Alucard berjalan dengan langkah yang lambat namun pasti dengan kaki panjangnya yang berotot dibalik celana berwarna biru laut yang ia kenakan. Kemudian ia berhenti sejenak untuk memasuki gerbang, dimana di dalamnya terdapat sesuatu yang harus ia tangani secepatnya.
Wajahnya tampannya tenang seperti laut yang indah dan terbias cahaya di bawah langit biru. Namun di dalamnya terdapat arus yang kuat dan berbagai macam predator yang siap membunuh kapan saja.
"Sudah tiba."
Land of Dawn
Tempat dimana aura dendam Alucard semakin berkobar di dalam hatinya. Setelah Ayahnya yang berperan sebagai seorang petarung di Kerajaan Moniyan gagal pada misi sehingga gugur ditangan para iblis. Alih-alih gugur sebagai pahlawan, Ayahnya justru di cap sebagai pemberontak. Merasa tidak mendapatkan keadilan untuk kedua orang tuanya yang rela mati ditangan para iblis, Alucard yang memiliki ego di usia mudanya langsung pergi untuk membalas dendam. Kalah telak, ia malah disiksa di penjara. Beruntung, dirinya diselamatkan oleh seorang tanker bernama Tigreal. Setelah tinggal dengannya di Monastery of Light dan di latih lalu diberi senjata pedang yang hebat, Alucard bersumpah untuk tidak bersekutu dengan siapapun atau pasukan apapun. Dan memastikan bahwa ia tidak akan membiarkan iblis berkeliaran, serta Alucard tidak akan pernah berhenti untuk melakukan misinya.
'Groooo'
Dengan wajah dingin Alucard menoleh ke kanan dan ke kiri jikalau ada orang yang mendengar suara perutnya.
Sekuat-kuatnya semangat, namun tidak ada gunanya jika perut belum terisi. Alucard pun mampir di sebuah kedai makanan dan minuman kecil yang terletak di dekat gerbang Land of Dawn.
Dalam kedai tersebut, banyak wanita yang terkagum-kagum melihat pria tampan yang belum pernah mereka temui sebelumnya. Namun dengan tampang dingin dan tatapan mata yang tajam, para gadis-gadis cantik itu tidak berani untuk mendekatinya. Tetapi, bagi mereka menatap pemandangan yang indah dari jauh juga tidak terlalu buruk.
Bahkan saat sedang makan, Alucard masih saja terlihat tampan. Bibir tipis yang mengunyah pelan tanpa suara membuat para gadis cantik itu membiarkan nasi dalam piringnya mengering dan lauk pauk yang mereka pesan menjadi dingin.
"Hei, apa kalian pernah mendengar seorang musisi jalanan itu ?"
Alucard memperlambat kecepatan mengunyahnya dan entah mengapa ia tertarik untuk mendengarkan gibahan yang sedang dibicarakan oleh tiga orang lelaki yang duduk di sebelah mejanya.
"Iya, biolanya sangat bagus. Tetapi nadanya begitu sumbang !"
"Akh ! Jika saja wajahnya tidak tampan dan para wanita tidak menyukainya, gelandangan itu sudah lama di usir dari Land of Dawn !"
'Braaaaakk !!!'
"Siapa yang ingin mengusirku dari sini ?"
Ketiga pria itu terkejut saat meja mereka digebrak oleh pria yang memakai hoodie sweater berwarna hitam dengan gerigi putih di sekitar pundaknya, mata kirinya yang memiliki bekas luka horizontal dari kelopak hingga turun ke kantung sama sekali tidak pernah merusak ketampanannya bahkan hal tersebut menambah pesona tersendiri bagi sebagian besar wanita. Kerah hoodie tinggi yang menutup hingga ke tengah batang hidung mancungnya membuat Alucard tambah penasaran dan tidak sabar ingin melihat seperti apa wajahnya.
"Ma, maafkan. Aku tidak sengaja."
Ketiga pria itu gemetar ketakutan saat orang yang sedang mereka gossip kan tiba-tiba membuat gelas air mereka tumpah karena gebrakan yang begitu kuat. Meskipun seorang gelandangan, musisi jalanan itu cukup disegani oleh karena ia pernah membunuh pimpinan preman terbesar di Land of Dawn. Sehingga tidak ada yang berani cari perkara dengannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
A Song in Land of Dawn
General Fiction(BL) R-🔞 Kita ditakdirkan untuk tegar, kita dipaksa untuk menjadi kuat, dan kita dituntut agar selalu terlihat tangguh. Tetapi... Kita telah ditakdirkan untuk bersama. -Alucard Tutup Mulutmu dengan kata-kata manis itu, Sialan ! Lihat ! Disana ada...