily. Dia mendekat ke arah kotak itu dan mengambilnya.
"Lihat, ini hanya sebuah kotak berukuran sedang dengan penutup snowflake. Kemarilah!" panggil Lily.
Vendard memilih untuk tidak berdebat dengan Claryn karena kalau terus dilanjutkan, Claryn akan kalah; melihat dari tubuhnya yang kecil dan tinggi hanya sejajar dengan bahunya. Sekali saja Vendard mengeluarkan rantai, mungkin saja dia bisa terpental.
Vendard mendekat. "Aneh. Sungguh aneh."
"Kotak itu berada di atas meja," tunjuk Claryn. Pandangannya meneliti ruangan. "Sedangkan hampir di setiap penjuru tidak ada kotak lagi."
Lily berjalan ke segala arah dengan tangan terus memegang kotak. Dia mengungkap, "Jika kotak ini termasuk pelengkap ruangan, tidak mungkin hanya ada satu."
***
Setelah mengobrol sebentar dengan Lord Dazzle, Mr. Samael kembali untuk melihat ketiga muridnya. Netranya menangkap mereka sedang memikirkan sesuatu, terlihat dari Lily yang terus berjalan. Langkahnya mendekat dengan pandangan tertuju kepada sebuah kotak yang dipegang oleh Lily.
"Siapa pemilik dari kotak itu?" tanyanya.
Ketiga muridnya refleks tersadar karena terkejut. Lily menatap Claryn dan Vendard yang mengangkat bahu bersamaan. Mereka memberikan isyarat tidak tahu. Ia menjawab, "Kami semua tidak tahu, Sir."
Mr. Samael mengulurkan tangan ke arah Lily. "Lily, tolong berikan kotak itu kepada saya!" pintanya.
Ribuan pohon langsung terukir rapi di setiap sisi kotak—seperti menyelimuti—saat tangan Mr. Samael merabanya. Bibirnya tersenyum, sedikit meneliti muridnya. "Apakah ada di antara kalian yang bisa membukanya?" Tatapan pertamanya diarahkan kepada gadis berambut merah. "Kau yang pertama mengambilnya. Apa kau bisa, Lily?"
Lily mengangguk. "Saya akan mencobanya, Sir," jawabnya.
Claryn dan Vendard tidak melakukan penolakan apa pun, membiarkan seniornya bertindak terlebih dahulu. Tangan Lily terus membolak-balikkan kotak tersebut, retinanya menangkap setiap tulisan di sisi kotak.
"Arus," tutur Lily. Dia kembali membalikkan sisi yang lain. "Bukan yang pertama." Bibirnya berhenti, tampak sedang memikirkan sesuatu. Dibaliknya satu sisi kotak lagi. "Pelindung."
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue Light Stone (MAPLE ACADEMY YEAR 2)
Фэнтези[UPDATE RABU & SABTU] Konon, asteroid emas akan kembali menghantam bumi. Berbagai ras berkumpul untuk mencari benda yang bisa menghalaunya. Siswa Maple Academy, sedang melakukan Field Trip ke wilayah Winterland yang katanya, benda pusaka tersebar di...