Sesungguhnya kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan di Bumi, termasuk hati setiap makhluk. Allah memegang kendali atas segala hal, dan yang mampu menggerakan suatu hidayah kepada seorang makhluk adalah Allah. Allah memberi petunjuk bagi siapa yang dikehendaki dan menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya juga.
Semua yang ada diruang makan kini terpaku dengan apa yang Arsyila paparkan dengan penguasaan bahasa Turki yang baik dan penjelasan yang mudah diterima bagi siapapun yang mendengarnya, kecuali Anggi. Anggi hanya tau dari ekspresi wajah semua orang yang ada di ruang makan itu bahwa mereka sangat kagum dengan temannya ini. Arsyila memang hanya seorang gadis sederhana namun ia memiliki wawasan yang cukup luas.
"Jika saja lo nggak memberikan jarak antara kita, mungkin gua sudah meluk lo saat ini, lo begitu sangat luar biasa Arsyila. Tapi, apa yang Neara katakan benar, bahwa perbedaan kita sangat terlihat jelas dan gua nggak tau saat ini harus gimana dalam mengambil sikap." Batin Ansel yang tidak lepas dari memperhatikan Arsyila.
"Wow, kamu benar-benar gadis luar biasa. Cara kamu menyampaikan terlihat sederhana namun dapat diterima dengan sesuatu yang sangat masuk akal. Baba kini paham dan Baba harap Neara belajar banyak hal dari kamu," ujar Baba yang merasa sangat kagum.
"Arsyila bersyukur jika Baba paham dengan apa yang Syila sampaikan. Apa ada hal lain yang ingin Baba tanyakan lagi?" tanya Syila kalau-kalau ada yang ingin Baba tanyakan lagi soal Islam.
"Untuk saat ini cukup, Baba sangat puas dan yakin dengan apa yang telah kamu sampaikan. Kalian umat muslim memang sangat luar biasa, dari segala hal mungkin terlihat rumit namun hal itu pasti ada tujuan baiknya,"
"Iya, Baba sangat benar. Tapi, kami sama sekali tidak merasa rumit dan bahkan sangat senang menjalaninya,"
"Ekhem! Bagaimana Ansel? Setelah ini kalian jangan kemana-mana ya, Anne akan buatkan teh apel untuk kalian."
Semua mata tertuju pada Ansel dan yang mempunya nama hanya menautkan kedua alisnya karena kebingungan. Sedangkan Neara, ia sangat paham karena Babanya adalah tipe orang yang cepat membaca situasi.
"Apanya Ba?" tanya Ansel merasa bingung.
"Bukan apa-apa, nanti setelah ini temani Baba ke taman belakang rumah ya," ucap Baba mengedipkan sebelah matanya ke Ansel sebagai kode bahwa ada hal yang ingin Baba bicarakan berdua dengan Ansel.
"Oh oke Ba, siap!"
"Arsyila sama Anggi ikut aku ke kamar ya, aku mau tunjukin riset yang udah aku kerjakan," ujar Neara.
"Tapi Baba kamu___?" tanya Arsyila menggantung.
"Baba biarkan saja sama Ansel, iya 'kan Ba?"
"Iya, kamu pergilah bersama Neara ikut ke kamarnya. Baba akan mengobrol dengan Ansel."
***
"Baba kagum dengan kalian yang ternyata bisa juga berbahasa Turki. Tetapi, kalau kamu mau,Baba bisa berbahasa Inggris atau Indonesia juga," ujar Baba yang berada di hadapan Ansel dengan menyesap teh Apel buatan Anne.
Ansel bersama dengan Baba kini sedang berada di terasan depan rumah dengan mendang gelapnya malam Turki.
"Baba bisa berbahasa Indonesia?"
"Iya, hanya sedikit saja tapi ya." Baba mengulas senyum seraya mempergakan kata sedikit dengan ibu jari dan jari telunjuk.
"Wah, Baba sangat hebat. Tapi, Baba tidak perlu khawatir karena Ansel juga menguasai bahasa Turki," ucap Ansel membanggakan dirinya. "Oh iya Ba, apa yang ingin Baba bicarakan dengan Ansel?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Turkish Airlines-67 (END)
SpiritualBaca 3 Part dulu ya, kalau suka cus lanjutkan 😁 Btw jangan lupa follow ya .... Belum revisi ⚠️ _________________________________________ Ansel seorang laki-laki yang lekat dengan kehidupan malam tidak sengaja bertemu dengan gadis muslim pada perja...